"Kinan ini biasanya gak betahan tinggal jauh dari keluarga, apa lagi dari Mama dan Papa. Tapi kata Mama, kok tumben sekali Kinan gak ngerengek minta di temani. Padahal sebelum berangkat sudah bilang, kalau gak betah, minta di temani dulu sama Mama dan Papa beberapa hari." Cerita Kak Ridho. "Ternyata, karna ada yang bisa bikin betah." Imbuh Mbak Ina sambil terkekeh. "Mama sama Papa kok gak ikut, Kak?" Tanya Aksa. "Mama sama Papa harus dateng ke acara pernikahan Sepupu kami. In syaa Allah, lain waktu berkunjung ke sini sama Raka juga. Raka ini kebetulan lagi ada tugas juga di luar Pulau." Jawab Kak Ridho. "Gimana ceritanya kok udah jadi aja, baru satu minggu loh, Dek." Goda Mbak Ina. "Gak sengaja, Mbak." Jawab Kinan. "Mana ada orang pacaran gak sengaja?" Tanya Kak Ridho. Kinan pun menceritakan awal mula mereka dekat hingga pertemuannya dengan Faris yang justru membuat mereka berdua berpacaran. "Orang itu masih gangguin kamu, Dek?" Tanya Kak Ridho dengan wajah khawatir.
"Mas mau kerumah Nduk Kinan?" Tanya Bu Sari. "๐๐๐๐, ๐ฝ๐ช. ๐๐ค๐ฃ๐ฉ๐๐ฃ ๐ฃ๐ค๐ฅ๐ค? (Iya, Bu. Ada apa?)" Tanya Aksa. "๐๐ ๐, ๐๐ ๐๐ค๐ฌ๐ค ๐ฅ๐๐จ๐๐ฃ. ๐๐๐ช ๐๐๐ฃ๐๐ช๐ ๐ ๐ฃ๐๐ค๐ข๐ค๐ฃ๐ ๐ฃ๐๐ ๐๐๐ ๐๐ฃ๐๐ ๐๐ง๐๐ฅ ๐ฉ๐๐ ๐ค, ๐ฃ๐๐ค๐ฃ๐ค. (Ini, di bawa sekalian. Tadi Kinan bilang kalau Kakaknya maundatang, gitu.)" Kata Bu Sari yang memberikan tiga toples berisi keripik pisang, keripik sukun dan peyek kacang. "๐๐๐๐, ๐จ๐๐ ๐๐๐๐ฅ ๐ข๐๐ก๐๐ ๐๐ช๐๐. (Iya, sebentar lagi sampai.)" Jawab Aksa. "๐๐ค๐ฌ๐๐จ ๐๐๐ ๐๐ ๐๐ค๐ฌ๐ค ๐ข๐๐ง๐ค๐ฃ๐ค.(Yasudah cepat di bawa kesana.)" Kata Bu Sari. "Buk, aku mau ngomong sebentar." Kata Aksa. "๐๐ฅ๐ค, ๐๐๐จ? ๐ผ๐ง๐๐ฅ ๐ฃ๐๐ค๐ข๐ค๐ฃ๐ ๐ฃ๐๐ ๐ ๐ค๐ฌ๐ ๐๐๐ฌ๐๐ ๐๐ฃ ๐ ๐๐ง๐ค ๐๐๐ช๐ ๐๐๐ฃ๐๐ฃ? ๐๐๐จ, ๐๐๐ช ๐ฌ๐๐จ ๐ฌ๐๐ง๐ช๐. (Apa, Mas? Mau bilang kalau kamu pacaran sama Kinan? Sudah, Ibu sudah tau.)" Jawab Bu Sari. "Ibu tau dari mana?" Tanya Aksa. "๐๐๐ข๐๐๐ - ๐จ๐๐ข๐๐๐ ๐๐ช๐๐๐ ๐ฎ๐ค ๐ฌ๐๐ง๐ช๐ ๐ฃ๐๐ ๐ ๐ค๐ฌ๐ ๐ฌ๐ค๐ฃ?
Hari minggu pagi, cuaca begitu cerah. Kinan sedang menyapu halaman rumah sambil menikmati udara sejuk yang terasa begitu bersih. Beberapa warga yang lewat, menyapa ramah Dokter cantik itu. "Assalamualaikum, Bu Dokter." Seorang anak kira - kira berusia sepuluh tahun menghampirinya. "Waalaikumsalam. Ada apa, Anak Pintar?" Tanya Kinan sambil tersenyum ramah. "Ini, di suruh Ibu antar jagung dan kacang rebus untuk Bu Dokter." Jawab si anak. "Maa Syaa Allah. Terima kasih, Bu Dokter terima ya. Tolong sampaikan terima kasih untuk Ibu, ya." Kata Kinan yang kemudian mengambil alih besek berisi jagung dan muntul yang masih mengepulkan asap. "Iya, Bu Dokter. Saya pulang dulu, Bu Dokter. Assalamualaikum." Pamit si anak. "Hati - hati, ya. Waalaikumsalam." Kata Kinan. Kinan kemudian meletakkan makanan itu di atas meja yang ada di teras, kemudian melanjutkan pekerjaannya menyapu halaman yang sedikit lagi selesai. "Rajin banget, Dek. Sekalian halaman rumah Mas, sini." Gurau Aksa yang m
"Assalamualaikum." Ucap Aksa yang menghampiri rumah Kinan pagi itu. Seperti hari - hari sebelumnya, Aksa menghampiri Kinan untuk berangkat bersama. "Waalaikumsalam." Jawab Kinan sambil membukakan pintu. "Sudah siap?" Tanya Aksa. "Sudah, M-Mas Aksa mau masuk dulu?" Tanya Kinan yang sampai tergagap karena gugup. "Gak usah, nanti kesiangan. Kamu kenapa kok gugup gitu, Dek? Mas gak gigit lho." Tanya Aksa sambil terkekeh. Ia terlihat lebih santai di banding Kinan. "Eh, enggak kok, gak apa - apa. Aku kunci pintu dulu." Kata Kinan sambil mengunci pintu rumahnya. "Eeaaa. Pegangan lho, Mbak Kinan. Biar gak jatuh." Goda Arbi yang mengintip dari pagar rumahnya. "๐๐ง๐ ๐ช๐จ๐๐ ๐ง๐๐จ๐๐, ๐ฝ๐. ๐๐จ๐๐ ๐๐จ๐ช๐ ๐๐ ๐. (Gak usah jahil, Bi. Masih pagi ini.)" Sahut Aksa. "๐๐ช๐ฃ๐ ๐ฃ๐๐๐ฃ๐๐๐ฃ๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐ฃ๐๐ฃ ๐ก๐๐ค, ๐๐๐จ. ๐๐ค๐ฃ ๐๐ค๐ฃ๐๐๐ก๐๐ฃ ๐๐๐ฃ ๐ง๐ ๐ฉ๐๐๐ค. (Cuma bilangin Mbak Kinan lho, Mas. Suruh pegangan biar gak jatuh.)" Jawab Arbi sambil terkekeh. "Peg
Kinan terdiam saat mendengar kata - kata Aksa yang seperti meledeknya karena tadi ia mengatakan pada Faris kalau Aksa adalah pacarnya. "Maaf, Pak-" "Memangnya ada, orang yang memanggil pacarnya, Pak?" Aksa memotong ucapan Kinan hingga membuat gadis itu terperangah. Aksa kemudian membawa Kinanti duduk di sebuah bangku yang ada di lorong itu. "Ada yang luka?" Tanya Aksa dengan lembut sambil memperhatikan kedua tangan Kinan. "Gak ada kok, Pak. Cuma ini aja." Jawab Kinan dengan jantung yang berdebar kencang sambil melihat pergelangan tangannya yang merah karena cengkraman Faris. "Orang itu, salah satu staf di sini, kan?" Tanya Aksa yang di jawab anggukan pelan oleh Kinan. "Kalo gitu, jangan pernah kesini sendirian." Kata Aksa. "Terima kasih ya, Pak, karna Pak Aksa nolongin aku." Lirih Kinan. "Namanya juga pacar, pasti harus menjaga pacarnya, kan?" Kata Aksa yang membuat Kinan menatap lurus ke arahnya. "Pak Aksa, itu tadi-" "Gak apa - apa kalo kamu bilang aku ini paca
Aksa ternyata selesai lebih cepat dari pada Kinan. Pria gagah itu langsung menuju ke Kantor Dinas Kesehatan setelah menyelesaikan urusannya. Sesampainya di sana, suasana masih sepi. Aksa kemudian meraih ponselnya dan mencari kontak Kinan di sana. Begitu menemukan kontak milik Kinan, ia segera mendialnya. "Assalamualaikum." Ucap Aksa ketika Kinan mengangkat panggilannya. "Waalaikumsalam. Mas Aksa dimana?" Tanya Kinan dengan suara bergetar. Nafas gadis itu pun sedikit memburu. Aksa terdiam, tak langsung menjawab karena sedikit terkejut sebab Kinan memanggilnya dengan panggilan yang berbeda. Namun, ia tetap memperhatikan suara Kinan dan suara - suara di sekitar Kinan melalui telfon. Sementara itu beberapa menit sebelumnya... "Kinanti!" Seorang pria menarik tangan Kinan begitu Dokter cantik itu lengah. "Astaghfirullah! Lepas, Ris... Lepas!" Seru Kinan yang meronta - ronta berusaha melepaskan cengkraman Faris di tangannya.Sementara itu Faris bergeming, ia terus menyeret Kinan m