Share

Bab 5

Author: Ry-santi
last update Huling Na-update: 2024-02-15 13:35:13

Louisa terpaku beberapa saat menangkap lelaki berkemeja abu-abu tengah berdiri menyambutnya di salah satu meja restoran. Iris biru samudra yang terasa gelap itu berkilat, bersamaan senyum miring tersungging di bibir tipisnya.

Mr. Cross.

Pelayan tadi menyilakan Louisa menghampiri CEO tersebut lantas dia melengang pergi. Bola mata Louisa melirik ke sekitar sementara kakinya mengayun mendatangi Dean yang tidak memalingkan perhatian.

"Eng ... apakah hanya kita berdua?" tanya Louisa begitu Dean menarik kursi untuknya dan mereka duduk berhadapan.

"Ya," jawab Dean. "Karena aku tidak mau ada wartawan sialan yang menyerangmu dengan pertanyaan bodoh itu. Bikin pusing saja."

Sialan! umpat Louisa begitu mendengar Dean telah mengetahui gosip yang menerpa dirinya dan Troy.

Dia tak langsung menanggapi, malah memerhatikan penampilan Dean dari dekat. Kemeja putih yang dibungkus setelan jas abu-abu gelap begitu pas di badan kekar pria itu, menonjolkan lekuk otot biseps yang begitu terlatih. Apalagi kancing teratasnya dibiarkan terbuka memamerkan kalung emas berliontin satu sayap. Sementara telinga kiri Dean terdapat satu tindik keperakan yang dirasa Louisa benar-benar bagai pria berandal.

Namun, di balik penampilannya yang luar biasa menawan, seksi, juga menggoda, ucapan Dean benar-benar terkesan angkuh, tapi tidak dipungkiri kalau itulah kenyataannya sekarang. Dia enggan bertemu wartawan dan harus menjawab pertanyaan mereka tentang Troy.

Pandangan mata Louisa mengarah ke garis bibir kemerahan Dean yang menenggak wine sampai habis tanpa menyentuh makanannya sama sekali. Lantas berpindah pada gerakan jakun di leher lelaki itu. Betapa menyenangkannya andai Louisa memberi kecupan dia sana.  

Sadarlah, Lou! Jangan terlena dengan calon pencabut nyawamu! Ingatlah, tetap sadar!

Sialnya, alam bawah sadar Louisa menyuruh untuk tetap waras sekaligus waspada atas apa yang bakal terjadi nanti. Sementara sisi lainnya yang sedang hampa usai ditinggal Troy bak kehausan ingin menikmati pemandangan seperti ini untuk beberapa saat ke depan. Belum tentu akan ada kesempatan bisa satu meja dengan petinggi agensi seperti Dean. Batinnya berbisik kalau mimpi buruk Louisa bisa berakhir dengan mimpi indah sampai tuntas hanya menikmati malam bersama salah satu ciptaan Tuhan paling sempurna! 

Dewi batin Louisa juga berkata bahwa biarlah dia mati dalam kedamaian asalkan berada dalam pelukan Dean yang sehangat kecupan mentari. Sebuah mimpi konyol di tengah-tengah keputusasaan juga kenikmatan sesaat yang bertemu dalam satu waktu. Mana mungkin hal tersebut bakal terjadi? Tapi, dia ingat apa yang dikatakan Cory itu benar, perempuan yang mendekati Dean harus berhati-hati agar tidak terjebak oleh rayuan berujung ambisi untuk mendapatkan hati sang CEO.

"Bisa kau lepas kacamatamu itu, Ms. Bahr?" pinta Dean dengan suara rendah di telinga. Nyaris seperti bisikan sensual. "Aku merasa kau tidak menghargai pertemuan ini."

"Jangan bilang Anda akan menusuk mataku dengan garpu agar bisa membunuhku dengan mudah," kata Louisa berintonasi cepat. Tidak salah kan dia menuduh Dean yang mengajaknya berbicara empat mata?

Beberapa saat Dean menganga lebar kemudian terpingkal-pingkal atas pikiran tak senonoh Louisa. Barisan gigi putih nan rapi juga bibir kemerahan itu malah menaikkan daya pikat Dean ke titik tak terbatas. Apalagi sinar mata biru samudranya bercahaya bagai bulan menerangi wajah lelaki itu. Dia menjilat bibir dengan lidah membuat Louisa berimajinasi bagaimana jikalau dirinya yang berada di sana? Menikmati belaian erotis Dean untuk melupakan sakit hatinya?

"Kau pikir aku apa? Lepas kacamatamu!" perintah Dean tegas melenyapkan senyum lebar di wajah.

Sial sungguh sial! Otak Louisa seperti disuntik bius, luluh begitu saja mendengar permintaan yang terkesan memerintah. Sementara dewi batinnya menguatkan kalau di sini tidak ada orang, jadi tidak perlu malu bagi Louisa bersikap apa adanya di depan Dean. Termasuk matanya yang bengkak dan menyedihkan.

Gadis itu mengangkat bahu sambil melipat kacamata dan menyimpannya dalam clutch hitam. "See? Aku benar-benar buruk, Mr. Cross, tapi Cory memaksa untuk menemui Anda. Selain itu ... agak aneh kalau Anda mengajak untuk bertemu secara pribadi di tempat sebesar ini."

"Kenapa memangnya,

Ms. Bahr?" tanya Dean menuangkan wine ke dalam gelas miliknya. "Aku di sini menghiburmu. Minumlah! Dari tadi kau mengabaikan hidangan itu"

Apa aku tidak salah dengar?

Sebelah alis Louisa terangkat sebelah mencari-cari maksud terselubung di balik mata biru samudra Dean. Dia mengembuskan napas seakan mengibarkan bendera putih tak mampu membuka lapis demi lapis isi kepala pria di depannya. Terlalu rumit seperti labirin dengan ratusan pintu yang tidak bisa dia pilih sekali waktu. Malah spekulasi Louisa makin menguat tentang rencana pembunuhan  Dean walau lelaki itu membantah. Jemarinya meremas clutch, pelan-pelan membuka untuk mengambil semprotan cabai, sekadar berjaga-jaga ada sesuatu yang buruk terjadi.

Namun, Dean masih terlihat begitu tenang bagai air yang tidak bisa diselami seberapa deras arusnya. Aura dan cara pandang Dean kepada Louisa membuatnya terbius oleh ratusan botol chlorofom. Dean terlalu mahir memanipulasi keadaan atau dirinyalah yang mulai terlena dan terjerembap dalam jebakan indah ini.

"Minumlah!" perintah Dean sekali lagi, menunjuk gelas wine dengan dagu.

"Aku tidak paham apa maksud Anda, Mr. Cross. Anda benar-benar tidak merencanakan sesuatu yang buruk kan?" tanya Louisa berusaha mencari jalan keluar untuk tidak kena tipu daya Dean. Namun, jemarinya menuruti perintah Dean. Lagi. Memeluk kaki gelas dan menghirup sebentar aroma anggur sebelum menyesapnya pelan. Sial, walau meneguk minuman enak itu, bola mata Louisa seolah-olah enggan berpaling dari tatapan mendominasi Dean. Apakah dia sudah mulai lupa caranya berkedip? 

Louisa mencoba menggapai-gapai apa pun untuk membuatnya bertahan agar tidak semakin jatuh ke dalam lubang yang digali Dean. Patah hati. Kalau memang ingin membunuhnya, kenapa wine yang ditenggak tidak langsung membuat jantungnya lemah? Kenapa dia masih tersadar penuh dan terfokus pada cara pandangan Dean? Louisa berpaling, menelan ludah sambil merutuk dalam hati. 

Biru samudranya sangat memesona.

"Aku senang kau mendapat pujian banyak orang. Itu yang pertama," ungkap Dean menghidu gelas wine sebelum menyesap. Gerakan tangannya memegang gelas tampak begitu elegan dan berkelas bagi Louisa. Dia mengamati urat nadi Dean yang terlihat jelas, kembali membayangkan jika jemari Dean menelusuri tiap lekuk tubuh dan memberikan jejak-jejak samar dengan bibir itu. Ketika meneguk minuman tersebut, biji mata Louisa langsung tertuju pada jakun Dean naik-turun. "Kedua. Aku mendengar kau dicampakkan kekasihmu." Ditaruh gelas itu di atas meja lantas membelai bibir kaca dengan telunjuk begitu perlahan. 

"Aku rasa itu bukan sesuatu yang perlu dibahas," balas Louisa risi. "Saya pikir pertemuan ini akan lebih banyak membicarakan prestasiku, Mr. Cross."

"Oh ... naif sekali, Ms. Bahr. Prestasimu tak perlu kau agung-agungkan," ledek Dean terkekeh. "Semua orang punya timing atas kepopulerannya dan jangan terlalu membanggakan diri. Masih banyak hal yang perlu kau raih."

Dalam hati, Louisa ingin sekali mengumpat kasar. Kalau pertemuan pribadi mereka bukan untuk membahas pencapaiannya dalam film, lalu apa? Membahas dan menertawakan betapa sakit dan menyedihkan dirinya ditinggal pergi Troy? Atau justru bergosip kalau Troy terlalu murahan untuk perempuan seperti Louisa?

"Jadi? Jika Anda tidak membicarakan apa yang sudah kucapai, bukankah lebih baik aku pergi, Mr. Cross? Anda terlalu banyak membuag-buang waktu dan--"

"Berkencanlah denganku, Ms. Bahr!" potong Dean sebelum Louisa menyelesaikan kalimat membuat rahang gadis itu nyaris menyentuh permukaan lantai restoran.

Tuhan, mimpi buruk apa lagi ini?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Cinta Palsu CEO   Extra Part 4

    "Ke mana kita?" tanya Louisa penasaran mengapa matanya harus diberi penutup mata."Rahasia," kata Dean melajukan mobil Ranger Over hitam mengilap melintasi jalan Brudermühlstraße sebelum belok kiri menuju Schäftlarnstraße dengan bantuan Google Map.Butuh waktu setidaknya hampir dua jam lebih untuk bisa sampai di sebuah pulau kecil yang ada di lepas pantai Bavaria. Di sana ada sebuah danau cantik yang menghubungkan tiga negara sekaligus, Swiss, Austria, dan Jerman. Jujur saja, semenjak menginjakkan kaki di sini, Dean dibuat jatuh cinta akan pesona-pesona bangunan bersejarah yang disajikan tanah kelahiran kekasihnya. Bagaimana tidak, Dean serasa ditarik melewati lorong waktu di mana kerajaan Eropa tengah berjaya sebelum beberapa tempat rusak akibat perang dunia juga perang saudara antara Jerman Barat dan Timur.Dia tersenyum tipis akhirnya bisa memberi kejutan selepas Louisa kembali ke Jerman. Dia tidak ingin terburu-buru, apalagi setelah delapan tahun banyak hal yang ingin Dean ketahui

  • Terjerat Cinta Palsu CEO   Extra Part 3

    Bukan Dean Cross bila tidak menyiapkan segalanya begitu rapi. Sangat rapi sampai-sampai Louisa berpikir bahwa lelaki itu masih suka mendominasi segalanya seperti dulu. Tak disangka kalau ternyata asisten Dean telah bertemu keluarga Louisa juga Cory lantas meminta mereka menaiki sebuah mobil Mercedes Benz Sprinter hitam yang bisa memuat cukup banyak penumpang. Padahal sejujurnya Louisa bisa membawa mobilnya sendiri, namun Dean meminta--lebih tepatnya memerintah--agar memarkirkan kendaraan tersebut sementara waktu. Dean tidak dapat mengalihkan pandangan barang sedetik dan tidak sungkan-sungkan menggenggam tangan Louisa begitu erat. Dia memuji kecantikan gadis itu dan berpendapat bahwa fitur wajah pujaan hatinya diturunkan dari sang ibu. Karoline dan suaminya terbahak-bahak, sementara Louisa tersipu malu. Kini, tidak ada lagi ketegangan di antara mereka layaknya delapan tahun yang pernah menerjang gadis itu. Dean secara pribadi menemui orang tua dan kakak Louisa setiap tahun secara se

  • Terjerat Cinta Palsu CEO   Extra Part 2

    Kilat kamera langsung berkelip-kelip manakala Louisa memasuki areared carpetdalam balutan gaun tulle Valentino Couture berwarna hijau zamrud yang dipadu sepatu bertumit tinggi danclutchJimmy Choo. Banyak yang memuji kecantikan Louisa karena detail silan di bagian belakang menampilkan punggung sementara bagian depan potongan V rendah serta pita berpinggang tinggi menonjolkan lekuk tubuh rampingnya. Tidak perlu riasan dan perhiasan mencolok, cukup pulasan warnafuschiadi bibir dan pipinya diberiblushkemerahan agar tampak segar dan bercahaya.Dia tersenyum ke segala arah membiarkan fotografer mengabadikan dirinya sebelum masuk ke aula utamaSchlosstheater Schönbrunn,Austria. Di sana keluarga dan manajernya ikut hadir sebagai tamu undangan peluncuran filmhistorical rom

  • Terjerat Cinta Palsu CEO   Extra Part 1

    8 tahun kemudianIngar-bingar tepuk tangan dan suitan terdengar memenuhi aula utamaAltonaer KaispeicherHamburg di mana ajang tahunan perfilman Jerman digelar. Bukan hanya film dan serial TV nasional saja yang akan memenangkan penghargaan dalam beberapa kategori, tapi juga film internasional serta aktor-aktris terbaik melalui pemungutan suara online. Sehingga setiap tahun, orang-orang selalu antusias menanti siapa yang menjadi pemenang.Seorang gadis mengenakanhalter dresskuning mencolok nan kontras dari kulitnya yang putih bak porselen memperlihatkan punggung serta belahan paha yang cukup menggoda. Balutan sepatu bertumit tinggi keemasan berhias mutiara berkilau, tatanan rambutsimpledenganbelah tengah serta riasan&nbs

  • Terjerat Cinta Palsu CEO   Bab 57 (END)

    Dunia seperti berhenti berotasi manakala mereka masih terpaku oleh jarak. Hanya saling mengunci pandang dalam iris mata yang memancarkan jutaan rasa rindu yang kini meledak tanpa bisa dikendalikan. Kornea Dean memerah, tidak menyangka jika gadis itu mau menemuinya setelah bersusah payah mencari cara tuk menarik perhatian Louisa. Dia pikir hanya dengan lukisan-lukisan di SDMA tersebut Louisa mau membuka kembali komunikasi bersamanya lagi. Namun, semua itu di luar ekspektasi Dean sampai harus terbang jauh-jauh menjemput sang pujaan.Ayo, Dean, kau harus menemuinya!Batin Dean memerintah otaknya agar memaksa kaki berbalut pantofel hitam mengilap tuk menepis jarak yang masih membentang. Tak mampu berkedip hanya karena takut jika di depan Dean itu adalah sebuah fatamorgana di antara kegersangan yang menerpa dirinya.

  • Terjerat Cinta Palsu CEO   Bab 56

    Musim panas di belahan mana pun menjadi musim penuh festival, baik pertunjukan musik, film, pameran budaya, hingga festival makanan. Binar mentari yang lebih lama menerangi Jerman membuat sebagian besar orang-orang menghabiskan waktu untuk bersantai dan menikmati acara secara gratis maupun berbayar. Salah satunya pertunjukan kompetisi balet anak-anak dan remaja yang turut diikuti gadis-gadis dari studio milik Karoline. Mereka berkompetisi, menampilkan tarian-tarian terbaik diiringi lagu-lagu klasik yang dramatis hingga penonton ikut terhanyut di dalamnya.Riuh tepuk tangan pecah ketika formasi tujuh orang anak perempuan mengenakan kostum balet ungu dihias sayap kupu-kupu nan berkilau muncul. Salah satu dari mereka melambaikan tangan tanpa berdosa ke arah Louisa yang berdiri di balik tirai panggung menanti gilirannya keluar, menerbitkan senyum lebar hingga rona merah muncul di pipi

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status