"Aku bakal beri kamu uang, berapa pun yang kamu minta pasti aku kasih. Tapi ...." Gama menghela napas berat. "Anda tidak perlu merasa bersalah, Pak. Saya sudah memaafkan Anda, meskipun itu hal berat. Saya tahu kalau Anda melakukannya tidak sadar, apalagi pengaruh alkohol, tapi kalau Anda mau kasih saya uang sebagai bentuk tanggung jawab, saya bakal terima karena saya memang sedang butuh." Bunga salah paham. Wanita itu pikir Gama merasa bersalah karena sudah merenggut keperawanannya, dan sebagai tanggung jawabnya pria itu memberikan sejumlah uang, nyatanya Gama malah menginginkan Bunga sebagai simpanannya. Lalu, apa Bunga akan menerimanya begitu saja sedangkan pria itu saja sudah memiliki istri yang sangat seksi? Atau bahkan menolaknya?
View More"Bunga!""Ahhh. Nggghhh."Bukannya takut, Gama malah semakin memacu di atas tubuh Bunga."Bu Sofia manggil, awas!" Bunga yang tadinya menikmati seketika berubah ketakutan."Pak!" geram Bunga. "Ada Bu Sofia di luar. Minggir, nanti dia curiga!" dia tampak pias karena mendengar Sofia menggedor pintu.Gama mendengkus keras, dia pun menggulingkan tubuhnya ke sisi Bunga."Jangan di sini, Pak. Kalau bisa sembunyi," bisik Bunga.Gama mendelik tajam, kendati demikian dia menuruti permintaan Bunga.Melihat Gama menjauh, Bunga langsung merapikan penampilan, setelah dirasa cukup, dia pun langsung membuka pintu.Pura-pura terkejut dengan kehadiran Sofia di depan kamarnya."Bu Sofia? Ada apa, Bu?" tanyanya dengan sopan."Ada apa, ada apa. Kamu itu ngapain sih, dari tadi dipanggil-panggil juga kenapa diam aja, huh?!" bentak wanita itu."Maaf, Bu, tadi saya ketiduran. Maaf." Kepala Bunga menunduk."Maaf, maaf, maaf terus. Alasan aja kamu itu, bilang aja malas kalau disuruh-suruh. Kamu ini, makin ke s
"Nih."Ayu tersentak, dia langsung mengalihkan pandangannya ke arah Bunga."CK! Ngagetin aja," gerutu wanita itu."Habisnya lagi ngelamun. Ngelamunin apa kamu? Jangan mikir macam-macam ya, apalagi mau maling. Nanti aku yang jadi kena getahnya. Majikanku dua-duanya galak, kalau sampai buat masalah bisa-bisa kelar hidupku. Digantung aku sama mereka," celoteh Bunga.Ayu memutar bola matanya malas. "Siapa juga yang mau maling, kamu mikirnya kejauhan!""Habisnya, dari tadi aku perhatikan kamu selalu lihat sekeliling rumah ini. Mana gerak-geriknya mencurigakan lagi. Itu diminum cepat, nanti kalau ada majikanku malah kamunya sungkan."Ayu tergelak kencang. "Lucu juga ya, dulu aku yang sering nyiapin minuman segala macam tetek-bengek kayak gini, sekarang malah aku jadi tamu orang kaya, hahaha. Enak juga ya jadi orang kaya.""Kamu ini ngomong apa sih, Yu. Harusnya nikmati kehidupan kamu yang sekarang, punya rezeki yang cukup harusnya bersyukur, apalagi kerjaanmu nggak susah-susah. Nggak buruh
Bunga tampak mondar-mandir, dia terlihat cemas karena menunggu temannya datang."Kok Bu Sofia sama Pak Gama nggak pergi aja sih. Mana enak aku menjamu Ayu kalau kayak gini. Nanti kalau Ayu ditanya-tanya macam-macam gimana? Takutnya nanti malah dia tersinggung."Bunga pun memiliki ide, dia berniat mengirim Ayu pesan agar tidak usah datang ke sini. Namun, dia terlambat karena Ayu menghubunginya terlebih dahulu."Halo, Yu. Lagi di mana?" tanya wanita itu to the poin."Ini lagi di depan. Makanya aku telpon kamu. Buru gih ke sini sebentar.""Oke, oke. Tunggu di sana ya."Bunga memastikan keadaan, dia tersenyum lega karena tampak sepi."Sepertinya mereka sedang istirahat. Aman," gumamnya.Bunga berjalan ke pintu utama dengan terburu-buru, sesampainya di sana senyum wanita itu seketika redup. Dia melihat Ayu tengah berbincang dengan Sofia.'Duh, kenapa Bu Sofia tiba-tiba ada di sini? Bukannya tadi aku lihat dia masuk ke kamar?'"Itu orangnya," tunjuk Sofia. "Bunga, ini teman kamu datang, sil
"Siapa laki-laki yang tadi teman kamu sebut?"Bunga menggeleng. "Bukan siapa-siapa, itu ... hanya di kampung."Mata Gama memicing, dia tampak tidak puas dengan jawaban Bunga.Apalagi saat menjawab, Bunga tak berani menatapnya, pasti ada yang tidak beres di sini."Yakin?" tanya Gama dengan senyum sinis.Bunga kembali mengangguk. "Iya.""Coba kalau ngomong, natap langsung ke aku, kenapa harus buang muka gitu?""Cuma mau memastikan kalau kondisi aman, takut-takut Bu Sofia nanti tiba-tiba datang."Biasanya, Gama akan mengamuk kalau Bunga menyebut-nyebut nama Sofia di saat mereka sedang berdua, tapi kali ini berbeda.Gama, pria itu berjalan ke arahnya dengan kedua tangan dimasukkan di saku celana, membuat Bunga tampak ketar-ketir.Kali ini bukan karena kedatangan Sofia, tapi dia takut kalau sebenarnya Gama tahu kalah dirinya sedang berbohong.Sebenarnya, mungkin, Gama sudah mengetahui latar belakang Bunga, mana mungkin orang seperti Gama tak melakukannya, hanya saja dia sengaja bertanya in
"Bunga!"Merasa dipanggil, Bunga langsung menoleh. Dia terkejut karena melihat Ayu sambil melambaikan tangannya."A-Ayu," panggil Bunga gugup.Kali ini Bunga sepertinya tidak bisa beralasan lagi, karena dia sudah tertangkap basah. Apalagi di sampingnya ada Gama.Gama menatap wanita itu sebal."Mau apa dia?" tanyanya pada Bunga.Bunga menggeleng. "Kayaknya penting, aku harus samperin dia."Gama mencekal tangan Bunga. "Nggak usah, kamu udah pergi lama. Nggak takut kalau Sofia marah? Biasanya kamu selalu prioritaskan dia. Tadi juga waktu kita main, yang ada dipikiran kamu selalu Sofia, sampai-sampai aku tidak menikmati permainan itu," sindir pria itu.Bunga meringis, ingin sekali menginjak kaki Gama karena sudah berbicara frontal.'Ah, semoga aja Ayu nggak dengar dia bicara.'"Aku harus datangi temanku dulu," izin Bunga."Nggak boleh!" sentak Gama. "Kamu ini tuli apa gimana?""Sebentar--"Mata Gama melotot, membuat Bunga menghela napas. Kalau sudah seperti ini Bunga sudah tidak bisa meng
"Nah, nah, nah. Cepat minum dulu." Ayu Kaget dengan reaksi Bunga yang berlebihan.Setelah melihat Bunga tenang, barulah Ayu kembali menyeletuk. "Kamu nggak suka sama majikan kamu, kan?"Bunga kembali melotot. "Kamu ini ngomong apaan sih? Mana mungkin aku menyukai laki-laki yang udah beristri."Ayu tampak lega mendengarnya."Iya, bagus deh kalau pikiran aku tadi nggak benar. Iya, memang nggak boleh kita suka sama pria beristri, jatuhnya pelakor. Ya ... meskipun sebenarnya kebanyakan partnerku udah pada punya istri, tapi aku melakukannya nggak pake hati kok, profesional aja."Bunga berdecak. "Itu ... bukannya sama aja ya? Kan, main serong.""Yang penting kami main nggak pake hati." Ayu mengedikkan bahunya acuh."Tapi ... kamu nggak ada niatan buat berhenti? Minimal cari yang serius gitu, Yu. Emangnya kamu nggak capek kayak gini terus? Emang sih cari uang memang perlu, tapi ... kasihan juga kesehatan kamu. Masa depan kamu nanti gimana?" Bunga mencoba memberi temannya wejangan.Ayu tersen
"Bayu?"Ayu mengangguk. "Iya, aku punya kabar buat kamu," katanya menggebu-gebu.Bunga terlihat tidak begitu bersemangat ketika nama itu kembali disebut-sebut."Kenapa dia?" tanyanya malas."Kata dia, kamu sekarang susah dihubungi, padahal nomor kamu kan masih yang dulu, kan?"Bunga tersenyum masam, sama sekali tidak menikmati cerita itu."Nggak tahu, buktinya nggak ada tuh hubungi aku. Bohong kali dia tuh," cetus Bunga."Kata dia sih, kamu sengaja menghindar dari dia. Emang iya?" "Nggak lah, emangnya aku menghindar ngapain? Dia juga kan yang buat aku kayak gini."Ayu memegang tangan wanita itu. "Bunga, dia itu sayang banget sama kamu. Mungkin kalian salah paham sampai harus los kontak kayak gini."Sedikit cerita, Bunga dan Bayu dulunya memang dekat, tapi tidak sampai pacaran. Bunga mengira kedekatan mereka akan membuahkan hasil, nyatanya Bunga mendengar kalau Bayu sudah mempunyai kekasih. Ekspektasi Bunga terlalu tinggi, dia tidak menyalahkan Bayu, dia malah malu pada dirinya sendir
'Bayu? Ada apa dengan pria itu?' Bunga bertanya-tanya dalam hati.Sebelum berkata lebih jauh, Bunga menoleh ke kiri dan ke kanan, untuk memastikan kalau saat ini dirinya aman.Dia menghela napas lega karena hanya dia sendiri yang ada di dalam kamar, untuk mencari aman Bunga pun mengunci pintu kamar."Emangnya ada apa dengan dia, Yu?" tanya Bunga penasaran."Ish! Panjang pokoknya ceritanya. Nggak enak juga kalau dijelasin lewat telepon. Enaknya kita bahas pas ketemu langsung.""Kenapa nggak di sini aja sih. Penting banget ya?"Ah! Bunga kalau sudah penasaran pasti akan selalu mendesak."Nggak bisa, Bunga. Kita harus ketemu."Bunga mengembuskan napas berat. 'Besok kira-kira aku diizinin pergi nggak ya? Dicoba aja dulu deh, mudahan Bu Sofia nggak ngelarang pergi lagi,' batin wanita itu."Iya deh iya. Tapi aku nggak janji ya, Yu. Kamu tahu sendiri kan kondisi aku ini gimana.""Yang penting kamu ada inisiatif mau datang. Kalau ditanya mau ke mana, tinggal kamu jawab aja kalau ada titipan
"Siapa yang kamu maksud?"Bunga tersentak, dia tidak menyadari kedatangan Gama. Sejak kapan pria itu berdiri di belakangnya?"Kenapa tiba-tiba datang ke kamarku?""Nggak usah ngalihin pembicaraan, siapa orang yang kamu maksud? Siapa orang yang kamu rindukan?" Bunga menghela napas. "Bukan siapa-siapa."Gama mencengkram dagu Bunga, dia tersenyum sinis. "Apa yang kamu sembunyikan dariku, huh?"Bunga menggeleng."Jangan bohong!""Nggak ada. Aku nggak bohong."Gama melepas cengkeraman itu, lalu berbalik membelakangi Bunga."Ingat perjanjian kita, selama kamu masih terikat kontrak, itu artinya kamu harus turuti perintahku. Tidak ada laki-laki lain di antara kita berdua.""Tapi Mas sendiri yang tidak menulis di kontrak, itu artinya--""Apa? Kamu masih mengelak?" sentak Gama. "Padahal jelas-jelas dikontrak itu dinyatakan kamu harus patuhi semua aturanku, bukan?"Tangan Bunga mengepal. "Kamu curang, kamu seenaknya aja buat kesepakatan sepihak. Padahal aku belum menyetujui, tapi kamu ...."Gam
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments