Share

bab 2

Author: ning idos
last update Last Updated: 2022-06-21 08:00:07

"Kurasakan pudar dalam hatiku, rasa cinta yang ada untuk diriku, ku lelah dengan semua yang ada, ingin ku lepas semuaaaaaa,," Aku bersenandung lirih sambil menggoreng ayam sekaligus menggiling cucian juga.

Sebagai seorang istri dan ibu yang baik untuk suami dan anak-anaknya, aku selalu memberikan pelayanan yang terbaik dirumah. Terutama untuk Kelvin suamiku, aku selalu mengenyangkan perutnya, matanya, dan syahwatnya. Agar suamiku tidak mudah tergoda oleh para pelakor di luaran sana.

"Ih,, mami kayaknya lagi seneng banget nih... bau-baunya ada yang lagi kasmaran nih.." goda Farah sambil nyomot bakwan jagung yang ada di meja makan.

"Hahahhaha,,, apaan sih dek. Itu tuh lagu kesukaan mami dari jaman mami masih muda. Masih awal-awal nikah sama papi kamu." Elakku sambil menonyor kening Farah. Yang di tonyor malah cengengesan.

Drrrt drrrt drrrt

"Mam, ponselnya getar tuh." Farah menunjuk ponselku yang ada d meja makan.

Ada panggilan dari nomer tidak dikenal. Tapi setelah ku angkat, baru aku tau, kalau itu adalah pak polisi yang tiga hari yang lalu mengantarku pulang.

"Jangan panggil aku bapak dunk, memang aku terlalu tua ya di mata mbaknya?" Protes polisi yang baru aku tau dia bernama Jordan Kurniawan itu.

"Hehehehe ya udah aku manggil mas saja ya. Kan kamu manggil aku mbak." Jawabku kemudian dan langsung disetujui oleh Jordan.

Kami terus ngobrol basa basi tanya tentang keluarga masing-masing.

Ternyata baru aku tau, kalau Jordan sudah punya tiga anak yang keduanya juga seumuran Farhan dan Farah. Hanya saja kedua anak Jordan tinggal sama neneknya di kota yang mempunyai julukan Kota Apel.

"Maamiiiiiiii,,,,,,, ikan lautnya kok ditinggal, kan gosong! Haduuuuuuuh." Teriak Farah yang baru keluar dari kamar mandi dengan panik begitu melihat kepulan asap dan bau gosong dari dapur.

Aku yang masih asyik telpon dengan Jordan sambil jemur pakaian pun langsung lari ke arah dapur dan lupa menutup sambungan telponku.

Aku dengan sigap membereskan semua yang berantakan di dapur sambil mendengar omelan Kelvin yang juga kaget dengar ribut-ribut.

"Masak gitu aja gak becus kamu itu. Ngapain aja dari tadi? Ngelamun apa ketiduran kamu itu. Tiap kerja gak pernah beres." Cicit Kelvin sengit. Aku hanya diam, malas juga menanggapi pria tempramen macam Kelvin. Lebih tepatnya, aku sudah kebal menghadapi watak Kelvin. Masalah kecil bisa jadi besar bagi Kelvin.

"Heh, orang tanya itu dijawab gobl*k, bukan diam saja, bud*k telingamu hah!." Lanjutnya sambil melempar tempe ke kepalaku.

"Aku jemur pakaian, sampai lupa kalau lagi goreng ikan. Ya udahlah, ngapain sih di besar-besarkan. Orang cuma ikan 4 biji aja, masih banyak juga nih di meja yang udah matang." Jawabku dengan kesal. Suami model begini gak bisa di diamkan saja. Yang ada makin ngelunjak dan menindas kita.

Memang dia kira aku istri pemain sinetron yang ada di tv udang terbang.

"Jadi malas mau sarapan, pagi-pagi sudah bikin emosi orang saja." Sungutnya sambil mengeluarkan motor dan berlalu. Rasanya ingin aku balas ucapannya, tapi keburu Farhan dan Farah mencegahku.

"Mami, berapa kali aku bilang, gak perlu ladenin omongan papi. Ngapain? Gak ada gunanya. Biarkan papi ngomel apa saja, mami ngalah saja." Nasehat Farhan yang ikut di timpali oleh Farah.

"Maaf ya mam, gara-gara Farah jerit-jerit tadi bikin mami kena omel papi." Ujar Farah dengan mata berkaca-kaca. Aku hanya tersenyum getir sambil mengelus kepala kedua anakku yang sangat perhatian ke aku. Mereka juga kesal dengan sikap papinya yang kadang baik, namun tak jarang prilakunya sudah mirip Dajjal.

Aku mengeluarkan hp yang ada disaku, setelah kepergian Farhan dan Farah. Alamaaaaak, rasanya aku ingin pingsan saja. Kenapa bisa lupa aku mematikan telponku,,

Dengan gemetar aku dekatkan hp ke telinga. Dan benar saja, Jordan masih hidup diseberang. Gila, dari tadi aku berantem dan ngobrol sama anak-anak, Jordan tau. Malu rasanya.

"Ehem,,, mas Jordan belum mutusin sambungan telpon ya?maaf ya, harus dengar keributan tadi." Ucapku lirih. Untung di telpon, coba kalau berhadapan langsung, dia pasti tau kalau wajahku udah kayak kepiting rebus.

"Iya tadi kan tidak ngomong mau ditutup telponnya. Jadi ya aku tunggu. Maaf sempat nguping masalah keluarganya mbak." Jawab Jordan tenang.

Aku menghembuskan nafas dengan kasar. Sesak di dada rasanya perlu aku tumpahkan. Jordan pun paham, dia menawarkan untuk menjadi pendengar yang baik. Hingga tak terasa 2 jam aku curhat tentang rumah tanggaku ke Jordan.

"Maaf ya mas, aku jadi curhat gak penting ke masnya." Lanjutku.

"Santai saja, tugasku kan untuk melayani dan mengayomi masyarakat" ujarnya sambil terkekeh. Ternyata polisi satu ini humoris juga.

Sebulan telah berlalu, hubungan aku dan Jordan makin dekat. Jordan pun sering cerita tentang keluarganya. Terutama istrinya yang galaknya bukan main. Ternyata Aku dan Jordan sama-sama memiliki masalah keluarga yang tidak jauh beda.

Ada hikmahnya juga Aku tidak tidur sekamar dengan Kelvin. Sudah 4 tahun Kelvin memilih tidur di kamar terpisah dengan alasan yang tidak jelas. Kelvin akan tidur dengan aku jika kebutuhan syahwatnya harus tersalurkan.

Tapi setahun belakangan ini, Kelvin jarang sekali minta jatah bathin. Terkadang, jika aku yang merayunya, dia malah menolak dan tak segan marah-marah. Sehingga buat aku tersinggung. Sampai pada akhirnya aku sudah kebal dan mati rasa. Melayani Kelvin di atas ranjang, begitu bukan lagi hal yang indah. Melainkan hanya sekedar gugur kewajiban sebagai seorang istri. Soal kepuasan, jangan ditanya, aku sama sekali tidak merasakan bahagia.

Sampai pada puncaknya, Jordan merayu aku untuk keluar jalan bareng. Alasannya agar aku tidak terlalu stress menghadapi hidup. Terasa seperti terhipnotis, aku menyanggupi ajakan Jordan, asal tidak jalan-jalan di dekat daerah tempat kami tinggal. Dan Jordan menyanggupinya.

"Hai, maaf nunggu lama ya? " Ucapku setelah memarkirkan motor di area parkir rumah sakit. Sengaja aku parkir di rumah sakit, karena aku rasa aman menaruh motor kesayangan disana.

"Ah, nggak juga kok. Aku baru lima menit sampe. Yuk masuk!" Jawabnya sambil membuka pintu mobil Pajero sport nya.

Lama kami terdiam dengan pikiran masing-masing. Jujur saja, ini kali pertama aku jalan denga pria tanpa ijin suami dan pastinya dengan sembunyi-sembunyi.

"Pamit kemana tadi ke pak Kelvin?" Akhirnya Jordan membuka suara duluan.

"Nggak pamit, Kelvin kan ada di cafe. Dan aku hanya menemani Kelvin di cafe kalau malam hari. Kalau siang mah dirumah. Jadi kaum rebahan." Jawabku nyengir kuda. Sesekali aku melirik Jordan disampingku. Ada getaran yang tak bisa aku artikan. Entah ini apa namanya.

"Mas Jordan libur kerja? Pamit kemana ke istrinya?" Tanyaku balik.

"Aku libur. Tadi alasan nge-PAM, dia percaya aja. Heheheheh." Jawabnya sambil noleh ke aku. Tatapannya yang dalam dan teduh, membuatku grogi dan salah tingkah.

"Nggak nyangka, wanita secantik kamu, menyimpan luka dalam rumah tangganya. Kenapa kita harus ketemu di waktu yang salah. Andai ketemunya dulu, udah pasti aku yang akan nikahin kamu." Ujar Jordan sambil meraih tanganku dan membawanya nempel di dadanya yang bidang. Keringat dingin mulai membasahi keningku. Padahal mobil ini ber-AC, tapi aku berasa gerah dengan perlakuan Jordan.

"Mas, jangan gini dong, aku takut." Jawabku polos berusaha menarik tanganku. Tapi Jordan makin menggenggam erat tanganku.

"Fiona, mau nggak kita lebih dari sekedar teman?" Tanyanya setelah dia menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Mas, kita kan,,,”

"Aku tau kita sudah punya keluarga masing-masing, kita punya masalah yang sama. Sama-sama jenuh dengan pasangan kita. Sebulan kita dekat, kita berbagi cerita, dan jujur,,,, aku nyambung ngobrol sama kamu. Aku ingin kita lebih dari sekedar teman. Please..." Sela Jordan seraya mencium tanganku. Aku tau bahwa Jordan juga gemetar saat memegang tanganku. Jantungnya juga berdetak cepat.

Aku menunduk diam. Karena aku juga bingung harus menjawab apa. Di satu sisi aku juga nyaman ngobrol dengannya. Di sisi lain, aku sadar kalau ini hubungan tidak sehat. Jika sampai Kelvin tau, habis sudah riwayatku. Memikirkan saja, aku sudah ngeri.

"Fio sayang,,, gimana hmmm?" Jordan mengangkat dagu Aku dan mata kita saling bertemu. Mata itu, begitu damai aku memandangnya.

"Aku takut suamiku tau mas. Kalo mas Kelvin tau, bisa di bunuh aku mas." Akhirnya mencelos juga kalimat ketakutan itu.

"Kita main cantik sayang, agar pasangan kita dan orang-orang tidak ada yang tau hubungan kita. Di luar kita biasa saja. Aku juga tidak mau keluarga kita hancur. Kita ikuti arus. Jangan melawan arus. Mau ya?" Rayunya dengan meyakinkan aku.

Aku mengangguk ragu menerima ajakan Jordan. Dengan tersenyum lebar, Jordan memeluk Aku erat. Mencium keningku berkali-kali.

"Makasih sayang , aku bahagia sekali." Ujarnya sambil terus mendekap aku.

"Hemm mas, Aku bisa mati kehabisan oksigen kalau kamu peluk kenceng gini." Cicitku dengan suara manja. Jordan hanya tersenyum mendengarnya.

Hari itu adalah hari bersejarah buat aku. Hari dimana aku menodai kesucian pernikahan. Tapi entah kenapa, jadian dengan Jordan membuat semangat hidupku berkobar lagi. Aku menjalani hari-hari dengan senang dan bahagia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ifitatur Riska
ayo lanjutin lagi kak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjebak cinta semu sang polisi   BB 39

    Aku berada dalam dua pilihan yang sulit aku putuskan. Memiliki keduanya dengan kelebihan masing-masing itu adalah impian aku. Terkesan serakah memang aku. Tapi hatiku telah bercabang dan terbagi antara Fiona dan Tsania. Fiona yang keibuan dan sabar dalam menghadapi sifatku. membuat aku takut untuk kehilangan dia. Tapi Tsania dengan kecantikan dan goyangan yang membuatku candu akan tubuhnya, tak menginginkan aku untuk mengakhiri hubungan gelap ini. "Sayang, bagaimana kalau untuk sementara waktu kita nikah di bawah tangan dulu. Aku tidak mau kita melakukan dosa lebih jauh lagi. Sambil kamu menyiapkan perceraian kamu dengan istrimu itu. " usul Tsania tiba-tiba membuyarkan lamunanku. "Apa beb? nikah? jangan dulu lah beb. Kita pasti nikah. Tapi kita ga perlu nikah di bawah tangan segala. Aku sudah bilang untuk bersabar terlebih dulu beb. " elak ku dengan menutupi kegugupan yang menyerang hatiku. "Halah, selalu itu terus yang kamu bilang yank. Sabar, sabar dan sabar. Apa harus n

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 38

    POV Kelvin " sayang,, kamu jangan pulang dulu. Aku masih kangen sama kamu." Rengek Tsania yang sedang bergelayut manja di lenganku. " Beb, jangan begitulah. Kamu tahu aku masih ada istri dan anak yang ada di rumah. Nanti mereka curiga kalau aku tidak pulang malam ini. " Tolakku halus. Sudah setahun lebih aku menjalin hubungan asmara dengan Tsania. Seorang gadis periang yang aku kenal saat motorku mogok kehabisan bensin diwaktu touring ke gunung Ijen. Seorang gadis tiba-tiba berhenti di sampingku dan menawarkan bantuan. Tanpa aku pinta, dia menawarkan diri untuk membelikan aku bensin eceran. Itulah awal pertemuan aku dengan Tsania. Sebagai ucapan rasa terimakasih aku yang sudah di bantu olehnya, aku mengajak Tsania untuk makan nasi goreng keliling yang kebetulan lewat. Siapa sangka, pertemuan yang tak sengaja membawaku pada sebuah hubungan yang terlarang bersama Tsania. Wajahnya yang cantik, periang dan memiliki wawasan yang luas membuat aku terpikat akan pesonanya. Awalnya aku men

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 37

    Udara malam ini terasa sangat dingin setelah diguyur hujan sejak sore tadi. Suara nyanyian kodok saling bersautan menambah sunyinya suasana di sekitaran perumahan yang aku tempati. Aku termenung seorang diri di teras rumah. Menunggu Kelvin yang sedari tadi susah di hubungi. Ku lirik jam tangan sudah menunjukkan pukul 23.18 WIB. Seharusnya Kelvin sudah sampai rumah sejam yang lalu. Kemana dia?"Mami belum tidur? " Tanya Farhan yang tiba-tiba nongol dengan membawa dua gelas coklat hangat. "Biasanya habis hujan begini enaknya itu minum yang hangat-hangat mi." Ujarnya dengan menyodorkan segelas coklat hangat. Aku menerimanya sambil mengulum senyum. "Makasih ya kak." Farhan membalas dengan senyum. Aku kembali menatap lurus ke arah jalanan. Pikiran yang menumpuk di otak sangat menggangguku." Nungguin papi ya mam?" Tanya Farhan melirikku. "Hu'um." Jawabku sambil menyeruput coklat hangat. " Boleh mami tanya sesuatu kak?""Mau tanya apa mam?" Jawabnya dengan balik bertanya." Kalau boleh

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 36

    POV Fiona " Mamiii,,," seru Farah lemah ketika melihatku di pintu UGD. Aku menghambur memeluk Farah yang baru sadar. Putri manjaku menangis dalam pelukanku. " Adek apanya yang sakit sayang?" Tanyaku setelah mengurai pelukannya. Aku meneliti setiap inci tubuh anak gadisku. Tangan dan kakinya terdapat luka lecet-lecet. " Tidak apa-apa mi, hanya luka ringan." Jawabnya sambil meringis. Aku mengelus rambut anakku. Mataku menoleh ke ranjang di depan Farah. Ada Farhan yang masih di jahit pelipisnya oleh pihak puskesmas. Aku mendekati Farhan dengan hati yang miris. " Maaf ya mam, Farhan belum bisa jaga adek dengan baik. " Ujarnya setelah selesai ia di jahit. Aku mencium keningnya sesaat. " Tidak ada yang perlu di maafkan kak. Ini musibah. Jangan merasa bersalah begitu. " Jawabku lembut dengan mengelus rambutnya. " Farhan, motor kamu mengalami kerusakan. Papi mau bawa ke bengkel motor langganan kamu. Oh ya, apa kalian sudah hubungin pihak sekolah kalau hari ini tidak bisa masuk?" Kelvin b

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 35

    Aku membantu Almira menyiapkan perlengkapan Dira sekolah. Pagi-pagi aku sudah antri membeli sarapan untuk kami bertiga. Almira memang bisa di hitung kalau mau masak. Tidak seperti istri muda aku. Sesibuk apapun, selalu menyempatkan waktunya untuk menyiapkan makan untuk keluarganya. Ups,,, istri muda aku. Kedengarannya sangat menggelitik telinga. " Pa, habis antar Dira, langsung pulang! Jangan mampir kemana-mana dulu." Seru Almira saat aku tengah memanaskan mesin motor. " Iya. Kamu jangan balik tidur lagi. Mandi kek, atau beberes rumah gitu." Balasku dengan mengingatkan Almira akan tugasnya sebagai seorang ibu rumah tangga." Ogah." Cibirnya sambil masuk ke dalam rumah. Istri macam apa yang telah aku nikahi ini. Andai tidak memiliki ke tiga anak, sudah aku kembalikan ke orang tuanya. Hampir semua kerjaan rumah aku yang handle. Kalau aku suami pengangguran mungkin aku tidak akan mengeluh, tapi disini aku sudah menjadi suami yang tidak melalaikan tanggung jawab aku untuk mencukupi kelu

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 34

    POV JORDANSetelah kejadian di puncak, aku semakin mencintai Fiona. Bukan hanya karena nafsu, tapi memang aku benar-benar mencintai dia. Karena kepribadian Fiona yang sangat menyenangkan. Bersama Fiona, aku merasa menjadi diri sendiri. Fiona yang humoris bisa mengimbangi sifat aku yang sebenarnya suka bercanda. Tapi sayangnya aku hidup dengan istri yang selalu serius dalam hidup. Susah diajak bercanda. Yang ada omelan yang kerap aku dapatkan. Tapi aku adalah seorang suami yang tidak suka mencari keributan, jadi jika istriku Almira suka uring-uringan, aku tidak pernah menanggapi. Memilih keluar rumah mencari ketenangan dengan kumpul bersama para pecinta burung.Sore ini Dira memaksa makan di gacoan. Almira juga merengek mengajak jalan-jalan. Kebetulan aku sedang tidak dinas, jadi aku menyanggupi ajakan Almira dan Dira. Kami menikmati makan dengan santai. Sesekali Dira bertingkah berlarian kecil. Aku hanya memantau saja. Wajar menurut aku,anak sekecil Dira bertingkah seperti itu. Tapi s

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 33

    Aku, Renata, dan Laras sebenarnya memiliki masalah yang sama. Kami sama-sama sedang bermain api dalam rumah tangga kami. Entah sampai kapan permainan ini akan berakhir. Dan entah api ini akan padam dengan sendirinya, atau apa justru akan membakar diri kami sendiri. Kami tidak tahu. Biarlah ini berjalan dengan seiring berjalannya waktu. Kami tahu ini salah. Tapi kami terlanjur masuk dalam kubangan dan sulit untuk bangkit. " Kita tidak akan menjadi buaya betina seperti ini kalau suami kita tidak egois dengan dirinya sendiri. Kita akan menjadi ratu di kerajaan rumah tangga kita, jika kita berada dalam genggaman lelaki yang tepat." Ucapan Laras tadi siang masih terngiang di telingaku. Apa betul selama ini aku berada dalam genggaman lelaki yang salah? Tanpa sadar, aku sudah menghabiskan waktu satu jam lamanya di dalam kamar mandi tanpa melakukan apa-apa. Jika tidak karena Farhan yang menggedor pintu kamar mandi, mungkin aku masih tetap bertapa didalam. " Mami tumbenan lama banget di dal

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 32

    Siang ini aku kedatangan Renata di rumah. Kami mengobrol lama sambil uprek di dapur membuat cemilan. Aku dan Renata memang sudah dari remaja hobi masak. Jadi kegiatan di dapur sangat menyenangkan tersendiri bagi aku dan Renata." Re, hubungan gelap kamu sama Ahmad gimana? Masih lanjut?" Tanyaku saat ingat bahwa Renata juga tidak jauh beda kelakuannya dengan aku. Bedanya, dulu saat Renata curhat tentang perselingkuhannya, aku selalu menasehati Renata. Tapi sekarang justru aku yang mengikuti jejak Renata yang keliru." Entahlah fio, aku sekarang sedang berada di titik jenuh dengan Ahmad maupun suamiku. Sepertinya menjadi janda itu lebih menyenangkan ya fio?" Jawabnya ambigu. " Lha kok kamu ngomongnya begitu? Tidak baik bilang mau jadi janda. Ntar di aminkan malaikat nangis kejer kamu." Omelku menasehati Renata. Ia hanya tersenyum kecut mendengar ocehan aku. Aku dan Renata kembali berkutat membuat cemilan tahu walik. Renata sibuk menggoreng. Dan aku sudah menyelesaikan membuat saos sam

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 31

    Setelah dua Minggu tanpa melakukan pekerjaan rumah, pagi ini aku kembali ke aktivitas sebelumnya. Beberes rumah yang mulai banyak debu bersarang di beberapa tempat. Mungkin Farhan atau Kelvin menyapu bagian pentingnya saja. Sampai kolong meja sudah tebal oleh gumpalan debu. Aku mengerjakan pekerjaan rumah dengan cekatan dan cepat. Sehingga saat anak-anak berangkat sekolah, semua sudah kelar. " Mi, aku mau ngomong sama mami. Ada hal penting yang harus kita bahas. Mumpung anak-anak sudah berangkat." Kelvin memulai obrolan disaat aku tengah merapikan etalase kecil yang menyimpan berbagai skincare jualanku. Tanganku terhenti dan menoleh heran. Ada gurat gelisah di wajah Kelvin saat aku tatap." Mau ngomong apa pi? Ngomong saja. Sepenting apa sih yang mau dibahas? Kok mukanya tegang gitu." Jawabku sengaja menyindir. Kelvin tengah mengelap keringatnya dengan lengannya. "Emh begini, mami masih ingat ruko yang di jual oleh pak Jordan itu? Ternyata suami Renata tidak mau dengan ruko yang ak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status