Warning 21+
“Kenapa Lo bisa di sini, Jes?” tanya Adelia kepada sahabatnya yang beberapa saat lalu kembali ke California.
Dan yang membuatnya terkejut, kini gadis itu berada di hadapannya. Turut hadir menyaksikan pertunangannya dengan Alexander Johnson.
Jessy memutar bola mata malas, “Kayaknya yang di otak Lo cuma bos mesum itu aja deh,” sarkas Jessy.
Adelia meringis dengan pipi merona. Ingatannya kembali pada saat Alex menciumnya setelah berdansa dengan ritme cepat dan tempo yang cukup lama, membuat para tamu bersorak.
“Ahh ...” pekik Adelia kencang karena cubitan tangan Jessy di tangannya. Beberapa orang di sekitar menatap aneh kepadanya. “Lo sih!” Adelia melotot ke arah Jessy yang tampak cuek.
“Bener kan?” tanya Jessy menaikkan satu alisnya.
“Nggak gitu juga kok,” jawab Adelia lirih.
“Lihat!” Jessy meminta Adelia memandang ke seberang di mana Alexander Johnson sedang berbincang-bincang dengan b
Aku kasih yang panas, sebelum diterjang badai. Terima kasih banyak yang sudah menyukai cerita ini. I will do my best
Warning 21+ Alex terpaku untuk beberapa saat. Ucapan Adelia terasa ambigu di telinganya. Dalam sekejap beberapa fantasi liar terlintas dalam otak mesumnya, menerka-nerka apa yang akan gadis itu berikan. Alex memejamkan mata saat tangan halus Adelia meraih kancing-kancing kemejanya. Gerakan Adelia yang terkesan lambat membuat kepalanya pening dalam dorongan hasrat yang menggebu. Kepala Alex mendongak ke atas ketika jemari Adelia meraba dadanya yang dipenuhi bulu-bulu halus. Gerakan jemari Adelia seakan menyiksanya karena pergerakannya yang terkesan kaku dan malu-malu. Adelia memang bukan wanita berpengalaman dalam hal seperti ini. Dia hanya mengikuti instingnya saja untuk menciptakan lenguhan Alex mengalun semakin kencang seiring pergerakan jemarinya. Adelia menatap takjub wajah Alex dengan kedua mata terpejam. Desahan mengalun kencang saat jemari Adelia menyentuh puting mungil di dada Alex. Tubuh Alex b
Adelia berjalan berdampingan dengan Alex yang melingkarkan tangan di pinggangnya, sejak mereka turun dari mobil Alex. Laki-laki posesif bak bayi besar itu tak ingin berjauhan dengan Adelia barang sedikit pun. Padahal sejak semalam mereka sudah tidur bersama. Tidur dalam arti sama-sama beristirahat. Karena ternyata, Alex tidak melakukan hal lebih kepada Adelia. Laki-laki itu tetap mau menunggu hingga mereka mengikat janji suci pernikahan, untuk melakukannya. Perlakuan Alex itu mampu membuat hati Adelia menghangat, hingga mulai dari malam tadi, Alex akan tinggal bersamanya di unit. Permintaan awal yang cukup sulit diiyakan oleh Adelia. Apalagi mengingat Alex bisa saja melakukannya semalam atau hari-hari sebelumnya, jika benar-benar menginginkannya. Sampai pagi ini, Adelia harus menjaga raut mukanya tetap datar seperti biasanya, meskipun ada Alex yang merengkuh pinggangnya. Gadis itu mengabaikan bisikan-bisikan dari beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. L
Alex melirik Adelia yang tampak tak tertarik dengan buku menu di tangannya. Kemudian tatapannya beralih pada Jenny yang tampak merengut.“Bagaimana Baby? Mau makan apa?” tanya Alex.“Aku ... sama kan saja denganmu. Bagaimana?” jawab Adelia seraya menoleh ke arah Alex.“Boleh,” Alex meraih tangan Adelia dan mengecupnya.Tanpa sadar Jenny mendengus yang membuat Alex beralih menatapnya tanpa melepaskan tangan Adelia.“Bagaimana denganmu, Jenny?”“Tentu Kakak masih ingat kesukaan Jenny saat ke sini, bukan?” jawab Jenny dengan pertanyaan.“Tentu saja. Mengingat adalah keahlian Kakak. Kamu tak perlu meragukannya,” ucap Alex sombong.Adelia hanya tersenyum tipis melihat ulah Alex yang arogan.“Berikan 3 porsi pasta dan salad, 2 smoothie Strawberry dan 1 smoothie Anggur,” ucap Alex kepada pelayan yang sejak tadi berdiri tak jauh darinya.&
Adelia yang baru saja membersihkan make up di wajahnya dan sudah berganti dengan piama, perlahan naik ke atas tempat tidur di mana ada Alex yang belum berganti baju sedang bersandar.“Felix,” panggil Adelia sambil menyentuh pundak Alex.Alex menoleh dan memberikan senyuman kepada Adelia.“Kenapa, Baby?” Alex mendekatkan wajahnya. Memberikan satu kecupan di bibir Adelia.“Gosok gigi dan cuci muka dulu sana! Sekalian ganti bajunya,” titah Adelia.Alex mengangguk dan segera melaksanakan perintah Sang tunangan. Hal itu membuat Adelia heran, karena biasanya Alex akan meminta permintaan konyol sebelum melakukan apa yang ia katakan.‘Aneh! Sejak melihat Jenny di gandeng laki-laki tadi, Felix berubah drastis? Mungkin nanti dia akan bercerita kalau memang itu yang mengganggunya. Aku hanya tinggal menunggu waktu saja. Batin Adelia,’Adelia yang sedang bersandar di tempat tidur, m
“Seorang wanita baik-baik akan memilih pernikahan daripada tidur dengan laki-laki tanpa status yang jelas,”Ucapan Jenny membuat ketiga orang yang berada di sana menoleh ke arah pintu.“Jenny! Jaga ucapanmu!” seru Maria dengan wajah yang memerah.“Kenapa Mom? Apakah Jenny salah?” tanya Jenny dengan melipat kedua tangannya di dada, dengan mata memicing ke arah Adelia yang hanya terdiam tanpa ekspresi.“Kembali ke kamarmu dan jangan berulah!” ucap Maria dengan nada dingin yang membuat Jenny menciut.Maria adalah sosok ibu yang tak pernah memperlihatkan amarah dan kecewa di depan kedua anaknya selama ini. Tapi saat ini, demi membela Adelia yang merupakan gadis asing, Maria dua kali membentak Jenny yang notabene adalah putri kandungnya.Jenny menahan air mata dan berlari menuju kamarnya yang berada di lantai dua.“Jangan dengarkan ucapan anak nakal itu ya, Sayang. Mommy
“Bagaimana Adelia?” tanya Alex yang masih setia berlutut di hadapan Adelia yang kini menatapnya.“Felix,”“Katakan ‘Ya’, Baby!” ucap Alex tak sabaran.“Tapi ...”“Kelamaan!” Alex bangkit dan menarik tangan kiri Adelia untuk menyematkan cincin itu di salah satu jemarinya.Adelia mendengus dengan rona merah menghiasi kedua pipinya. Perpaduan antara salah tingkah dan kesal karena tingkah Alex yang arogan.“Apa artinya kamu berlutut kalau akhirnya begini?” tanya Adelia seraya memberikan pukulan manja ke dada Alex.Alex tertawa, “Habisnya kamu jawabnya lama,”“Tapi ...”“Nggak ada tapi-tapian, Baby. Atau kamu mau kita menikah sekarang, iya?” desak Alex beruntun.“Nikah aja sama tembok sana!” Adelia mendorong dada Alex dengan kencang dan berlalu dari sana.Alex yang tidak siap dengan
“Vivi ... Merry,” seru Alex yang baru saja duduk di kursi kebesarannya di kantor Johnson Corporation.Vivi dan Merry yang mengikutinya sejak dari unit hingga ke kantor bergerak mendekat ke arah Alexander Johnson. Kedua perempuan berpenampilan tomboi dengan setelan pakaian hitam dan sepatu boot yang selalu membalut kedua kaki mereka, membungkukkan badan sebagai tanda hormat kepada Sang Tuan.Vivi dan Merry ditugaskan oleh Alexander Johnson untuk menjaga Adelia dari jarak aman semenjak laki-laki itu mengetahui keberadaan Adelia di New York.“Kalian harus memastikan keamanan Mrs. Johnson di mana pun ia berada selama aku pergi!” ucap Alex dengan tegas.“Baik, Mr.” Jawab Vivi dan Merry bersamaan.“Ingat untuk segera mengantar dia pulang setelah jam kantor berakhir, dan laporkan padaku apa saja yang mencurigakan! Aku akan pergi selama tiga hari, dan selama itu kalian tidak boleh lengah sedikit pun!”
Alex turun dari Lamborgini Veneno miliknya di salah satu parkiran kelab malam di California. Tepatnya ‘Blue Pride Club’ yang merupakan kelab terbesar dan ternama, dan tempat yang mempertemukan dirinya dengan gadis yang kini sudah menjadi tunangannya sekaligus calon istri.Alex menarik kedua sudut bibirnya mengingat malam yang mampu mengubah ritme kehidupannya menjadi lebih indah dan bermakna.“Lo mau senyum sampai kapan di situ?” gerutu Tommy yang kesal dengan tingkah Alex malam ini.“Gue lagi mengingat sebuah kenangan indah yang tak akan pernah terlupakan,” ucap Alex dengan senyum yang semakin mengembang.Tommy menatap ngeri dengan tingkah sahabat sekaligus bos sombongnya, yang aneh menurutnya.“Lo nggak kesambet kan, Lex?”“Sembarangan, lo,” Alex melotot dan menoyor kepala Tommy.“Ish, otak Gue bisa sakit kalau Lo begituin,” Tommy mengusap kepalanya&nbs