Share

Menampakkan Diri

Penulis: Byul
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-19 20:23:25

Rinjani memasukkan kunci dan memutarnya agar pintu apartemennya dapat terbuka. Ia sudah tidak sabar lagi untuk segera merebahkan tubuhnya di atas kasur miliknya, yang selama ini telah menjelma menjadi tempat ternyaman dirinya. Walau baru ditinggal selama dua hari, tapi entah kenapa rinjani merasa sangat rindu dengan suasana tenang yang ada di kamarnya.

Baru saja masuk dan menutup pintu, rinjani segera mengeluarkan ponselnya yang sebelumnya ia simpan di saku celana. Sambil berjalan ke arah kamar, ia terlihat mengetikkan beberapa kata pada benda pipih tersebut.

Aku udah sampai di rumah ni.” Dengan lincahnya, jari jemari rinjani bermain di ponsel miliknya. Sesampainya di apartemen pribadinya, rinjani pun segera mengabari sahabatnya sarah dengan mengirim satu pesan pada gadis itu. Padahal, tas ransel miliknya saja masih belum ia letakkan.

Setelah pesan itu terkirim, barulah gadis itu meletakkan ranselnya tepat di samping kasur. Entahlah, rasanya pendakian kali ini terasa sangat berbeda. Padahal, ia dan juga sarah hanya mendaki sebuah gunung yang tidak terlalu tinggi.

Tapi, sepulangnya dari tempat itu, rinjani merasa perasaannya terus diliputi kecemasan. Pikirannya juga terus menerawang terutama gua yang sempat ia singgahi dikala hujan mendera.

Apa aku sudah melakukan kesalahan ya?’ Batin gadis itu terus berputar sambil mengerutkan keningnya.

Rinjani tahu, jika gunung merupakan tempat yang tidak bisa diperlakukan sembarangan. Apalagi di wilayah timur seperti Indonesia. Banyak gunung yang disakralkan oleh masyarakat sekitar karena dipercaya memiliki sosok yang menguasai tempat tersebut.

Oleh karena itu, sedari dulu bahkan sampai sekarang, rinjani tidak pernah melakukan hal yang menjadi larangan di tempat itu. Tapi, seberapa kuatnya ia berpikir, tetap saja rinjani tidak mendapat jawaban kenapa perasaannya bisa terus merasa tak tenang seperti ini.

Gadis itu mulai mengendus badannya sendiri. Hidungnya menangkap aroma yang tak enak untuk dihirup. “Astaga, kenapa aku sampai lupa kalau belum mandi.”

Mencoba menghilangkan perasaan tak enaknya, rinjani segera beranjak menuju kamar mandi untuk segera membasuh tubuhnya dari keringat dan kotoran yang masih menempel di tubuhnya.

Sesaat setelah gadis itu memasuki ruang paling pribadinya, perlahan tapi pasti, muncul bayangan hitam yang mulai memenuhi apartemennya. Bayangan yang berbeda, karena hitamnya lebih pekat dari bayangan pada umumnya.

Ya, bayangan tersebut mulai berubah dari yang awalnya hanya seperti kepulan asap, kini mulai membentuk sosok tinggi besar. Tak memperlihatkan detail wajah maupun tubuh, namun sudah dapat dipastikan sosok tersebut merupakan makhluk yang memiliki rupa yang sangat mengerikan.

Contohnya saja bagian tangan. Jari jemarinya dihiasi dengan kuku yang sangat panjang dan tajam. mungkin bila mau dibandingkan dengan beruang, ukurannya belum ada apa apanya dibandingkan dengan makhluk tersebut. Bayangkan saja, dengan ukuran kuku yang sebegitu besarnya, bisa membuat targetnya langsung hancur seketika hanya dengan satu kali gerakan.

Makhluk bernama ghanindra itu mulai memperhatikan sekitar dimana ia sedang berada di tempat calon mangsanya. “Zaman cepat sekali berubah,” batinnya saat melihat seluruh peralatan yang dipakai oleh rinjani.

Berbeda sekali dengan saat terakhir kali ia melihat apa yang dipakai manusia untuk membantu aktifitas mereka sehari hari. Apalagi setelah diperhatikan, rumah yang ditempati rinjani berada di ketinggian beberapa lantai, sehingga ghanindra dapat melihat seluruh pemandangan kota dari atas. Dahulu, mana ada rumah yang memiliki ketinggian seperti sekarang.

Suasana malam pun memperlihatkan betapa cantiknya lampu lampu dari gedung gedung dan kendaraan yang sedang berlalu lalang. Membuat makhluk dari zaman dahulu tersebut sempat merasa takjub dengan apa yang sedang dilihat.

“Dasar manusia, mereka menginginkan keindahan. Tapi mereka lupa, kalau mereka hanyalah makhluk fana yang berusia singkat.” Dengkus ghanindra sambil menatap tajam pada pemandangan sekitar.

Ditengah keheningan, telinganya mendengar suara gemericik air dari arah kamar mandi. fokusnya pun beralih ke arah ruangan dimana rinjani sedang membersihkan dirinya.

“Contohnya dirimu, yang sebentar lagi akan menjadi makananku,” Bibirnya yang terbuka memperlihatkan giginya yang semuanya berbentuk runcing. Bahkan ada dua yang membentuk taring berukuran besar.

Tak lama kemudian, akhirnya rinjani selesai membersihkan dirinya. Keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang bersih, sehingga membuat perasaan yang tadinya terus menerus tak enak, menjadi lega kembali.

Ghanindra yang sedari tadi berdiri di dekat jendela, terus memperhatikan gerak gerik calon mangsanya. Di sisi lain, rinjani masih belum menyadari ada sosok yang sedari tadi sedang memperhatikan dirinya dengan tatapan lapar nan tajam.

Kruyuuukkk…

Sekali lagi, rinjani mendengar suara perut yang tampaknya sedang kelaparan. Gadis itu dibuat mengerutkan keningnya, memperhatikan perutnya sendiri. Anehnya, ia tak merasa sumber suara tersebut dari perutnya. Walau masih belum makan apapun, tapi bukan perutnya lah yang mengeluarkan suara tersebut.

Anehnya, di tempat yang hanya ada ia sendiri, rinjani malah mendengar suara yang sama yang tadi siang sempat ia dengar sewaktu masih mendaki gunung bersama sarah.

Perasaan tak enaknya lagi lagi mencuat, memenuhi seluruh pikirannya. “enar, pasti ada yang aneh disini,” gGumam rinjani dengan irama jantung yang berdebar debar.

Ia beranikan diri untuk melihat sekeliling, matanya menyapu tiap sudut ruangan. Instingnya mengatakan jika saat ini, tidak hanya dirinya yang berada di sana.

Dan benar saja, disaat matanya mengarah ke sudut jendela, ia melihat ada sesosok bayangan berukuran tinggi besar sedang berdiri menghadap dirinya. Sungguh, rinjani merasa jantungnya ingin melompat keluar saat mata mereka saling bertemu.

Rinjani menatap makhluk tersebut dengan ekspresi keterkejutan, sedangkan ghanindra menatap balik dengan tatapan kebengisannya. Menyadari yang dihadapinya bukanlah manusia, seketika gadis itu merasakan beban tubuhnya sangatlah berat bahkan ia tak bisa menggerakkan tubuhnya sendiri.

Perlahan, ghanindra mendekat ke arah rinjani berdiri. Air liur yang menetes, menandakan jika makhluk itu sudah tak sabar lagi untuk segera memangsa rinjani dan membuat perutnya tak lagi kelaparan.

“Si… si… siapa kamu?” Tanya rinjani dengan suara lirih.

“Kamu yang sebentar lagi menjadi makananku, tak pantas bertanya begitu.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Siluman Pemakan Manusia   Chapter 16 - Pertanda ?

    Atreya yang pergerakannya telah terhenti akibat genggaman erat dari Ghanindra, tiba-tiba menghilang. Sosoknya kembali berubah menjadi asap dan hilang bak dihembus angin.Tak lama kemudian, ia kembali terlihat sedang berdiri di hadapan Ghanindra. Tak terlalu jauh, sampai ekspresi santainya dapat terlihat dengan jelas. Ghanindra sempat dibuat kesal lantaran Atreya memperlihatkan senyumnya. Entah karena dapat melepaskan diri atau meremehkan dirinya.‘Ku lenyapkan kau!’ Batin Ghanindra sambil mengepalkan kedua tangannya.Ada istilah kesabaran itu setipis tisu sepertinya memang benar. Baru dipancing begitu saja, rasanya Ghanindra ingin mengamuk. Namun, ia kembali berpikir tentang dimana tempat mereka berada. Yang ada, seluruh tempat itu akan hancur berkeping-keping.Disaat Ghanindra masih sibuk dengan gejolak batinnya, asap yang tadinya menghilang, kini kembali muncul. Bahkan mulai mengelilingi dirinya. Dengan begitu, Ghanindra kembali berkonsentrasi untuk melawan Atreya.“Sekarang, apa ya

  • Terjerat Cinta Siluman Pemakan Manusia   Chapter 15 - Alasan Dibalik Perubahan Ghanindra

    Sepeninggal Ghanindra, Maheswari masih mematung sendirian di tempat yang sama. Ia merasa harga dirinya sebagai pemimpin hutan telah tercoreng. “Entah kenapa, ancamanmu justru membuatku semakin ingin mengganggunya.” Wanita itu menyeringai. Iapun melihat sekeliling, “Akhirnya, batu pusaka itu akan jadi milikku. Dengan begitu, kamu akan berada dalam genggamanku.” Maheswari menatap kedua tangannya yang telah pulih seperti sedia kala. “Atreya.” Tak lama setelah Maheswari menyebut sebuah nama, dari belakangnya muncul sesosok pria seperti seorang pengawal kerajaan jaman dahulu. Postur tubuhnya gagah, kulit yang bersih dan tatapan mata yang tajam seolah dapat mengetahui apa yang ada disekitarnya. “Anda memanggil saya, ratu?” Pria itu menundukkan kepalanya. “Ada hal yang harus kamu lakukan.” Jawab sang ratu tanpa menoleh ke belakang. “Apapun itu, akan hamba laksanakan.” Setelah Atreya mendengar perintah dari pimpinannyaa, ia pun segera beranjak untuk menjalankan tugas. Sementara itu, G

  • Terjerat Cinta Siluman Pemakan Manusia   Chapter 14 - Masih Ambigu

    Rinjani terus mengikuti langkah besar pria yang berjalan di depannya. Mau tidak mau, gadis itu harus mengikutinya karena tas miliknya masih bertengger di tangan Ghanindra. Walau dirinya sudah mempercepat langkahnya, tetap saja ia tak bisa menyamakannya dengan pria tersebut.“Kembalikan tasku! Mau sampai kapan kamu mau membawanya, heh?” Rinjani berharap, dengan suaranya yang diperkeras, dapat membuat Ghanindra menghentikan langkahnya.Namun, sepertinya Rinjani harus menelan kekecewaan, melihat Ghanindra tak mengindahkan kata-katanya sama sekali.Akhirnya, kesabarannya pun habis. “Aku bilang berhenti!” Rinjani berteriak. Tak peduli sekarang mereka berdua sedang berada di tempat umum sekalipun. Semua orang yang berada di tempat itupun langsung memusatkan pandangan mereka kepada gadis itu.Tentu saja, setelah itu mata Rinjani menyapu ke segala arah. Dan akhirnya, ia pun tersenyum canggung sambil menggaruk tengkuknya sendiri.Tak disangka, Ghanindra yang tadinya bersikap cuek kini sedang m

  • Terjerat Cinta Siluman Pemakan Manusia   Chapter 13 - Berubah 180 Derajat

    Di sebuah hutan yang berada sangat jauh dari pusat kota, Ghanindra berdiri sendirian. Hutan dengan suasana yang mencekam, karena sinar matahari yang tak bisa menembus padatnya pepohonan yang tumbuh disana. Membuat hutan itu selalu gelap, sehingga hampir tak bisa dibedakan kapan siang dan malamnya.Sambil mengepalkan kedua tangannya, mata merahnya terus menatap jauh dengan tatapan tajamnya.“Sial, bisa-bisanya aku kalah dari manusia lemah itu!”“AAARGH…” suara Ghanindra menggelegar, sehingga membuat burung-burung yang ada disana berterbangan.“Ck… Aku kira siapa yang berani masuk ke dalam wilayahku,” wanita yang memakai pakaian tradisional berjalan mendekat. “Aku senang, akhirnya kita bisa bertemu lagi.” Maheswari, makhluk penguasa hutan yang terkenal akan sosoknya yang cantik jelita.“Biar ku tebak, sepertinya rencanamu tidak berjalan lancar ya?”Ghanindra menoleh tanpa menjawab apa-apa.“Bukankah sebelumnya aku sudah menawarkan bantuan? Harusnya kamu terima saja. Tapi sayang, kamu ma

  • Terjerat Cinta Siluman Pemakan Manusia   Chapter 12 - Taruhan Hidup Dan Mati

    “Dimana Sarah sekarang?!” Sontak Rinjani berteriak sambil memandang Ghanindra dengan tatapan emosi.Ghanindra tersenyum. Ia berpikir, rencana untuk membuat Rinjani terpancing akan segera berhasil.“Kamu mau tahu?” Tatapan tajam Ghanindra langsung menusuk ke dalam retina nan indah milih Rinjani.“Jangan bertele-tele. Cepat katakan, dimana kamu sembunyikan Sarah!”“Baiklah. Tapi, ada syaratnya.” Makhluk itu menyeringai.“Kamu harus memohon kepadaku untuk mengembalikan temanmu sekarang juga.”“Kalau begitu, aku mo…” Rinjani segera menghentikan kata-katanya.‘sebentar. Bukannya itu berarti aku membuat permohonan? Setelah itu, makhluk itu akan…’ untung saja diwaktu yang tepat, Rinjani menyadari rencana yang dilakukan oleh Ghanindra.“Lanjutkan!” Ucap Ghanindra.“Ha… Hahaha” Rinjani tertawa terbahak-bahak. “Jadi itu tujuanmu heh? Membuatku memohon agar kamu bisa leluasa memangsaku? Jangan harap hal itu akan terjadi!” Lanjutnya.“Wah, aku akui ternyata kamu pintar juga. Bisa menyadari rencan

  • Terjerat Cinta Siluman Pemakan Manusia   Chapter 11 - Perasaan Yang Mengganggu

    Dalam kegelapan, perlahan Sarah membuka matanya. Walau awalnya terasa sangat berat, namun ia tetap berusaha untuk menggerakkan serta tubuhnya. Karena belum sepenuhnya pulih, gadis itu pun tidak bisa memastikan dengan jelas dimana ia sekarang. Tapi yang jelas, suasana tempatnya membuka mata seperti sangat familiar.Dengan pandangan setengah kabur, Sarah memperhatikan sekeliling. Samar-samar ia seperti melihat ada beberapa tumpukan batu yang berjejer rapi dan ditancapkan setengahnya ke dalam tanah.Sarah mencoba bangun. Setelah berhasil duduk, gadis itu yakin jika saat ini ia sedang berada di atas rerumputan. Namun, setelah beberapa saat ia pun dibuat terkejut. Setelah penglihatannya benar-benar jelas, Sarah menyadari jika saat ini ia terbangun di tengah-tengah area pemakaman.“Aku kok bisa ada disini?” Panik setengah mati, Sarah membelalakkan matanya ke segala penjuru.Bayangkan saja, berada di tempat yang dikenal angker oleh sebagian besar masyarakat di tengah malam. Apa tidak disebut

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status