Beranda / Romansa / Terjebak Sandiwara Bos Besar / 7. Situasi yang berubah

Share

7. Situasi yang berubah

Penulis: Amegatari
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-01 21:20:44

“Siapa?”

Gio mengangkat bahunya lalu kembali fokus membereskan barangnya. Ekspresi Lita berubah begitu menyadari sesuatu. Ia langsung memeriksa ponselnya lalu segera berkemas.

“Aku pulang duluan ya.”

Semuanya hanya melambaikan tangannya. Lita langsung melangkah cepat dan keluar dari tempat ia bekerja.

“Rey!”

Seorang laki-laki yang sedang duduk di bangku taman depan kantor H&U Media itu menoleh ke arah sumber suara.

Pria itu memiliki wajah yang tampan. Tubuhnya tinggi, kulitnya bersih, rambutnya hitam lurus. Potongan rambut mullet yang merupakan padu padan shaggy dengan surai sejajar alis tampak serasi dengan wajah oval yang dimilikinya.

Orang yang baru pertama kali melihatnya pasti mengira ia seorang model atau aktor karena penampilannya yang menawan. Hidung mancungnya dengan tatapan mata yang teduh membuat Lita tidak pernah bosan memandangi pria itu.

“Lita,” panggil Rey sambil tersenyum lembut.

“Kamu udah menunggu sejak tadi?”

“Baru aja kok, ayo.”

Pasangan dengan baju berwarna senada itu berjalan bersama menuju kendaraan hitam yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

“Kamu mau mampir kemana dulu?”

“Hmm, ke G*lico yuk beli es krim.”

“Okay, ayo kesana."

/drrttt…/

Percakapan keduanya berhenti karena suara getar ponsel milik Rey. Pria bermata coklat gelap itu mencoba tetap fokus menyertir, tapi ponselnya terus berbunyi.

“Sayang, itu chat atau telepon coba cek, mungkin ada yang penting.”

Lita mengambil ponsel milik Rey di saku jas pria itu lalu membuka pesan yang masuk. “Ada pesan dari pak Danang, kamu katanya diminta kembali ke kantor sekarang, lalu pesan lainnya dari grup.”

“Kembali ke kantor? Ini kan udah waktunya pulang. Pak Danang tidak bilang alasannya?” tanya Rey bingung.

“Tidak sih, tapi katanya penting… Ehmm kalau begitu antar aku pulang aja, kita ke G*lico nya lain kali.”

Meski Lita tidak keberatan dan memahami situasi kekasihnya, Rey merasa kesal karena harusnya ia bisa menghabiskan waktu bersama perempuan yang dicintainya.

“Jangan cemberut begitu dong,” ucap Lita yang tersenyum hangat.

Pria yang sedang fokus menyetir itu menghela nafas panjang. “Okay, kamu jawab aja aku masih di perjalanan dan akan segera kembali.”

Lita mengetikkan kalimat seperti yang diminta Rey. Setelah berhasil mengirimkan pesan tersebut, ia meletakkan ponsel itu di dashboard mobil.

“Akhir pekan nanti mau jalan-jalan?” tanya Lita setelah terdiam selama beberapa waktu.

Rey mengernyitkan dahinya. “Boleh, mau kemana?”

“Ke Bandung atau Bogor mungkin?”

Suasana hati pria yang sedang fokus menyetir itu tampak membaik begitu mendengar saran dari Lita.  “Hmm sepertinya lebih bagus ke Bandung kalau mau wisata alam.”

“Okay kita kesana nanti,”

Pasangan tersebut tidak tahu bahwa apa pun yang mereka rencanakan nantinya tidak akan pernah bisa dilakukan bersama. Semua hal yang berkaitan dengan Lita akan berubah dan berbalik arah dari yang seharusnya.

***

Beberapa hari kemudian…

.

.

Akhir pekan yang dinantikan sepasang kekasih itu akhirnya tiba. Lita telah bangun sejak pagi untuk menyiapkan bekal berupa makanan ringan yang bisa dimakan bersama dengan Rey saat jalan-jalan nanti.

Lita dan Rey berencana berwisata ke kebun teh. Berlibur dengan suasana alam memang menjadi pilihan banyak orang setelah lelah dengan semua urusan kantor.

Perempuan berambut panjang itu menatap puas ke arah dua kotak bekal yang sudah rapi. Tatapannya beralih ke jam digital di atas meja dekat dengan ranjangnya.

“Tinggal mandi, siap-siap bentar, waktunya pas sebelum Rey datang,” ucap Lita dengan senyum senang.

/Drrttt…/

Sebuah panggilan masuk dari Rey muncul di layar ponsel milik Lita.

‘Hmm? bukannya janjinya jam 9? Ini masih jam 8,’

/Klik…/

“Hai Rey, kita janjinya jam 9 kan?” tanya Lita memastikan.

“Sayang, maaf… .” Suara pria iu terdengar ragu dan dipenuhi rasa kecewa yang bisa dirasakan oleh Lita.

Dahi perempuan itu mengernyit. “Ada apa?”

“Kita sepertinya tidak bisa pergi, aku tiba-tiba dihubungi pak Danang untuk menemani beliau ke luar kota untuk peresmian lokasi pembukaan cabang… .”

Lita memandang bekal makanan yang sudah dibuatnya dengan ekspresi kecewa. “Akhir pekan begini?”

“Iya… Justru memang sengaja dilakukan pada akhir pekan karena waktu yang tepat untuk sekalian promosi.”

“Oh begitu… Tidak apa-apa kok, kalau pak Danang ngajak kamu, berarti beliau naruh kepercayaan besar dong,” ucap Lita berpura-pura ceria.

“Aku minta maaf… .”

“Tidak apa-apa kok, kita bisa pergi lain kali.”

“Maaf aku tutup dulu.”

“Iya hati-hati di jalan Rey, semangat!”

/Klik…/

Perempuan berambut panjang itu duduk terdiam di tempatnya. Ia memejamkan matanya perlahan. Intuisinya merasakan sesuatu yang aneh tapi ia sendiri tidak tahu apa itu. Mata Lita terbuka lagi lalu pandangannya beralih ke kotak bekal di meja.

“Harus ku apakan makanan ini?” gumam Lita pelan.

Pandangan matanya beralih ke arah baju yang sudah ia siapkan. ‘Apa aku jalan-jalan sendiri aja?’

Lita akhirnya memutuskan untuk tetap mandi dan bersiap. Ia tidak ingin suasana hatinya memburuk hanya karena tidak jadi pergi berlibur bersama Rey.

Setelah mempertimbangkan pergi ke Bandung terlalu jauh, ia akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar taman kota yang tidak jauh dari kostnya.

Lita duduk sendiri di kursi taman yang kosong. Ia memandangi beberapa keluarga yang sedang bermain bersama di taman itu.

Saat melihat ke bocah kecil yang berlarian, Lita tiba-tiba teringat dengan anak kecil bernama Alen yang ditemuinya di Semarang.

‘Apa bocah itu mencari ku?’ tanya Lita dalam hati.

“Litara?”

*****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   125. Firasat

    Hembusan angin sore itu membawa aroma hujan. Tidak lama setelah itu gerimis turun. Namun kedua orang itu tidak beranjak dari tempatnya duduk.Meski tidak terkena air hujan langsung, percikan air yang terbawa angin tetap mengenai keduanya. Udara yang semakin dingin itu mulai merasuk ke pori-pori kulit.Ardan memandang ke arah lain dengan ekspresi kosong. Ia kembali teringat percakapan putranya dan Lita beberapa saat yang lalu.Kenyataan bahwa Alen lebih ingin bersama Lita semakin membuatnya tersadar bahwa perannya sebagai ayah selama ini sangatlah buruk.Kalimat yang diucapkan oleh Alen menjadi lebih terasa menyakitkan karena ia sangat menyayangi putranya. Namun meski hatinya terluka, Ardan tetap menginginkan hal yang terbaik untuk putranya.Lita mengeratkan tangannya tanpa bisa menjawab perkataan Ardan. Ia hanya menatap wajah pria itu dengan ekspresi cemas.“Jangan memberitahu Alen dulu, aku akan berbicara dengannya di waktu yang sudah ditentukan. Kita lakukan seperti biasa sampai wak

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   124. Situasi tidak terduga

    Selama beberapa hari Lita terus memikirkan apa yang sudah dikatakan oleh Alen. Meski sikap Alen kembali seperti semula, perempuan itu masih merasa cemas.Ia masih belum mengatakan apa pun ke Ardan. Namun seminggu setelah liburan itu Lita akhirnya mulai memikirkan niatnya untuk berhenti bekerja supaya fokus mengurus Alen saja.Tentu saja ia masih perlu menyelesaikan pekerjaan yang ada dan membuat keadaan stabil lebih dulu. Ia tidak bisa begitu saja meninggalkan tanggungjawabnya pada orang lain.Lita menghela nafas lagi. Ia meijat dahinya pelan. Sikapnya itu sejak tadi diperhatikan oleh Ardan, tapi perempuan itu tidak menyadarinya.Ardan sendiri sempat merasa Lita dan Alen menjadi agak berbeda setelah berkunjung ke taman hiburan minggu lalu, tapi pria itu tidak sempat bertanya.Tidak hanya tentang itu. Kejadian-kejadian sebelumnya pun tidak dibicarakan lagi dan dibiarkan menumpuk begitu saja. Hal tersebut membuat Ardan merasa canggung untuk memulai percakapan.“Apa ada masalah?” tanya A

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   123. Penawaran tidak terduga

    Suasana sore hari di taman hiburan itu menjadi mendung tiba-tiba. Bianglala itu masih tidak bergerak. Semuanya seolah terhenti di saat yang bersamaan.“Alen? Apa maksud mu?” tanya Lita tergagap.Bocah kecil itu tersenyum tapi ekspresinya terlihat sangat sedih. Alen terlihat ragu, seperti sedang memikirkan apakah ia akan melanjutkan perkataannya atau tidak.Matanya mulai berkaca-kaca karena membayangkan kehidupan dimana Lita harus pergi dari hidupnya.Melihat mata Alen yang berkaca-kaca, Lita pindah tempat duduk di samping Alen. Ia membelai lembut kepala bocah itu, mencoba menenangkannya meski ia sendiri sebenarnya sedang merasa tidak tenang.“Alen, apa kamu mendengar ucapan mama saat di penginapan waktu itu?” tanya Lita mencoba memastikan.Alen mengangguk. Namun kali ini ia tidak berani menatap wajah Lita. Ia lebih memilih mengamati sepatu putih yang sedang dipakainya.“Sayang, kamu salah paham. Mama berkata begitu karena marah, maksud mama tidak seperti yang kamu pikirkan.”Bocah kec

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   122. Menanti

    Esok harinya Alen bangun pagi sekali karena bersemangat untuk jalan-jalan. Seperti yang sudah dijanjikan oleh Lita, mereka akan pergi ke taman hiburan lagi.Keduanya diantar oleh Zan. Meski awalnya menolak, Lita tidak bisa mengabaikan permintaan Ardan yang ingin menjaga keamanan putranya.Pukul 10 pagi mereka bertiga sampai di taman hiburan L Fantasy di Bandung. Suasana ditempat hiburan itu sudah ramai seperti biasa. Namun cuaca hari itu lebih cerah daripada sebelumnya.Lita sudah melihat prakiraan cuaca sehingga ia sudah menyiapkan topi dan kipas kecil jika nanti Alen kepanasan.“Zan, kamu ikut masuk atau ada hal lain yang ingin kamu lakukan?”“Om Zan pergi saja ya? aku ingin disini berdua saja dengan mama,” sela Alen sebelum Zan menjawab.“Alen, tidak boleh begitu,” ucap Lita yang kemudian mengelus kepala Alen pelan. Namun bocah kecil itu hanya menggembungkan pipinya.Zan yang melihat itu tertawa. “Tidak apa-apa, saya sepertinya akan mengunjungi kerabat saya disini. Tapi tolong jaga

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   121. Ketulusan

    Lita sengaja berangkat lebih lambat dari biasanya supaya bisa menemani Alen sarapan dan mengantarnya ke playgroup.Ia juga pulang lebih awal meski seharusnya masih lembur untuk menyelesaikan pekerjaan. Perempuan itu ingin menemani Alen makan malam sampai bocah kecil itu tidur.Sebagai ganti waktu yang ia gunakan untuk Alen, Lita harus kembali mengerjakan pekerjaannya setelah ‘putranya’ tidur.Perempuan itu mengurangi waktu istirahatnya karena tidak ingin membuat Alen merasa sendiri. Baginya itulah hal terpenting yang harus dilakukannya.Hal itu berlangsung hingga beberapa hari. Tidur setelah jam 2 dini hari lalu bangun pukul 5, kemudian langsung bersiap. Lita menjalani rutinitas itu dan mengabaikan rasa lelah yang mulai menumpuk pada tubuhnya.Tatapan matanya fokus dengan layar di depannya sedangkan tangannya menari lincah di atas keyboard putih. Lita bahkan tidak sadar jika sejak tadi seseorang sedang mengamatinya dari belakang.Pria itu mengamati jam di tangannya lalu masuk ke dalam

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   220. Membohongi diri sendiri

    Lita, Ardan dan Alen kembali ke Jakarta pada malam hari setelah hujan reda. Suasana hening dalam perjalanan menyelimuti keluarga kecil itu.“Kamu baik-baik saja?” tanya Lita yang menangkap perubahan suasana hati Alen.Bocah kecil di samping Lita itu tersenyum. “Ya aku hanya masih merasa mengantuk.”“Tapi kamu sudah tidur cukup lama loh.”“Hmmm, tapi aku masih mengantuk.”Ardan melirk dari spion tengah lalu kembali fokus menyetir. “Kamu bisa tidur lagi.”“Ya…”Suasana kembali menjadi hening. Lita akhirnya memilih memejamkan matanya karena tidak tau harus bebicara apa.Setelah ia mengungkapkan amarahnya ke Ardan sore tadi, Lita tetap berada di luar ruangan dekat kolam ikan di penginapan itu. Perempuan bermata coklat itu baru kembali begitu matahari tenggelam.Ia tidak tau harus berkata apa kepada Ardan, jadi ia memilih diam seolah tidak terjadi apa pun. Tidak seperti yang dikhawatirkannya, Ardan juga tidak membahas hal itu lebih lanjut. Sikap pria itu tetap sama seperti biasa.Sesampain

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status