"Reno ...."
Mariana menatap pria di depannya dengan tak percaya.Bagaimana mungkin pria itu begitu gamblang menjelaskan sesuatu yang seharusnya menjadi rahasianya."Aku bahkan pernah tanpa sadar menyebut namamu saat pelepasan. Beruntung, Anggita tidak mendengar dengan jelas karena aku langsung menyebut namanya.""Apa?"Mariana menggelengkan kepalanya."Kau jangan gila, Ren, kalau sampai Anggita tahu, dia pasti akan sangat marah.""Tenang, Mar. Dia tidak mendengar karena setelah kejadian itu, aku selalu menutup mulutku agar tidak salah menyebutkan nama lagi."Reno tersenyum manis, sementara Mariana membuka mulutnya, merasa tak percaya dengan tingkah dokter tampan itu."Kamu benar-benar gila!""Aku gila karenamu.""Jadi salahkan saja dirimu karena sudah membuatku tergila-gila," lanjut Reno."Terserah padamu, Ren. Aku tidak mau bertanggung jawab seandainya istrimu sampai tahu kemMariana dan Reno kini menuju ke suatu tempat. Perempuan hanya menurut saat pria itu membawanya pergi.Setelah mereka berdua resmi jadian, mereka berdua berencana merayakannya di suatu tempat.Mariana dan Reno akhirnya sepakat menjalin hubungan setelah mereka berdua sama-sama mengungkapkan perasaan masing-masing.Mariana akhirnya mengakui kalau dirinya juga memiliki perasaan yang sama seperti Reno. Hanya saja, selama ini dia tidak mau mengakuinya karena dia sadar, kalau apa yang dirasakannya itu adalah suatu kesalahan.Mariana sudah punya Zian. Dia juga sudah punya seorang putri yang beranjak dewasa.Dia tidak ingin mengkhianati Zian, tetapi dia juga tidak bisa memungkiri semua perasaannya pada Reno.Setiap hari, laki-laki itu selalu hadir dalam mimpinya. Mariana memang mencintai Zian. Namun, perasaannya pada Reno saat ini lebih menggebu-gebu dibandingkan rasa cintanya pada Zian."Sayang, aku benar-benar bahagia karena kamu akhirnya mau mengakui kalau kamu ju
Mariana menatap Reno dengan kaget. Kedua mata indahnya membola mendengar ucapan pria itu."Jangan berpikiran negatif dulu sayang ...." Reno tertawa gemas pada Mariana yang terlihat kaget."Tapi kalau kamu mau nggak apa-apa." Reno tertawa sambil mengedipkan sebelah matanya."Ish! Yang benar saja.""Benar, dong, Sayang ...." Dokter tampan masih terus tertawa menggoda."Kemarilah!"Reno menarik tangan Mariana, kemudian tanpa canggung mendudukkan perempuan itu di pangkuannya."Reno ...." Mariana tampak canggung diperlakukan seperti itu."Iya, Sayang." Reno berbisik, tepat di telinga Mariana.Kedua tangannya melingkar, mendekap erat tubuh perempuan itu dari belakang.Tubuh Mariana menegang, dadanya berdebar seiring hembusan napas Reno yang menerpa lehernya."Sudah lama aku membayangkan bisa sedekat ini denganmu.""Rasanya seperti mimpi bisa sedekat ini dengan kamu." Bibir Reno mene
Reno pulang ke rumahnya dengan wajah sumringah. Merasa bahagia karena akhirnya dia bisa mewujudkan mimpinya bersama perempuan yang selama ini selalu menghiasi mimpinya.Reno tahu, apa yang dilakukannya saat ini adalah sebuah kesalahan. Namun, bukankah tidak ada yang salah dalam cinta?Perasaan yang dia rasakan pada Mariana adalah murni cinta. Dia tidak peduli walaupun perempuan itu sudah ada yang memiliki, yang jelas, saat ini Reno sangat bahagia karena dia bisa mengungkapkan semua perasaannya pada Mariana.Dokter tampan itu tidak menyangka kalau ternyata Mariana juga merasakan hal yang sama dengannya.Selama ini sikap Mariana memang sangat perhatian padanya. Perempuan itu juga tidak pernah merasa keberatan saat diajak bertemu.Namun, dia benar-benar tidak menyangka kalau ternyata Mariana pun sudah lama menyimpan perasaan yang sama . Hanya saja, keadaan yang membuat perempuan itu menyimpan semua perasaannya.Wajah tampan pria itu
Mariana pulang dengan senyum mengembang di bibirnya. Kedua tangannya menenteng dua kantong besar berisi barang belanjaan yang dia beli bersama Reno.Andini, teman baik Mariana yang menjemputnya saat main juga membelikan beberapa barang untuk dibawa Mariana pulang.Perempuan itu sengaja membelinya agar Mariana punya alasan pada suaminya kalau dia benar-benar pergi berbelanja.Saat Mariana menemui Reno, Andini menelepon kekasih gelapnya untuk menemaninya di pusat perbelanjaan.Tak jauh berbeda dengan Mariana Andini pun mempunyai sifat yang sama dengan sahabatnya. Ibu dari tiga orang anak itu juga berselingkuh di belakang suaminya.Oleh karena itu, dia juga sangat mendukung hubungan Reno dan Mariana. Apalagi, Reno punya banyak duit. Laki-laki itu bahkan sangat royal saat berbelanja untuk Mariana dan juga dirinya.Reno memintanya untuk tutup mulut, merahasiakan hubungannya dengan Mariana.Andini dengan senang hati menuruti permin
Anggita mengulas senyum saat permainannya dengan Reno berakhir."Terima kasih, Sayang." Anggita mendaratkan bibirnya pada bibir Reno.Reno tersenyum menyambut bibir sang istri. Dia tidak mau Anggita curiga. Perempuan itu tidak tahu kalau beberapa saat yang lalu dia membayangkan tubuh Mariana yang sedang mendesah di bawah tubuhnya.Mereka berdua mengatur deru napas mereka yang memburu. Kemudian sama-sama terlelap karena kelelahan.***Alma beranjak dari duduknya saat Reno datang dan mencari keberadaan sang ayah. Gadis remaja itu pergi ke dapur, memanggil Zian yang saat itu baru saja selesai makan."Pa, ada Om Reno di depan.""Suruh tunggu sebentar ya, Alma. Papa baru selesai makan," sahut Zian.Alma mengangguk, kemudian kembali keluar menemui Reno."Siapa yang datang, Mas?" Mariana keluar dari kamar mandi dengan wajah segar dan rambut basah."Reno, Sayang ... biasa, ngajakin mancing.""
'Aku hamil.'Sebuah chat dari perempuan yang dicintainya membuat kening Reno berkerut.'Apa kau sedang membuat aku cemburu dengan mengatakan kehamilanmu?'Reno membalas pesan itu dengan perasaan kesal.'Bukan begitu. Aku hanya penasaran, kenapa setelah sekian lama aku tiba-tiba hamil?''Apa maksudmu?'Reno kembali membalas pesan Mariana.'Sudah bertahun-tahun aku tidak hamil. Tapi setelah beberapa kali berhubungan dengan kamu, aku tiba-tiba hamil.''Jadi maksud kamu, kamu curiga kalau anak itu adalah anak kita? Darah dagingku?''Entahlah! Kau seorang dokter, harusnya kau lebih tahu bukan?''Baiklah! Kita akan tes DNA saat anak itu lahir.''Seandainya benar itu adalah anakku, aku pasti sangat bahagia sekali.'Tulis Reno lagi.'Aku juga sangat bahagia, seandainya itu benar anak kita.''Aku bahagia karena aku mempunyai anak dari orang yang aku cintai.'
Reno baru saja turun dari mobilnya. Pria itu berhenti sejenak saat seorang perempuan cantik dengan perut buncit lewat di depannya.Wajahnya menyunggingkan senyuman tatkala melihat perempuan itu tersenyum malu-malu melihatnya.Rasanya, Reno ingin sekali langsung mendekap perempuan itu saking gemasnya.Semenjak hamil, wajah Mariana terlihat bertambah memikat. Entah mengapa, perempuan itu terlihat lebih cantik dari biasanya.Reno mengambil ponsel dari saku bajunya.'Sayang, kamu mau kemana cantik banget?'Mariana melihat ke arah ponselnya yang ia pegang sedari tadi. Bibirnya tersenyum saat melihat siapa yang menghubungkannya.'Aku ingin ketemu kamu. Makanya sengaja lewat depan rumah kamu.''Sepertinya dia ingin ibunya melihat kamu." Mariana mengusap perutnya yang sudah terlihat membuncit di usia kehamilannya yang ke enam bulan.Semenjak dia tahu kalau Reno saat itu mengidam, Mariana semakin yakin kalau ana
"Anak kita?" gumam Zian lirih. Pria itu masih belum sadar sepenuhnya. Buru-buru Zian membaringkan tubuh mungil Devan yang tertidur ke atas ranjang. Kemudian, dengan serius Zian mendengarkan suara Reno di ujung telepon."Halo, Sayang, Kenapa kamu diam saja? Aku tunggu kamu di tempat biasa, jangan lupa bawa anak kita. Aku jemput kamu di tengah jalan, ya, biar Zian nggak curiga. Suami kamu lagi di rumah kan?" Tangan Zian yang memegang ponsel bergetar mendengar suara laki-laki di seberang sana."Aku kangen sama kamu, Mar, sampai ketemu di penginapan ya?" Zian hampir saja menjatuhkan ponselnya. Kata-kata yang diucapkan oleh pria itu bak palu yang menghantam dadanya.Rasa sakit mengalir ke ruang hatinya. Zian benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut pria itu. Pria yang selama ini sudah ia anggap sebagai sahabat baiknya.'Reno ....'Zian memegangi dadanya, yang terasa sesak.'Tidak mungkin ... aku pasti salah dengar. Tidak mungkin Mariana dan Reno ....'"Sayang ... ada