Duh sakit banget pasti ditinggal mantan nikah...
Hari pernikahan tiba, Regan mengenakan pakaiannya. Setelah prosesi pernikahan utama selesai dan sudah sah, dilanjutkan resepsi. Di mana mereka mengundang ribuan tamu, sebagaimana pesta pernikahan orang kaya pada umumnya yang berjalan hampir 7 hari berturut-turut. Regan seperti biasa menjalankan perannya dengan baik, apalagi Yola yang memang dasarnya memimpikan pernikahan ini. Namun meski Regan tampak bahagia, hatinya terus terluka ketika menyadari bukan Bella yang jadi pengantinnya. Saking sakitnya, kadang matanya berkaca-kaca, tapi segera ia kondisikan lagi. Bella tidak hadir tentu saja. Akan tetapi pernikahan mereka diliput oleh berbagai media, tentu semua orang tau--termasuk Bella. Ia sudah berusaha mengambil posisi terkuat di keluarga, tapi masih saja tak berdaya di hadapan bisnis. Tak lama Sheryl datang dan memberi selamat sekaligus berfoto. Regan melihat wajahnya tampak senang. Padahal beberapa waktu lalu ia mengeluh dan ingin Bella yang jadi Tante-nya, bukan Yola. Namun s
Regan sebenarnya tidak mabuk.Ia hanya berpura-pura mabuk untuk kabur dari situasi yang menyebalkan. Untunglah Ronald, meskipun tidak diminta, tetap berusaha menjaga Yola. Regan tahu, Ronald sebenarnya menyukai Yola. Dan karena itu, ia sangat hati-hati menjaga Yola, bahkan sering memarahinya karena tidak menghargai perasaan perempuan itu.Namun, Regan juga tahu, Ronald bukan orang bodoh. Ia sangat mengerti konsep cinta: bahwa cinta tak bisa dipaksakan. Hubungan bisa dipaksakan, kedekatan bisa dibangun, tetapi cinta… cinta adalah hal yang sangat krusial dalam diri setiap individu.Seberapapun Ronald mencoba memaksa Regan untuk mencintai Yola, tentu saja Regan tidak bisa memenuhinya. Cinta tak bisa dipaksakan, dan Ronald memahami itu. Padahal Regan akan sangat berterima kasih kalau pada akhirnya Yola mau menerima Ronald, bukan malah terus memaksakan dirinya—Regan—untuk menjadi pusat dunianya.Di tengah jalan, Regan meminta sopirnya turun di sebuah jalan kecil di pinggir kota. Ia member
"Cih, si lonte masih berani ke kampus." Saat istirahat untuk pergantian kelas, Bella berpapasan dengan Sheryl dan gengnya. Ia sangat malas sekali karena harus menghadapi emosi Sheryl yang masih menyimpan dendam padanya. Jujur saja, andai ia tidak terikat dengan peringatan dari penulis—yang entah di mana orangnya—mungkin ia akan terus berada di sisi Sheryl, mengisi ruang-ruang hatinya yang penuh luka dan sepi. Kini, ia tak bisa bertindak seperti dulu lagi, sebagai sahabat dan calon tante. “Maaf, Sheryl. Aku menggunakan kebencian untuk menyelamatkan diri. Maka bencilah aku seperti itu, ya. Semoga kamu bahagia seperti di novel,” ucap Bella dalam hati. Bella berusaha untuk mengabaikannya dan terus berjalan menuju kantin. Namun, tangannya dicekal oleh Sheryl. Terlihat sekali Sheryl sedang ingin ribut. “Lu nyuekin gue?” tanya Sheryl. Bella terkekeh dengan santai. "Emang lu siapa, sehingga gue harus perhatiin lu?" tanya Bella. Ia meminta maaf pada Sheryl dalam hati karena kata-katan
"Selamat pagi, semua!" sapa dosen tampan itu—yang tak lain adalah Regan. Ia menyapa semua orang, meski sebenarnya tak ada satu pun orang yang ia kenal di sana. Sejak Bella masuk ke kelas, memang banyak teman-teman sekelasnya yang mulai membicarakan soal dosen baru yang tampan sekali. Tapi, ia tidak memperhatikan nama yang disebut oleh orang-orang yang bergosip itu karena terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri. Namun, ketika jam kuliah dimulai dan dosen masuk ke kelas, ia terkejut saat melihat siapa yang berjalan masuk ke dalam kelas. "Saya panggil adik-adik gak papa kan?" Para mahasiswi paling semangat mengatakan 'boleh'. Sementara para Mahasiswa eneg dengan teman perempuan mereka yang 'menggatal' pada dosen tampan itu. “Sebelumnya, mungkin adik-adik sekalian sudah tahu kalau saya akan mengajar di sini. Jadi, baik sudah tahu ataupun belum, saya tetap akan memperkenalkan diri. Perkenalkan, saya Regan Danendra. Salam kenal semuanya,” ucap Regan. Para mahasiswi langsung menampilkan
Kelly melambaikan tangan saat melihat Bella datang. Bella mengenakan dress berwarna coklat gelap dengan garis-garis karamel, sepatu boot coklat, dipadu blazer cream, dan tas selempang coklat. Tubuhnya yang mungil menambah kesan imut. Sementara rambutnya ia jepit dengan model lazy low-ball head. "Akhirnya lo sampai juga. Lo yang ngajakin, lo juga yang telat!" omel Kelly. Bella terkekeh dan duduk di depan Kelly. "Sorry-sorry. Gue bingung tadi ke sini naik busway yang mana." Kelly mengangguk-angguk saja dan menyerahkan menu. "Lo beli motor aja sih, biar bisa leluasa ke mana-mana." "Iya deh, kayaknya." Setelah memilih makanan dan minuman dari menu, mereka menunggu pesanan datang dan melanjutkan obrolan. "Jadi... lo udah bener-bener lepas dari Regan?" "Yes, udah selesai. Dia juga udah mau nikah kan?" Tiba-tiba Kelly memperlihatkan undangan pernikahan dari media sosial. Nama yang tertera: Yola dan Regan. Bella hanya mengedikkan bahu. "Lo nggak apa-apa kan?" Bella menggeleng santai
“Menikahlah denganku, menjadi istri keduaku." "Apa?!" Bella berteriak saking kagetnya. "Kamu gila ya?!" "Jangan kaget dulu Bella, dan gila aku memang sudah gila sejak awal. Kamu saja yang terlalu polos untuk melihat kegilaanku itu dengan sisi positif," seringainya. "Dengar dulu... aku sudah sepakat dengan Yola untuk mengizinkan kamu untuk tetap ada di dalam hidupku, bahan setelah kami menikah. Kamu bisa jadi istri keduaku." "Kamu gila! Aku nggak mau jadi orang ketiga dalam pernikahan kalian! Aku benci situasi ini!" bentak Bella tak terima. Regan terkekeh dengan eskpresi wajah bak iblis yang sedang mengintimidasi targetnya. "Kamu harusnya paham, kenapa aku ingin mundur dari drama hubungan ini. Bukan hanya karena aku gak mau jadi orang ketiga, tapi aku bisa mati kapan saja. Aku harusnya sudah mati dalam cerita, Regan!" Napas Bella menjadi sempit, saking emosinya pada Regan yang tak punya empati sedikitpun padamya. Padahal kemarin-kemarin, mereka masih menikmati kebersamaa