Share

Terjebak cinta semu sang polisi
Terjebak cinta semu sang polisi
Author: ning idos

bab 1

"Maafkan aku kalau selama ini aku salah sama kamu, tolong lupakan aku, jangan ada benci dan dendam. Ikuti arus saja, agar keluarga kita sama-sama tetap berjalan baik." Berulangkali Aku membaca isi pesan W******p Jordan. Tanganku bergetar hebat, ada rasa nyeri di dada ini.

'Tuhan, inikah akhir dari sebuah kesalahan besarku?' bathinku mengeluh.

Aku Fiona, istri dari lelaki posesif yang bernama Kelvin, pemilik Cafe Merindu. Rumah Tangga yang sudah terjalin selama 19 tahun, harus ternoda dengan suatu kesalahan yang dengan sadar aku lakukan.

Jordan Kurniawan, salah satu anggota POLRI yang setahun belakangan ini mampu membuatku lupa akan status Aku yang masih istri orang. Tapi tidak bisa dipungkiri, bahwa Aku menikmati perselingkuhan ini. Aku merasakan benar-benar jatuh cinta dengan Jordan yang selalu memperlakukan Aku dengan baik.

======================

"Sayang, hari ini aku mau ada acara sama teman-teman club motor. Rencana mau touring ke puncak. Kamu gak keberatan kan kalau jaga cafe dua hari ini saja tanpa aku?" Tanya Kelvin sembari menikmati sarapan pagi hari ini.

"Kamu kan cuma duduk manis di meja kasir sambil mantau Deni dan Irfan kerja." Sambungnya lagi setelah melihat reaksiku yang masih diam tak menjawab.

Ya, Aku capek dengan hobi Kelvin yang seperti anak muda saja. Padahal usia sudah kepala empat. Tapi percuma saja aku melarang, dia akan tetap pergi setuju atau tidaknya aku.

"Mami, Farhan berangkat sekolah dulu ya." Pamit putra sulungku itu yang sekarang sudah kelas 1 SMA.

"Aku juga mam, berangkat dulu ya." Sambung Farah adiknya yang hanya terpaut 2 tahun dengan Farhan. Mereka akan selalu berangkat sekolah bersama. Karena sekolah mereka satu arah. Aku bersyukur memiliki ke dua anak yang saling akur satu sama lain.

"Ya udah, hati-hati di jalan ya sayang." Ujarku seraya mencium kening kedua anakku itu.

Suasana cafe sangat ramai dari siang sampai menjelang sore ini. Banyak pemuda pemudi yang sedang menikmati malam Minggu di cafe merindu. Bahkan tidak jarang, banyak keluarga yang membawa serta keluarganya untuk sekedar ngopi disini. Aku tersenyum getir, mengingat nasib rumah tanggaku yang sudah lama terasa hambar. Kelvin seorang suami yang cuek dengan keluarga. Menurut Kelvin, yang penting anak istri tidak kekurangan materi, itu sudah cukup. Tapi Kelvin lupa, bahwa Aku dan anak-anak juga butuh waktu yang namanya quality time.

"Kamu gak usah aneh-aneh deh dengan permintaanmu itu. Kita tiap hari juga bareng. Kerja bareng, juga tinggal satu rumah. Itu udah lebih dari cukup. Ngapain masih nuntut quality time segala. Kamu tau kan, cafe tiap hari ramenya kayak gimana? Tidak mungkin juga aku meninggalkan begitu saja cafe tanpa pengawasan kita." Sungutnya panjang lebar saat aku ngajak Kelvin untuk sesekali liburan sebentar dengan anak-anak. Tapi jawaban Kelvin yang selalu sama itu, membuat aku juga berhenti untuk membahas masalah itu lagi.

"Pak Kelvin kok gak kelihatan Bu, kemana beliau?" Tanya seseorang yang menyadarkan aku dari lamunanku.

"Ah... Oh...iya pak, suami saya lagi ada acara sama teman-teman motornya." Jawabku sedikit gelagapan.

"Ooh,, jadi ibu sendiri jaga cafe ini?" Tanyanya lagi. Aku hanya menjawab dengan mengangguk dan tersenyum ramah.

Lelaki tersebut seakan masih betah saja berdiri di depan kasir. Membuat aku sedikit risih dalam melayani pembeli yang lainnya. Lelaki yang berseragam coklat itu sesekali menengok kearah luar. Seperti ada yang di tunggu.

Tanpa sengaja mata kami bersirobok. Aku buru-buru mengalihkan pandanganku kearah pengunjung lain. Aku sadar, polisi itu sering mencuri pandang ke arahku . Namun aku pura-pura cuek saja.

"Pak, ini dompetnya yang ketinggalan di kantor. Kebiasaan lupa terus kamu pak. " Oceh lelaki yang sama berseragam coklat itu menghampiri lelaki yang ada di depanku. Lelaki itu hanya tertawa lebar mendengar ocehan temannya.

"Berapa total semuanya Bu?" Tanyanya sambil mengambil uang pecahan lima puluh ribuan.

"Total semua tiga puluh tujuh ribu pak." Ucapku seramah mungkin.

Polisi itu bukan sekali ini saja datang kesini. Hampir seminggu sekali dia pasti kesini. Kadang bersama teman-temannya, tapi lebih sering dia datang seorang diri. Tidak heran, kalau dia terlihat akrab dengan suamiku dan dua pegawaiku.

"Kembaliannya ambil saja Bu". Ujarnya lagi. Hendak aku tolak, tapi polisi itu keburu pergi dengan temannya dan memasuki mobil patrolinya. Aku menghembuskan napas dengan kasar. Tatapan polisi tadi benar-benar membuat jantungku berdegup kencang.

'Ah,, apaan sih, jangan gila kau Fiona. Ingat umur.' rutukku dalam hati.

Cafe baru saja tutup. Dua pegawaiku pun pamit pulang setelah aku berhasil mengunci pintu. Aku menghampiri motorku, dan sialnya ternyata ban motorku kempes lagi. Aku ambil handphone untuk menghubungi Farhan, agar segera menjemputku. Tapi berulang kali tidak tersambung. Bahkan kedua pegawai ku juga susah aku hubungi.

'Jam 10 malam, mana ada tukang tambal ban yang masih buka.' sungutku kesal.

Aku mondar mandir di depan cafe sambil mikir nyari jalan keluar. Emang sih, jarak rumah dengan cafe tidak terlalu jauh. Kalau jalan kaki paling juga butuh waktu 15 menit saja. Tapi tetap saja, malam-malam begini takut juga jalan kaki sendirian. Ya meskipun daerah sini cukup aman, tapi tidak ada salahnya waspada juga.

"Lho, kok belum pulang Bu?" Tanya polisi itu yang mendadak berhenti tepat di sampingku. Aku menoleh kaget. Kok dia lagi..

" Iya pak, ini ban motor saya bocor. Telpon orang rumah juga tidak di angkat." Jawabku sedikit cemberut. Polisi itu membuka maskernya. Dengan senyum simpul dia turun dari mobil patroli.

"Ya sudah kalau gitu saya antar saja Bu. Tidak baik seorang wanita sendirian malam-malam diluar begini." Ucapnya yang membawa angin segar. Mataku berbinar mendapatkan tawarannya. Akhirnya aku bisa pulang tanpa jalan kaki.

"Tidak merepotkan bapak ini ceritanya?" Tanyaku memastikan.

"Sama sekali tidak Bu. Itu sudah tugas Kami melayani masyarakat." Jawabnya dengan ramah. Senyumnya yang baru kali ini aku perhatikan dengan seksama, bikin jantungku berdetak kencang.

"Kalau gitu, saya masukkan motor saya dulu ke dalam pak." Aku cepat-cepat membuka lagi pintu cafe untuk memasukkan motorku. Biar besok Deni aku suruh ke bengkel. Tapi dengan sigap, polisi tersebut sudah menuntun motorku dan siap memasukkan ke dalam.

"Makasih ya pak. Maaf udah bikin repot." Ujarku saat sudah sampai depan pintu.

"Iya sama-sama. Oh ya, boleh saya minta nomer what**pnya? Jadi misal ada apa-apa, masalah keamanan. Bisa langsung hubungi saya." Tanpa pikir panjang aku kasih nomer w******p ku.

Aku melangkah masuk rumah dengan perasaan hati yang tak menentu. Gila,,, kenapa aku bisa sebahagia ini ya? Apa mungkin aku lagi mengalami yang namanya masa puber kedua?

'Tidaaaaaaaakkkk,,,,,,,,! ' pekikku tertahan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status