Share

7. Situasi yang berubah

“Siapa?”

Gio mengangkat bahunya lalu kembali fokus membereskan barangnya. Ekspresi Lita berubah begitu menyadari sesuatu. Ia langsung memeriksa ponselnya lalu segera berkemas.

“Aku pulang duluan ya.”

Semuanya hanya melambaikan tangannya. Lita langsung melangkah cepat dan keluar dari tempat ia bekerja.

“Rey!”

Seorang laki-laki yang sedang duduk di bangku taman depan kantor H&U Media itu menoleh ke arah sumber suara.

Pria itu memiliki wajah yang tampan. Tubuhnya tinggi, kulitnya bersih, rambutnya hitam lurus. Potongan rambut mullet yang merupakan padu padan shaggy dengan surai sejajar alis tampak serasi dengan wajah oval yang dimilikinya.

Orang yang baru pertama kali melihatnya pasti mengira ia seorang model atau aktor karena penampilannya yang menawan. Hidung mancungnya dengan tatapan mata yang teduh membuat Lita tidak pernah bosan memandangi pria itu.

“Lita,” panggil Rey sambil tersenyum lembut.

“Kamu udah menunggu sejak tadi?”

“Baru aja kok, ayo.”

Pasangan dengan baju berwarna senada itu berjalan bersama menuju kendaraan hitam yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

“Kamu mau mampir kemana dulu?”

“Hmm, ke G*lico yuk beli es krim.”

“Okay, ayo kesana."

/drrttt…/

Percakapan keduanya berhenti karena suara getar ponsel milik Rey. Pria bermata coklat gelap itu mencoba tetap fokus menyertir, tapi ponselnya terus berbunyi.

“Sayang, itu chat atau telepon coba cek, mungkin ada yang penting.”

Lita mengambil ponsel milik Rey di saku jas pria itu lalu membuka pesan yang masuk. “Ada pesan dari pak Danang, kamu katanya diminta kembali ke kantor sekarang, lalu pesan lainnya dari grup.”

“Kembali ke kantor? Ini kan udah waktunya pulang. Pak Danang tidak bilang alasannya?” tanya Rey bingung.

“Tidak sih, tapi katanya penting… Ehmm kalau begitu antar aku pulang aja, kita ke G*lico nya lain kali.”

Meski Lita tidak keberatan dan memahami situasi kekasihnya, Rey merasa kesal karena harusnya ia bisa menghabiskan waktu bersama perempuan yang dicintainya.

“Jangan cemberut begitu dong,” ucap Lita yang tersenyum hangat.

Pria yang sedang fokus menyetir itu menghela nafas panjang. “Okay, kamu jawab aja aku masih di perjalanan dan akan segera kembali.”

Lita mengetikkan kalimat seperti yang diminta Rey. Setelah berhasil mengirimkan pesan tersebut, ia meletakkan ponsel itu di dashboard mobil.

“Akhir pekan nanti mau jalan-jalan?” tanya Lita setelah terdiam selama beberapa waktu.

Rey mengernyitkan dahinya. “Boleh, mau kemana?”

“Ke Bandung atau Bogor mungkin?”

Suasana hati pria yang sedang fokus menyetir itu tampak membaik begitu mendengar saran dari Lita.  “Hmm sepertinya lebih bagus ke Bandung kalau mau wisata alam.”

“Okay kita kesana nanti,”

Pasangan tersebut tidak tahu bahwa apa pun yang mereka rencanakan nantinya tidak akan pernah bisa dilakukan bersama. Semua hal yang berkaitan dengan Lita akan berubah dan berbalik arah dari yang seharusnya.

***

Beberapa hari kemudian…

.

.

Akhir pekan yang dinantikan sepasang kekasih itu akhirnya tiba. Lita telah bangun sejak pagi untuk menyiapkan bekal berupa makanan ringan yang bisa dimakan bersama dengan Rey saat jalan-jalan nanti.

Lita dan Rey berencana berwisata ke kebun teh. Berlibur dengan suasana alam memang menjadi pilihan banyak orang setelah lelah dengan semua urusan kantor.

Perempuan berambut panjang itu menatap puas ke arah dua kotak bekal yang sudah rapi. Tatapannya beralih ke jam digital di atas meja dekat dengan ranjangnya.

“Tinggal mandi, siap-siap bentar, waktunya pas sebelum Rey datang,” ucap Lita dengan senyum senang.

/Drrttt…/

Sebuah panggilan masuk dari Rey muncul di layar ponsel milik Lita.

‘Hmm? bukannya janjinya jam 9? Ini masih jam 8,’

/Klik…/

“Hai Rey, kita janjinya jam 9 kan?” tanya Lita memastikan.

“Sayang, maaf… .” Suara pria iu terdengar ragu dan dipenuhi rasa kecewa yang bisa dirasakan oleh Lita.

Dahi perempuan itu mengernyit. “Ada apa?”

“Kita sepertinya tidak bisa pergi, aku tiba-tiba dihubungi pak Danang untuk menemani beliau ke luar kota untuk peresmian lokasi pembukaan cabang… .”

Lita memandang bekal makanan yang sudah dibuatnya dengan ekspresi kecewa. “Akhir pekan begini?”

“Iya… Justru memang sengaja dilakukan pada akhir pekan karena waktu yang tepat untuk sekalian promosi.”

“Oh begitu… Tidak apa-apa kok, kalau pak Danang ngajak kamu, berarti beliau naruh kepercayaan besar dong,” ucap Lita berpura-pura ceria.

“Aku minta maaf… .”

“Tidak apa-apa kok, kita bisa pergi lain kali.”

“Maaf aku tutup dulu.”

“Iya hati-hati di jalan Rey, semangat!”

/Klik…/

Perempuan berambut panjang itu duduk terdiam di tempatnya. Ia memejamkan matanya perlahan. Intuisinya merasakan sesuatu yang aneh tapi ia sendiri tidak tahu apa itu. Mata Lita terbuka lagi lalu pandangannya beralih ke kotak bekal di meja.

“Harus ku apakan makanan ini?” gumam Lita pelan.

Pandangan matanya beralih ke arah baju yang sudah ia siapkan. ‘Apa aku jalan-jalan sendiri aja?’

Lita akhirnya memutuskan untuk tetap mandi dan bersiap. Ia tidak ingin suasana hatinya memburuk hanya karena tidak jadi pergi berlibur bersama Rey.

Setelah mempertimbangkan pergi ke Bandung terlalu jauh, ia akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar taman kota yang tidak jauh dari kostnya.

Lita duduk sendiri di kursi taman yang kosong. Ia memandangi beberapa keluarga yang sedang bermain bersama di taman itu.

Saat melihat ke bocah kecil yang berlarian, Lita tiba-tiba teringat dengan anak kecil bernama Alen yang ditemuinya di Semarang.

‘Apa bocah itu mencari ku?’ tanya Lita dalam hati.

“Litara?”

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status