Share

Tawaran Kompensasi

Author: Nona Ekha
last update Last Updated: 2024-07-12 01:08:32

Di hari berikutnya, Bunga berusaha bekerja seperti biasanya. Ia sama sekali tidak mempertanyakan kenapa majikan wanitanya, Sofia, keluar dari kamar tidur tamu dan kapan wanita itu pulang semalam.

Yang jelas, ia bersyukur Sofia tidak memergokinya keluar dari kamar utama. 

Mengingat kejadian semalam membuat hati Bunga kembali sakit. Apalagi pagi ini, ibunya kembali menelepon.

"Ya Tuhan! Aku belum ada uang, Bu. Nanti kalau udah gajian pasti aku bakal kasih uangnya ke Ibu."

Bunga terdengar frustrasi karena didesak seperti ini. Seakan masalah ini datang padanya bertubi-tubi.

Kemarin ibunya meminta uang tiga juta, yang mana adalah nominal hampir seluruh gajinya. Lalu, saat awal menelepon tadi, nominal uangnya mendadak bertambah menjadi lima juta.

Makin lama bicara, nominal yang diminta sang ibu makin tidak masuk akal.

Baru kemudian, ibu Bunga jujur kalau dia baru saja mendapatkan tagihan dari aplikasi pinjol dan memerlukan sepuluh juta.

"Ibu dari tadi diteror terus sama tukang panci itu, Bunga. Ini juga pinjol bentar-bentar nelepon terus, Ibu pusing ini.” Sang ibu terus bicara. “Kenapa ya, nagihnya pas-pasan barengan kayak gini. Mereka juga ngancam, Ibu jadi takut, Bunga.” 

Bunga memijit pelipisnya. Pusing dengan tingkah sang ibu.

“Tolong diusahakan dong. Kan kamu kerja di kota besar. Majikanmu kaya,"

Bunga menghela napas. 

"Bu, jangan bikin aku tambah pusing,” mohonnya. “Aku juga udah usaha di sini, tapi emang belum ada. Seperti yang aku bilang kemarin, aku belum lama kerja di sini. Lagipula, kerja di kota besar bukan berarti langsung kaya raya.” Bunga menghela napas lagi. “Ibu jangan suka ngutang. Ibu tahu kan kalau kondisi keuangan kita lagi kritis?” 

Bunga berusaha berkata tegas lagi. “Kalau masalah utang Ibu, aku nggak bisa bantu. Aku bisanya bantu bayar daftar adek sekolah."

"Duh! Kamu ini gimana sih, bukannya kasih solusi ke Ibu malah ngomel-ngomel nggak jelas.” Bukannya memahami posisi Bunga, si ibu justru balas mengomel. “Pokoknya Ibu nggak mau tahu! Kamu harus kasih Ibu duit sepuluh juta. Kamu pinjam duit ke teman kamu. Orang kota pasti duitnya banyak-banyak juga. Usaha, Bunga!"

"Bu, aku--"

Tut ... Tut ... Tut ...

"Astaga! Belum juga selesai, udah main matiin aja.” Bunga meletakkan ponselnya di atas meja dapur. 

Bingung. Di mana ia bisa mendapatkan uang sepuluh juta itu dalam waktu singkat? 

Jangankan sepuluh juta. Tiga juta untuk biaya adiknya sekolah saja belum tentu bisa Bunga berikan.

“Hei. Kamu.”

Tubuh Bunga tiba-tiba menegang saat mendengar suara itu. Sontak kepalanya menoleh ke asal suara dan melihat Gama sedang berdiri di ambang dapur.

“Y-ya, Tuan?” cicitnya.

Gama melangkah mendekat dan Bunga langsung mengerut mundur, khawatir pada apa yang akan dilakukan pria itu lagi padanya, sekalipun Sofia sedang ada di dalam rumah.

"Berapa yang kamu minta?"

Pertanyaan itu membuat Bunga memandang si majikan dengan tatapan bingung, sebelum kemudian mengetahui bahwa Gama mengingat peristiwa semalam saat keduanya beradu pandang.

Bunga tersenyum pedih. Sekalipun ingat, alih-alih meminta maaf, Gama malah ingin menukarkan kali pertama Bunga dengan sejumlah uang. 

Semurahan itukah dirinya?

"Saya tidak menginginkan uang," ujar wanita itu pelan.

Harga diri Bunga saat ini lebih besar dibandingkan penawaran Gama, sekalipun semenit sebelumnya ia sedang kebingungan untuk mencari uang.

Padahal setelah ini pun, Bunga berniat untuk menemui Sofia untuk meminjaum uang.

Sungguh munafik.

"Lalu apa? Kau ingin aku menikahimu?" tanya Gama kemudian.

Lantas Bunga menggeleng. Itu juga sama sekali tidak dia harapkan, saat ini dia benar-benar bingung.

Sebenarnya Bunga ingin keluar saja dari sini, ingin pergi sejauh-jauhnya untuk melupakan kejadian malam tadi, tapi ekonomilah yang memaksa untuk tetap bertahan.

Gama menghela napas gusar, dia bingung dengan sikap Bunga. Ditawar sejumlah uang tidak mau, lalu ditawar untuk menikah dengannya wanita itu juga tidak mau. 

Apa yang sebenarnya wanita ini inginkan darinya?

"Kalau tidak ingin keduanya terus apa yang kamu mau, huh?" tanyanya, membuat Bunga kembali menunduk. 

Gama memperhatikan Bunga cukup lama, dipandanginya tubuh wanita itu dari atas sampai bawah. 

Sial! Tiba-tiba saja tubuhnya meremang ketika mengingat bagaimana rasanya berbagi peluh dengan Bunga.

Pria itu tiba-tiba menggeleng karena sudah berpikir kotor.

Melihat Bunga tampak diam saja membuat Gama menghela napas berat.

"Sudahlah. Aku bisa membayarmu. Katakan saja kamu menginginkan berapa," desis Gama. Tujuan kamu bekerja di sini kalau bukan uang lalu apa? Jangan munafik, Bunga.”

Bunga memberanikan diri menatap Gama. Tatapan wanita itu sulit diartikan. 

Namun, Gama yakin hal itu menyiratkan kesedihan sekaligus kebencian.

"Anda sudah mengambil masa depan saya secara paksa. Meski saya tahu kalau tadi malam Anda mabuk, tapi tidakkah Anda merasa bersalah sedikit pun?"

Bunga kemudian membatin, apakah bagi orang-orang kaya, mengucapkan maaf adalah hal sesulit itu?

"Jangan bertele-tele,” tandas Gama. Keningnya mengerut. “Semalam memang sebuah kesalahan. Karenanya, aku menawarkan kompensasi. Kamu yang membuatnya menjadi sulit.”

“Tuan, saya–”

“Atau kamu mau pekerjaan dengan tawaran yang lebih tinggi?” ucap Gama lagi. “Aku bisa membayarmu, lebih daripada yang Sofia berikan.”

Bunga tampak bingung. “Sebagai pembantu, Tuan?”

Gama menatap Bunga selama beberapa saat dalam diam. Entah apakah wanita ini sempat mendengar perdebatannya dengan Sofia atau tidak tadi pagi–lantaran ranjang di kamar utama terlihat seperti habis dipakai untuk beradegan dewasa–tapi hal itu memunculkan ide dalam kepala Gama.

Jika memang istrinya selingkuh dan tidak setia pada pernikahan mereka terlebih dahulu, maka Gama bisa menggunakan ini untuk membalas Sofia.

Karenanya, pria itu mengatakan, “Sebagai wanita rahasiaku.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Balas Dendam

    "Apa yang Papa lakukan?""Melakukan yang memang pantas kulakukan," jawab Gunadi enteng.Gama mengepalkan tangannya. Dia tak menyangka kalau situasinya akan menjadi seperti ini."Bukannya kamu setuju pisah sama dia? Kenapa masih dipertanyakan lagi?" Gunadi menatap putranya dengan sorot mata tajam."Aku emang setuju, tapi kenapa Papa masih ikut campur? Lama-lama aku muak sama kelakuan Papa. Dengar, aku ini bukan anak kecil yang selalu diatur-atur harus seperti ini, harus seperti itu. Nggak, Pa. Aku nggak habis pikir punya keluarga macam Papa." Gama menggeleng kecewa."Percuma kamu meratapi nasib, orang itu sekarang udah pergi jauh. Dia nggak bakal ganggu kamu lagi, sekarang mulai semuanya dari awal. Cari wanita yang setara, supaya tidak malu-maluin keluarga kita jika diajak pergi ke pesta."Gama tersenyum sinis. Segampang itu? Seandainya orang yang ada di hadapannya ini bukan papanya, mungkin sudah dia bunuh, karena sudah berani-beraninya mengacaukan seluruh hidupnya, ikut campur pribad

  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Jangan Mimpi!

    Apa yang dikatakan Ayu memang benar, Gunadi adalah orang yang sangat berbahaya.Bunga sangat menyesal karena telah berurusan dengan pria itu. Nyatanya uang 5 milyar yang dijanjikan pria itu tidak dikasih, yang ada Bunga diancam kalau tidak menuruti perintah pria itu.Bahkan Ayu yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalah mereka pun ikut terseret."Yu, aku minta maaf. Ini belum terlambat, lebih baik kamu pergi aja sebelum semuanya--""Udah, nggak apa-apa, Bunga," sela Ayu cepat.Sebelum orang suruhan Gunadi benar-benar pergi, berkali-kali Bunga menyuruh Ayu untuk membuntuti mereka, sayangnya Ayu tidak mau. Dia malah memilih untuk bersama Bunga. Dia tidak tega meninggalkan Bunga seorang diri di tempat sepi seperti ini.Bunga tahu kalau Ayu juga syok dengan kekacauan yang terjadi. Bunga berkali-kali menyesali keputusannya, berkali-kali juga meminta maaf pada Ayu.Awalnya Bunga meminta uang 5 milyar hanya ingin basa-basi saja, atau ... bisa dikatakan sekadar iseng, untuk memastikan ucap

  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   5M

    "Aku nggak nyangka kalau dia bakalan buang aku, Yu. Padahal selama ini aku udah ngotot pertahanin dia. Kenapa dia ... jahat banget sama aku, Yu."Ayu menatap Bunga prihatin, Bunga sedari tadi menangis sesenggukan dan beberapa kali juga memaki Gama.Sedari tadi mulut Ayu terasa begitu gatal, hanya saja dia terus menahannya. Tunggu benar-benar Bunga membaik, barulah Ayu akan mengeluarkan sumpah serapahnya itu."Yu, kok kamu dari tadi diam aja sih, biasanya juga ngomel-ngomel. Kamu nggak lagi di pihak aku ya?" omel Bunga di sela-sela tangisnya.Ayu menghela napas berat. "Kamu ini ngomong apa sih, justru aku kasih kamu kesempatan buat nenangin diri.""Dia tiba-tiba bilang kalau lebih baik aku sama dia pisah aja. Tiba-tiba banget loh, Yu, nggak ada angin nggak ada hujan, kamu bayangin aja gimana syoknya jadi aku.""Kan dari awal aku juga udah bilang, jangan pernah berurusan sama laki-laki kaya, apalagi sampai jatuh cinta. Nih lihat sendiri kan akibatnya, dan lagi saat ini kamu lagi bunting

  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Sebenarnya Kamu Ada dipihak Siapa?

    "Kamu tahu kalau istri kamu itu hamil?"Gama tersenyum menyeringai, mencengkram ponsel itu dengan erat. Saat ini dia sedang berbicara dengan Gunadi melalui telepon.Entah mengapa tiba-tiba Gunadi berbicara seperti itu, dan apa alasan Sofia mengatakan hal itu pada Gunadi? Apa karena tidak terima karena dirinya meminta cerai?"Papa yakin kalau itu anakku?""Kamu tanya sama Papa? Yakin? Kan kamu sendiri yang nanam benih," cibir Gunadi dari ujung sana.Gama mengacak rambutnya frustrasi. "Pa, aku udah bilang, aku nggak pernah sentuh Sofia. Mana mungkin itu anak aku, keputusanku udah bulat ya, mulai sekarang Papa nggak usah ikut campur lagi sama aku dan Sofia. Aku sama Sofia udah selesai, Pa.""Sofia?" Gunadi tertawa terbahak-bahak. "Emangnya Papa ada bahas dia?"Gama terdiam beberapa saat, mencerna apa yang barusan dia dengar. Apa maksud Gunadi?Lalu pandangan Gama beralih pada pintu kamar yang saat ini ditempati oleh Bunga istirahat.Apa mungkin yang dimaksud Gunadi adalah Bunga? Sial! Ba

  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Kita Sebaiknya Pisah Saja

    "Bunga, kamu ... maaf aku baru bisa ngabarin kamu sekarang, semalam aku pulang ke rumah, mamaku sakit dan entah kenapa dia tiba-tiba manja banget sama aku, dia nggak mau aku tinggalin, alhasil aku nginep di sana, ponselku kehabisan daya. Aku minta maaf, aku dengar dari satpam kalau kamu habis kelahi sama Sofia, iya?"Bunga tersenyum kecut. Apa tadi kata pria itu? Mamaku ya? Sudah sangat jelas bukan kalau Bunga sama sekali tidak diharapkan dalam pernikahan ini?Bahkan selama mereka menikah pun Bunga sama sekali tidak pernah dikenalkan oleh keluarga Gama. Entah, Bunga juga bingung kenapa dia harus mempermasalahkan ini sekarang, padahal sudah jelas-jelas pernikahan mereka didasari karena terpaksa.Argghh! Bunga benci dengan situasi ini, dia heran kenapa berubah menjadi serakah?"Aku nggak papa," sahutnya ketus."Aku tahu kamu marah, aku minta maaf atas perlakuan Sofia. Kamu habis dari mana, kok baru pulang?"Bunga tak menjawab, dia hanya bisa geleng-geleng kepala. Stok kesabarannya kali

  • Terjebak di Ranjang Panas Tuan Gama   Enyah dari Hadapanku!

    Hingga pagi menjelang, Bunga masih berharap jika Gama akan menjemputnya. Kenyataannya? Menghubungi dirinya saja tidak, boro-boro untuk menghampiri dirinya ke sini.Sebenarnya Gama pergi ke mana? Kenapa menjadi tanda tanya besar laki-laki itu tiba-tiba menghilang?Bunga hanya bisa menghela napas berat, dilihatnya sudah jam delapan pagi, kondisinya juga sudah lumayan membaik, dan dia juga sudah diizinkan pulang karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.Dokter hanya berpesan jika dia harus menjaga kandungannya sebaik mungkin, untuk biaya rumah sakit pun Bunga juga sudah membayarnya sendiri, untungnya waktu itu dia masih mengingat dompetnya, jaga-jaga untuk keperluan mendadak, dan ternyata benar. Bunga berjalan menuju koridor rumah sakit, sesekali mengecek ponselnya, berharap Gama menghubunginya, sayangnya nihil."Apa sebegitu nggak penting aku bagimu, Mas? Sampai-sampai aku nggak ada di rumah pun kamu sama sekali nggak peduli," gumam wanita itu tersenyum miris.Sesampainya Bunga d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status