Sebulan pun telah berlalu sejak kematian Liliana Wong.Di bulan ini keputusan untuk tindak kejahatan yang Beldiq dan Lian Wong akan di tetapkan.Dan sebelum keputusan itu di baca kan Lian Wong meminta Ethan untuk menemui nya di penjara.Lian Wong berencana menceritakan pada Ethan semua nya. Mulai dari awal semua masalah ini hingga alasan dia melakukan semua hal ini. Tapi sayang nya Ethan memutuskan untuk tidak bertemu dengan Lian Wong.Ethan tidak ingin mendengar apapun yang keluar dari mulut paman nya itu. Bagi Ethan, Lian Wong adalah masalalu yang akan terus membebani masa depan nya.Dia ingin melupakan semua nya. Karena itu lah dia tidak bersedia menemui Lian Wong walaupun Lian Wong memohon dengan sangat.Kini Ethan hanya fokus mempersiapkan pernikahan Amber dan Erlan yang akan di adakan dalam bulan ini."Kau yakin sayang, tidak mau menemui paman mu untuk terakhir kali nya? Aku saja datang mengunjungi Beldiq kemarin." Sebut Adaline."Kau datang menemui Beldiq karena kau ingin mempe
"Sayang, apa yang sebenarnya dilakukan oleh putra mu? Ini tidak mau! Itu tidak mau! Di jodohkan dengan si A, dia nolak. Aku benar-benar pusing." amuk Olivia begitu Samuel pulang dari Perancis."Kau ini kenapa sayang? Suami pulang bukannya di cium malah di omeli." Dengan penuh kasih sayang Samuel menarik lembut tangan istrinya untuk duduk bersama nya di sofa."Menurut mu apa lagi coba yang membuat ku ngomel-ngomel tidak jelas seperti ini kalau bukan karena putra kesayangan mu Arka!" jawab Olivia tanpa melihat ke arah Samuel."Arka? Memang nya apa yang dilakukan oleh Arka? Selama aku di Perancis, aku sama sekali tidak mendengar hal yang aneh-aneh tentang putra ku itu? Setahu ku setelah Arka tahu siapa wanita yang itu, tidak ada hal yang harus aku khawatirkan tentang nya." jelas Samuel, yakin.Samuel sangat yakin kalau kelakukan putranya sudah berada di dalam track yang seharusnya. Berkencan dengan wanita jalang bukan lah hal yang diwarikan di dalam keluar mereka."Memang Arka sudah ti
“Bunuh saja aku. Tapi lepaskan putri ku, aku mohon pada kalian tuan-tuan!” mohon Ainsley White untuk terakhir kali nya. Dalam pikiran Ainsley White, kalau dia tidak bisa menyelamatkan dirinya paling tidak, dia bisa menyelamatkan putri nya.“Moms! Kau ini bicara apa!!! Jangan pernah memohon pada penjahat seperti mereka! Mereka semua tidak lebih dari sampah!!!” Adaline menatap tajam pada kelima pria tersebut. Bahkan saking tajam nya, mengalahkan katana yang di gunakan samurai ternama di masa nya.“Adaline kau ini bicara apa nak! kau masih muda! Hidup mu masih panjang! Kau harus tetap hidup nak! Kau jangan memancing amarah mereka!!!” ujar Ainsley White.“Berani juga kau gadis siaalan!!” Bentak Pria itu pada Adaline.“Benar! Berani juga dia! Bagaimana kalau sebelum kita bunuh, kita berSenang- Senang dulu dengan nya ! Biar ketika jadi arwah pun dia tidak bisa melupakan malam berdarah ini!!!” timpal yang lainnya- tertawa.“Kau benar! Kalau aku lihat-lihat, tubuh nya boleh juga!” Si pria pun
Setelah perdebatan panjang akhir nya Adaline ikut pulang ke rumah Ethan yang bernuansa klasik“Masuklah ini rumah ku!” ucap Ethan pada Adaline.Adaline melihat ke sekeliling nya dengan tatapan bossy nya. Dalam hati nya sebenarnya Adaline tidak terlalu peduli seperti apa bentuk rumah si Ethan. Tapi karena hati nya dongkol di suruh pulang ke rumah Ethan maka nya tatapan nya jadi tidak suka begitu.“Kau bisa menggunakan kamar yang itu.” Ujar Ethan.“Lalu kamar mu yang mana?” tanya Adaline mendadak.“Kamar ku di lantai atas.” Ujar Ethan.Adaline pun melihat ke sekelilingnya. Sejauh mata Adaline memandang, Adaline sama sekali tidak melihat ada orang lain di dalam rumah itu selain diri dan Ethan. Mendadak Adaline teringat dengan kejadian yang menimpa nya beberapa jam yang lalu.“Bukan nya aku ingin tidur di satu tempat dengan mu, hanya saja kalau kamar kita sejauh itu aku merasa tidak safe! Aku tidak mau ambil resiko!” Ujar Adaline.Ethan mendengus kesal, “Jadi maksud mu kau ingin tidur sa
Hari sudah beranjak siang saat pintu kamar Ethan di ketuk dari luar. ETHAN pun bangun dengan malas dari tempat tidur."Kenapa lagi sih nih bocah?!!!" seru Ethan yang sudah tahu siapa orang yang mengetuk pintu kamarnya siang- siang begini.Ceklek....Ethan membuka pintu kamar dengan wajah juteknya."Hmmm...." Ucapnya yang literally benar- benar hanya hmmm saja."Aku lapar." Sebuat Adaline sambil memegang perutnya."Di bawah kan masih makanan! Lau tinggal makan." Ujar Ethan, lalu dengan cepat ingin menutup pintu itu. Dalam pikiran Ethan siapa suruh tadi tidak makan. Dan kalau sekarang minta makan maka dia sudah malas mengurusi nya."Tapi tidak ada yang menenami ku!." tahan Adaline, lebih cepat dari pada AD.Ethan mendengus kesal. Karena apa harus setiap kali Adaline makan, Ethan harus menemani nya? Menurut Ethan selain itu sangat manja, itu juga hanya akan membuang-buang waktu nya.Namun sekali lagi, tentu saja Ethan kembali tidak dapat menolak nya sebab ADALINE ADALAH TAMU TITIPAN BOS
Hari sudah cukup sore saat Ethan sudah sampai mengantarkan sang bos berserta istri ke Villa milik sang bos. “Aku rasa sebaiknya aku pulang. Aku takut terjadi apa-apa pada Adaline. Secara kan dia juga adalah tanggung jawab ku.” Seru Ethan, pelan. Ethan pun menuju ke tempat para anak buahnya berjaga, dan menegaskan kembali apa-apa saja yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan. Sebelum pulang, Ethan melihat kembali keadaan Villa dengan seksama. “apa dia akan baik-baik saja disini dengan pengawalan Dom?” ucap Ethan pada dirinya sendiri, karena mengkhawatirkan keselamatan Mr. Sean beserta istri. Tapi sesaat kemudian Ethan teringat perkataan bos nya pada nya, bahwa sang bos sengaja menempatkan Ethan untuk menjaga Adaline White agar Ethan punya waktu untuk liburan di rumah. Selama ini Ethan selalu mengikuti kemana pun Mr. Sean pergi, sehingga dalam penglihatan Sean, Ethan tidak punya waktu me time sedikit pun. “Baiklah kalau begitu. Semoga aku benar-benar bisa berlibur jika aku berada
Ethan meraih handuk nya dan mengeringkan tubuh nya yang basah kuyup karena mencoba menyelamatkan bocah itu. "Lekaslah keluar dari bathtub itu, kau bisa masuk angin jika berlama-lama berendam di sana." Ucap Ethan dengan suara datar nya, berpura-pura kalau diri nya baik - baik saja saaat ini. Padahal asli nya, jantung Ethan pun berdetak sama kerasnya dengan Adaline saat ini. Bahkan kalau bisa jantung Ethan ingin melompat keluar dan menghampiri jantung Adaline, yang kompakan berdetak kencang. Ethan meletakkan tangannya di dada. Dia merasa ada yang tidak beres di dalam sana. "Apa ini efek karena aku terjatuh tadi? Heem..aku rasa aku harus segera memeriksa diri ke dokter." gumam Ethan pada diri nya sendiri. "Aku harus menelpon dokter pribadi nya dan meminta nya datang." Ujar Ethan dalam hati. Ethan pun akan beranjak pergi namun baru selangkah Ethan melangkah Adaline memanggil nya. "Heem...Ethan." Panggil Adaline, membuat detak jantung Ethan semakin cepat. "Apa lagi ini Tuhan??" Ser
“Hufft.. kemana dia? Apa dia masih di luar?!” Seru Adaline yang ragu-ragu untuk keluar sebab saat ini dia hanya mengenakan handuk saja. Secara pakaiannya basah total karena cipratan air saat dia dan Ethan jatuh ke dalam bathup.Adaline mengelus-elus kedua lengannya. Mungkin karena ia baru saja selesai bermain air maka nya suhu yang sudah dingin di kamar Ethan terasa semakin dingin di kulit nya.“Aku harus bagaimana sekarang?” ujar Adaline, yang masih belum bisa memutuskan untuk keluar atau tidak.Adaline ingat di rumah itu sebenarnya ada banyak anak buah Ethan, hanya saja tidak semua dari mereka yang diperbolehkan masuk ke dalam rumah oleh Ethan.Itu lah mengapa hanya satu atau dua orang saja yang terlihat di dalam rumah itu sejak Adaline tiba di sana.Tapi ya tetap saja! Mau di luar ataupun di dalam, mereka semua laki-laki. Dan satu-satunya wanita di rumah itu hanyalah Adaline seorang. Tentu saja hal ini tetap membuat Adaline merasa was-was.“Keluar? Tidak?” ujar nya, berpikir keras.