Home / Romansa / Terjerat Cinta Masa Lalu / Sambutan Ibu Tiri Yang Judes

Share

Sambutan Ibu Tiri Yang Judes

last update Huling Na-update: 2021-12-14 22:08:38

"Mamah apa kabar?" tanya Karina, sambil sedikit membungkuk, saat hendak menggapai tangan Mutmainah, untuk menyalaminya, belum juga tangan Karina bersentuhan, namun segera di tepis dengan kasar oleh Mamah tirinya.

"Karin," seru seorang lelaki, suara baritonnya terdengar tidak asing di telinga Karina.

Saat menoleh betapa senangnya Karina, dilihatnya lelaki yang selama 10 tahun ini jauh dari pandangannya, sosok yang sangat Karina rindukan.

"Ayah," teriak Karina, sambil berlari memeluk sang ayah.

"Ayah apa kabar? Karina kangen banget sama ayah, Ayah kenapa nggak pernah nengokin Karina?" Karina memberondong beberapa pertanyaan kepada Pak Diki.

"Maafin Ayah belum sempat nengokin kamu, soalnya udah beberapa tahun ini ayah merantau di Palembang, ini aja Ayah di kampung baru dua bulan doang," jelas Pak Diki.

"Tapi itu alasan yang nggak masuk akal Yah, 10 tahun waktu yang cukup lama lo, nggak pernah sekalipun Ayah coba buat nyari kabar tentang aku emang, pernah nggak Ayah mikirin gimana nasib aku di luar sana?" tanya Karina, meluapkan semua kekecewaan yang selama ini dia pendam.

"Udah udah, baru juga Ayah kamu pulang, udah langsung ditodong sama pertanyaan konyol kamu, urusan Ayah kamu itu bukan cuma kamu doang, dia itu sekarang udah punya keluarga sendiri, jadi jangan lebay pengen diperhatiin terus," cibir Ibu tiri Karina, dengan bibir yang monyong ke kanan ke kiri.

"Hmm." Karina mendengus kesal, tidak mau menanggapi perkataan ibu tirinya.

"Jangan gitu Mah ngomongnya, kasihan Karina, wajar aja dia nuntut, karena emang selama ini, dia nggak dapat perhatian dan kasih sayang dari aku," tukas Pak Diki, mencoba memberi pengertian kepada istri barunya.

"Jangan terlalu dimanja, nanti ngelunjak."

Karina terdiam, mendengar perkataan ibu tirinya, namun sedikitpun dia tidak menanggapinya, Karina berlalu kembali masuk ke dalam rumah neneknya.

"Tuh lihat anak kamu, nggak ada sopan santunnya sama orang tua, orang lagi ngomong kok main di tinggal gitu aja," sungut Mutmainah.

"Udah gak usah dibahas, aku mau mandi dulu, siapin kopi sama pisang goreng," perintah Diki pada Mutmainah.

Karina masuk ke dalam kamar dan menangis, dia menangis bukan karena ucapan ibu tirinya, namun dia sedih karena meratapi nasibnya, dia merasa seperti anak yang tidak diinginkan.

"Andai dulu Ibu sama Ayah nggak bercerai, mungkin nasib aku nggak bakalan kayak gini." Karina terisak di dalam kamar, hatinya terasa sangat sesak.

"Karin," panggil Bu Atiah dari luar, sambil membuka pintu kamar Karina.

"Makan dulu ayo," ajak Bu Atiah, kepada cucunya.

"Iya Nek," ucap Karina, sambil mengusap air mata di wajahnya.

"Kamu abis nangis ya? Pasti gara-gara si Nenek Lampir," sungut Bu Atiah dengan kesal, hubungan Bu Atiah dengan menantu barunya terbilang kurang baik, karena seiring berjalannya waktu, Mutmainah menunjukkan wujud aslinya, lama kelamaan Bu Atiah tidak suka dengan perangai istri baru anaknya, sekarang Bu Atiah sadar, bahwa Risma adalah menantu terbaik untuknya, dia menyesal karena dulu sering menyakiti hati menantunya, hingga mereka sampai berpisah.

"Enggak kok Nek, aku lagi sedih aja, inget sama Ibu, kalo aja Ibu sama Ayah nggak berpisah." Karina terisak, lalu memeluk sang nenek.

"Yang sabar, kamu itu Anak pertama, kamu harus kuat, nggak boleh cengeng, kalo Mutmainah jahatin kamu, lawan, jangan diem aja," sahut sang nenek, sambil mengepalkan kedua tangannya, mencoba menguatkan cucunya.

"Kamu kok ngajarinnya nggak bner sih Yung," seru Pak Asmadi yang sudah berdiri di ambang pintu.

"Eh kamu to Pak, liat tuh Mbah Kung sampe nyamperin ke kamar, udah nggak usah mikir yang aneh-aneh, mending makan dulu ayo," seru Bu Atiah, sambil mengapit tangan Karina.

Mereka bertiga duduk di meja makan, kakek dan nenek Karina hanya tinggal berdua, karena anaknya yang gadis bekerja sebagai TKW di luar negeri, sedangkan anaknya yang lain sudah menikah dan mempunyai rumah sendiri.

"Wah makan enak nih, udah lama banget nggak makan ikan belanak," ucap Karina, sambil memandangi makanan yang sudah tersaji di atas meja makan.

"Pantesan Nenek pengen banget masak berbagai macam makanan, taunya Cucu Nenek mau pulang," tutur Bu Atiah, sambil mengelus rambut Karina.

"Udah ayo dimakan, jangan di liatin doang," sahut Pak Asmadi.

Di rumah sebelah, Pak Diki dan istrinya, sedang duduk bersantai sambil menikmati teh di depan televisi.

"Mau apa sih Anak itu kesini, pasti kamu ya Mas yang nyuruh!" tuduh Mutmainah.

"Aku aja nggak tahu kalau Karina pulang, kamu kok kelihatannya nggak suka banget anak aku datang ke sini, wajarlah kalau dia pulang ke sini, aku kan Bapaknya, ini juga masih rumahnya," tegas Pak Diki.

"Bukan gitu maksud aku, Karina kesini pasti disuruh sama mantan istri kamu, dia nyuruh anaknya ke sini pasti buat minta warisan,"cibir Mutmainah yang sedang berdiri di ambang pintu dapur.

"Masa iya sih minta warisan, orang aku aja masih hidup," cetus Pak diki.

"Harusnya kamu larang Karina buat ke sini, aku takut dia cuman dijadiin alat sama Ibunya, buat minta duit sama kita."

"Kenapa sih di otak kamu uang terus yang dipikirin, dan satu lagi jangan larang Karina buat pulang ke sini, ingat kamu jangan pernah bersikap kasar pada Anakku, kalau kamu nggak suka, mending kamu aja sana yang pergi!" Hardik Pak Diki.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Cinta Masa Lalu   Rahasia yang terungkap

    "Sudah diam, jangan bertengkar lagi!" bentak Karina.Satria dan Dehan yang semula adu mulut kini mendadak diam, tidak ada yang berani berbicara.Tubuh gadis kecil itu terbujur di liang lahat."Siapa yang akan mengadzani almarhum?" tanya seorang Ustad."Saya Ustadz," jawab Dehan."Bohong, saya Ustadz, dia anak saya, jadi saya yang berhak mengadzani almarhum," sanggah Satria."Status kamu hanya Ayah sambung, akulah yang berhak karena aku adalah Ayah biologisnya," balas Dehan."Biar saya saja Ustadz."Semua mata tertuju ke arah sumber suara tersebut, Pak Agung turun ke liang lahat dan mengadzani Cucunya untuk terakhir kalinya.Bu Ayu dan Karina berpelukan saling menguatkan, tubuh mungil Cahya telah hilang di timbun tanah, kini tinggalah sesal yang tersisa."Sudah ayo pulang, biar

  • Terjerat Cinta Masa Lalu   Cahya meninggal

    Semua keluarga tidak ada yang menyangka Cahya akan pergi secepat ini, gadis kecil yang sangat periang, ternyata memendam suatu penyakit yang mematikan, Karina sangat terpukul atas kepergian anak semata wayangnya, dia terus menangis meratapi tubuh Cahya yang sudah terbujur kaku."Ibu-ibu ayo kita angkat jenazahnya ke belakang, pemandiannya sudah siap," ucap Bu Rini, dia orang yang sudah biasa memandikan jenazah orang yang meninggal."Apakah ada anggota keluarga yang mau ikut memandikan jenazah?" tanya Bu Rini."Saya akan ikut memandikan jenazah anak saya," ujar Karina, dia bangkit dari duduknya, dengan badan yang masih lemas, Karina dibantu oleh Bu Ayu berjalan ke arah pemandian.Proses pemandian telah selesai, jenazah Cahya sudah siap untuk di kafani, saat semua orang sedang larut dalam kesedihannya masing-masing, tiba-tiba seorang pria bertubuh kekar berlari menghampiri jenazah Cahya dan meraung-rau

  • Terjerat Cinta Masa Lalu   Cahya Kritis

    "Ada yang ingin saya sampaikan, ini menyangkut penyakit yang di derita oleh anak Bapak dan Ibu," ujar dokter Irfan, dia menggeser kursi dan memperbaiki posisi duduknya.Tatapan mata dokter Irfan terlihat sangat serius, membuat jantung Karina berpacu dengan cepat."Dari hasil pemeriksaan yang kami lakukan, anak Ibu harus menjalani pengobatan rutin.""Emangnya anak saya kenapa, Dok?" tanya Karina."Anak Ibu mengidap penyakit gagal ginjal," ucap dokter Irfan.Degh…Jantung Karina seperti berhenti berdetak, nafasnya mendadak sesak, dunia Karina runtuh, saat mendengar anak semata wayangnya mengidap penyakit kr

  • Terjerat Cinta Masa Lalu   Cahya tenggelam

    "Assalamualaikum," ucap Karina saat memasuki rumah yang terlihat sepi.Saat Karina hendak masuk ke dalam kamar, samar-samar terdengar suara gaduh dari arah belakang, dia seperti mendengar suara Bu Ayu memeriaki nama Cahya.Karina melempar paper bag ke atas kasur, dengan tergesa-gesa Karina berjalan dengan cepat ke belakang rumah, disana terlihat Satria dan Bu Ayu yang sedang menangis histeris.Karina tidak mengerti mengapa mereka menangis, dia melepas sandal heels nya kemudian berjalan ke arah Bu Ayu, persendian Karina terasa lemas saat melihat putrinya tengah tergeletak lemah tak berdaya diatas rumput, Bu Ayu terus mengguncang tubuh Cahya, namun gadis kecil itu tetap diam dengan bibir yang sudah pucat.Karina panik sambil ngomel dia mengangkat tubuh Cahya, dan membawanya ke dalam rumah."Cahya kenapa Ma? jawab Mas? Kalian kenapa diam saja? Kenapa putriku bisa sampai seperti ini?

  • Terjerat Cinta Masa Lalu   Ketemu lagi

    "Kamu mau kemana? Tumben pagi-pagi begini sudah rapi, pake make up, emm wangi lagi, jadi curiga aku," tegur Satria, yang baru saja bangun dari tidurnya.Satria mengucek matanya sambil menguap, ciri khas orang yang baru saja bangun tidur, dia bangun dan memeluk Karina dari belakang."Mandi dulu Mas, nanti nular baunya," ledek Karina dia berbalik dan memegang dagu Satria."Aku berangkat dulu ya, sarapan juga udah aku siapin di meja makan," ujar Karina, sambil melepaskan pelukan Satria."Kamu mau kemana?" tanya Satria, dia menahan tangan Karina, dan menariknya kembali ke dalam pelukannya."Mas minta maaf soal kemarin, Mas khilaf, dan Mas janji akan berubah, hari ini Mas akan mulai bekerja di perusahaan Papa, jangan marah lagi ya," bujuk Satria."Aku nggak marah kok Mas, tapi tolong kali ini jangan larang aku, hari ini aku akan melamar pekerjaan."

  • Terjerat Cinta Masa Lalu   Pov.Karina

    Hari ini suasana hatiku sedang tidak baik-baik saja, makin kesini sikap Satria makin menyebalkan.Iseng-iseng kubuka aplikasi berwarna biru, saat sedang asyik berselancar di dunia maya, mataku tertuju pada salah satu akun yang meminta pertemanan, kupikir itu hanya akun palsu jadi aku melewatinya begitu saja.Saat aku membuka messenger, kulihat banyak pesan spam yang masuk, salah satunya dari akun yang bernama Sep Dehan Lintang Tsuryo, akun yang tadi sempat kulihat di barisan permintaan pertemanan.Karena penasaran aku iseng membalas pesannya, sebenarnya siapa pemilik akun ini, foto profilnya sepertinya aku pernah melihatnya, seorang pria yang sedang berdiri membelakangi kamera dan menghadap ke pantai, dengan baju kemeja bermotif daun yang sedang tren pada masanya.[ Hay cantik, boleh kenalan ] begitulah isi pesannya.[ Iya ] jawabku singkat, tentu karena aku tidak ingin terlihat

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status