Harmoni benar-benar tidak mengingat apa pun. Dia bahkan tidak ingat apa yang telah terjadi dengan mereka semalam dan apa yang telah mereka lakukan. Aiken pun tidak membunuhnya karena tujuannya tapi karena kebohongannya membuat Harmoni mengekorinya terus menerus.
Mereka sedang mencari air bersih juga sesuatu yang dapat mereka makan di pulau itu sebelum malam benar-benar tiba. Mereka harus bertahan sampai anak buahnya menemukan mereka. Pulau itu begitu luas. Mereka tidak mungkin menjelajahinya apalagi mereka tidak tahu bahaya yang ada di pulau itu. Asalkan menemukan air dan makanan, itu sudah cukup. “Kakiku sakit, bisakah kita berhenti sebentar?” Pinta Harmoni padanya. Mereka berdua tidak menggunakan alas kaki dan pakaian mereka pun sudah compang-camping. “Sudah aku katakan padamu, tunggu saja di sisi pantai tapi kau tetap ingin mengikuti aku!” “Aku tidak mau kau pergi sendirian. Bagaimana jika kau tidak kembali lagi?” “Kenapa? Apa kau mengkhawatirkan aku?” “Mengkhawatirkan suami sendiri, apakah salah?” Ucapannya membuat Aiken tersenyum sinis. Wanita bodoh itu benar-benar mempercayai apa yang dia katakan. Seandainya ingatannya tiba-tiba kembali, apakah dia masih berani berbicara seperti itu?” “Sudahlah, sebaiknya kau tunggu di sini. Aku seperti mendengar suara air. Mungkin saja ada sungai di dekat tempat ini.” “Jika begitu kita cari bersama!” Aiken memandanginya dan pada akhirnya, pria itu mengulurkan tangan pada Harmoni. Tidak masalah, dia sedang menjaga makanan untuk buayanya supaya tetap segar. Harmoni yang percaya jika mereka adalah suami istri, meletakkan tangannya ke atas telapak tangan Aiken. Mereka kembali melangkah untuk mencari sumber air dan beruntungnya mereka telah menemukannya tanpa perlu berjalan lebih jauh lagi. Harmoni segera berlari ke arah Sungai. Dia benar-benar haus. Beruntungnya air sungai yang mereka temukan begitu bersih sehingga dapat mereka konsumsi. Rasa dahaga dapat mereka atasi tapi tidak dengan rasa lapar. Kini perut Harmoni berbunyi dengan begitu keras. Aiken menghela nafas. Kenapa dia harus merepotkan diri dengan pembunuh itu? Semoga saja tindakan yang dia lakukan tidak salah karena apa yang dia lakukan saat ini benar-benar mahal. “Maaf, aku lapar,” Harmoni menunduk. Dia jadi malu dan tidak enak hati. Entah kenapa dia merasa ada jarak membentang di antara mereka dan dia pun merasa mereka berdua sepertinya tidak memiliki hubungan yang cukup akrab. Apakah mereka berdua benar-benar suami istri? Jujur saja, dia ragu dengan hubungan mereka. “Tidak apa-apa. Tunggulah di sini baik-baik, aku akan mencari sesuatu. Mungkin saja ada buah-buahan di sekitar sini yang dapat kita makan.” “Kau tidak akan meninggalkan aku, bukan?” Aiken sangat ingin tertawa mendengar pertanyaannya. Pada akhirnya pembunuh bayaran tetaplah gadis tidak berdaya karena tidak memiliki ingatan sama sekali. “Aku tidak mungkin meninggalkan istriku, jadi tunggulah di sini baik-baik,” Dia pun ingin tertawa karena ucapannya sendiri. Harmoni tampak begitu mempercayainya. Dia menunggu Aiken di sisi sungai sambil memeluk tubuhnya yang dingin. Dia harap Aiken tidak lama karena dia mulai takut ditinggal sendirian. Selama dia menunggu, dia mencoba mencari ingatannya. Mungkin saja dia akan mendapatkan sedikit memori mengenai hubungan mereka berdua tapi sayangnya, dia tak dapat mengingat apa pun. Luka di kepalanya pun semakin sakit saja. Harmoni memegangi lukanya tapi dia baru menyadari sesuatu. Kini dia melihat jari jemarinya. Tidak ada cincin pernikahan di sana. Apakah benar mereka suami istri? Aiken tidak langsung menghampiri. Dia memandangi Harmoni dari kejauhan. Cukup satu pukulan, maka wanita itu akan mati dan dia tidak perlu repot membawanya tapi jika dia membunuhnya sekarang, maka dia tidak akan tahu siapa yang membayar wanita itu. Dia kembali dengan beberapa buah yang dia temukan. Harmoni sangat senang melihatnya kembali. Mereka berdua duduk di sisi sungai sambil menikmati buah-buahan untuk mengganjal perut. “Apa benar kita suami istri, Aiken?” “Kenapa? Apa kau ragu?” “Ya, jika kita memang suami istri. Kenapa tidak ada cincin di jari manisku?” Harmoni memperlihatkan jari manisnya yang kosong. “Kau meninggalkannya di kapal karena kau marah padaku.” “Kenapa aku marah padamu?” Dia memandangi Aiken sambil menikmati buahnya. Dia belum bertanya kenapa mereka berdua bisa jatuh ke dalam laut. “Kita sedang berlibur, Harmoni. Kau begitu marah karena aku berbicara dengan seorang wanita. Kau mencurigai aku dan mengira aku berselingkuh dengannya oleh karena itu kita bertengkar hebat dan kau melepaskan cincin pernikahan kita,” luar biasa. Satu kebohongan yang dia lakukan, menimbulkan kebohongan luar biasa lainnya. “Jadi semua gara-gara aku?” Harmoni menunduk, dia tampak bersalah. “Tidak apa-apa, tidak perlu dipikirkan. Yang penting kita selamat dan percayalah, sebentar lagi akan ada yang datang menolong kita.” “Maaf, Aiken,” Harmoni memeluknya, “Aku benar-benar minta maaf padamu. Seharusnya kita tidak bertengkar. Mungkin dengan demikian kita tidak akan berakhir seperti ini,” rasa bersalah yang dia tunjukkan, bukanlah sebuah tipuan walaupun dia tidak merasakan adanya chemistry di antara mereka berdua. “Sudah aku katakan tidak apa-apa,” Aiken merangkul bahunya dan menenangkan dirinya. Baiklah, tidak buruk terdampar di Pulau itu bersama dengan Harmoni. Setidaknya malam ini dia tidak sendirian di Pulau itu. “Mungkin aku cemburu denganmu oleh karena itulah aku marah denganmu. Aku tidak bisa mengingat apa pun jadi maafkan aku.” “Tidak perlu dibahas lagi, sebaiknya kita kembali ke sisi pantai supaya ada yang melihat kita,” dia tidak mau membahas hal itu terlalu jauh karena kebohongan yang dia ucapkan akan semakin besar. “Kenapa tidak di sini saja? Jika kita kembali ke pantai, kita akan kesulitan saat kita membutuhkan air. Tidak ada yang bisa kita gunakan untuk menyimpan air bersih jadi lebih baik malam ini kita bertahan di sini dan besok pagi barulah kita kembali ke pantai” “Baiklah, yang kau katakan ada benarnya. Memang lebih baik kita bertahan di sini. Segera habiskan buahnya, aku akan mencari tempat aman agar kita dapat beristirahat!” “Aku bantu?” “Tidak perlu!” Aiken sudah beranjak dan melangkah pergi. Beruntungnya langit malam itu cukup cerah. Dia harap hujan tidak turun sampai esok pagi karena mereka tidak memiliki tempat berteduh. Aiken mengambil beberapa daun kering yang dapat menjadi alas untuk mereka beristirahat. Dia juga mencari tempat aman meskipun sesungguhnya tidak aman karena binatang buas dan ular bisa saja berada di tempat itu. "Tidurlah, aku akan menjagamu!" "Bagaimana denganmu?" "Aku akan tidur nanti!" Aiken menarik sebuah daun untuk menutupi tubuh Harmoni. Dia akan berjaga sebentar tapi dia justru terjaga sepanjang malam sambil memeluk Harmoni yang kedinginan karena angin malam begitu dingin. Dia berjaga-jaga karena dia khawatir ada binatang buas yang tiba-tiba saja menyerang mereka berdua."Mommy... Mommy, sakit perut!" Axel berlari menghampiri ibunya sambil memegang perutnya yang sakit. "Wah, ayo cepat!" Harmoni beranjak, dia hendak menggendong putranya tapi tiba-tiba saja pandangannya berputar. Dia hampir jatuh tapi beruntungnya Harmoni berpegangan kuat pada kursi. "Kenapa, Mommy?" putranya tampak mencemaskan dirinya "Tidak. Tidak ada apa-apa." Sepertinya dia terlalu lelah menjaga Axel yang mulai aktif. Harmoni membawa putranya pergi ke kamar mandi. Dia menjaga Axel sambil berdiri di depan pintu. Dia merasa ada yang salah dengan keadaannya itu dan dia mulai mengingat kapan terakhir dia datang bulan. Sesungguhnya ini bukan pertama kali dia merasa pusing seperti itu. Dia sudah merasakannya sejak beberapa hari belakangan bahkan dia sering memuntahkan makanan yang mudah makan. Dia tidak pernah mengeluh sama sekali karena dia masih bisa menahannya tapi sekarang dia jadi curiga dengan keadaan yang dia alami. "Sudah, mommy. Axel sudah selesai!" Putranya m
"Mommy, Uncle dan Aunty mau menikah!" Perkataan putranya mengejutkan Harmoni.Dia dan Aiken sudah berada di restoran tapi mereka tidak menemukan keberadaan Joy dan Stuart. Harmoni menghubungi sahabat baiknya tapi yang menjawab justru putranya. Dia tidak mengerti apa yang telah terjadi, apalagi perkataan putranya itu. Dia menanyakan di mana mereka berada dan cukup terkejut karena mereka berada di kantor catatan sipil. Harmoni mengajak suaminya pergi ke sana tapi dia masih berbicara dengan putranya. Dia bahkan ingin berbicara dengan Joy tapi Axel berkata Joy sedang berganti pakaian. "Apa maksud Axel? Apa Aunty dan Uncle benar-benar mau menikah?""Axel tidak tahu, Mommy. Aunty Joy berkata Dia suka dengan anak-anak dan Uncle mau memberikannya.""Wah," meski ucapan putranya kurang jelas tapi dia dapat mengerti apa yang dimaksudkan. "Jika begitu Mommy dan Daddy akan segera pergi ke sana.""Cepat, Mommy. Axel mau makan enak!" Ucapan putranya membuat Harmoni tertawa. Sepertinya Axel belum
“Aunty!” Teriakan Axel mengalihkan perhatian Joy yang sedang menunggu Harmoni.Joy berpaling melihat ke arah pintu masuk. Sedotan yang ada di mulut terjatuh. Dia tampak mengagumi sesuatu tetapi bukan Axel yang sedang melambai ke arahnya melainkan Stuart yang berjalan masuk.Axel berada di dalam gendongan Stuart. Tatapan Joy tidak berpaling sama sekali dari pria itu. Entah kenapa dia merasa Stuart seperti hot Daddy yang begitu menggoda.Pria itu menghampirinya dengan gagah. Dia menggendong Axel dengan satu tangannya saja sehingga otot tangannya terlihat. Joy mulai mengaduk minuman, dia masih terlihat terpana.“Aunty, Axel datang untuk makan enak!” Axel kembali memanggilnya tapi perhatian Joy tak teralihkan dari wajah Stuart.“Aunty?” Axel kembali memanggil.“Oh, hm,” Joy mengalihkan perhatiannya, “Aunty juga ingin makan enak,” minumannya kembali diseruput. Dia baru menyadari jika Stuart terlihat tampan.“Aunty, Aunty lihat apa?” Pertanyaan itu mengalihkan perhatiannya.“Oh, tidak. Mana
Tom makan dengan lahap, makanan yang baru saja disediakan. 3 tahun berada di sana, dia justru menikmati hidupnya. Walaupun dia terkurung di tempat itu dan tidak bisa pergi kemanapun tapi dia menjalani kehidupannya dengan nyaman.Tidak ada yang menyiksa dirinya. Dia pun diberi makan. Dia tidak perlu memikirkan apa pun. Dia tidak tahu apa yang terjadi karena Harmoni tidak pernah datang lagi setelah hari itu.Dia menebak Harmoni telah mati dibunuh oleh Danzel. Bisa saja gara-gara kejadian itu, Aiken melupakan dirinya dan tidak berminat untuk membunuhnya lagi.Makanan yang disediakan pun tidak buruk. Dia merasa tidak seperti seorang tawanan tapi dia tak tahu jika itu adalah makanan terakhir yang akan dia nikmati.Sebuah tong besar yang terbuat dari kaca dibawa masuk ke dalam. Tom berhenti makan, dia tampak heran karena anak buah yang selalu menjaganya selama ini terlihat begitu sibuk.Dia menyimpan piring makanan yang sudah kosong ke atas lantai dan meneguk minumannya dengan cepat. Dia
Setelah menikah, mereka tidak berencana pergi berbulan madu. Harmoni tidak mau melakukannya. Dia merasa tidak perlu karena mereka sudah memiliki anak. Dia pun tidak ingin meninggalkan putranya. Dia ingin putranya mendapatkan apa yang seharusnya dia dapatkan yaitu kasih sayang dari mereka. Siang itu dia ada janji dengan Joy. Setelah menikah, banyak yang dia lakukan. Salah satunya mengambil tulang belulang kakaknya yang masih berada di rumah sakit. Tadinya dia berencana membawa pulang tulang belulang kakaknya ke kampung halaman tapi dia mengurungkan niat dan memutuskan untuk memakamkan kakaknya di makam pribadi milik keluarga Aiken. Tidak saja kakaknya yang dimakamkan di sana. Putri kecilnya sudah dipindahkan beberapa minggu yang lalu. Dia dan Aiken pergi secara langsung untuk memindahkan makam Putri mereka. Satu hal yang dia lupakan, dia lupa dengan keadaan orang kepercayaan Danzel yang masih berada di markas Aiken. Dia belum menanyakan hal itu dan dia tidak tahu apakah pria itu ma
Beberapa waktu telah berlalu, acara pernikahan dipersiapkan dengan cepat tapi Harmoni tidak melibatkan diri karena dia sibuk menjalani operasi. Dia ditemani oleh Aiken, putra mereka bersama dengan sang nenek. Keluarga besar Aiken tentu membantu apalagi dia memiliki banyak sepupu. Mereka dengan sukarela membantu Aiken untuk menyiapkan pernikahannya dengan Harmoni sehingga Aiken berfokus dengan operasi yang dijalankan oleh Harmoni. Pernikahan itu akan diadakan secara tertutup. Tidak banyak yang diundang karena Harmoni sudah tidak memiliki siapapun lagi. Hanya Joy saja yang dia undang karena dia memang tidak begitu memiliki banyak teman. Semua persiapan sudah selesai. Operasi yang dijalani oleh Harmoni pun berjalan dengan lancar. Dia kira wajahnya tidak akan kembali lagi tapi rupanya dokter yang menangani dirinya mampu mengembalikan wajahnya seperti semula. Tidak ada bekas luka bakar, satu goresan pun tidak ada. Semuanya tampak seperti semula dan tentunya ada bagian kulit lain yan
Joy telah mendapatkan kabar jika Harmoni sudah ditemukan. Kabar itu tentu memberikan kebahagiaan baginya. Joy tidak membuang waktu sama sekali, dia bergegas kembali karena dia sangat ingin bertemu dengan Harmoni.Entah bagaimana kabar Harmoni dan entah bagaimana dia bisa lolos dari ledakan itu, dia benar-benar ingin tahu.3 tahun dia hidup dalam perasaan bersalah dan tak hentinya dia menyalahkan diri atas kematian sahabat baiknya itu tapi hari ini, kabar baik justru dia dapatkan dari Stuart. Selama 3 tahun itu pula, dia tak henti mencari keberadaan Harmoni. Meski dia tidak kembali ke tempat kejadian itu lagi, tapi dia tak henti menelusuri CCTV untuk mencari jejak keberadaan sahabat baiknya. Harmoni menunggunya di restoran. Dia telah mendapat kabar dari Stuart jika Joy ingin bertemu dengannya. Dia pun sudah tidak sabar untuk bertemu dengan sahabat baiknya dan dia berada di sana bersama dengan Aiken. Mereka baru saja dari rumah sakit untuk berkonsultasi. Luka bakar di wajah Harmoni
Harmoni pergi mandi, untuk membersihkan tubuhnya yang kotor. Aiken mencarikan baju ibunya yang dapat dipakai oleh Harmoni. Dia sudah mengatakan pada ibunya jika Axel memiliki saudara kembar tapi telah tiada.Kabar itu tentu saja membuat sedih tapi mereka tidak bisa menyalahkan Harmoni karena mereka pun tahu Harmoni hidup menderita selama ini.Aiken kembali ke kamar setelah menemukan baju yang dapat dipakaikan oleh Harmoni. dia masuk ke dalam kamar mandi tanpa mengetuk dan apa yang dia lakukan mengejutkan Harmoni.Harmoni menutupi tubuhnya dengan cepat. Jujur saja dia malu Aiken melihat tubuhnya yang dipenuhi dengan bekas luka bakar.“Untuk sementara waktu, pakai pakaian ini terlebih dahulu,” dia memberikan pakaian itu.“Terima kasih, Aiken. Bisakah keluar sekarang?”“Kenapa, apa kau tidak suka aku berada di sini?”“Tidak. Aku hanya tidak mau kau melihat tubuhku yang sudah tidak bagus ini lagi!” Harmoni memeluk lengannya. Sebagai seorang perempuan tentu dia sangat malu dengan keadaanny
Pada akhirnya, Harmoni harus kembali dengan Aiken. Dia sudah berusaha menolak dengan begitu banyak alasan tapi Aiken tidak memperdulikan apa yang dia katakan. Dia telah mencari begitu lama, lalu bagaimana mungkin dia membiarkan Harmoni pergi darinya begitu saja?Dia memaksa Harmoni untuk ikut. Dia bahkan sedikit memberikan ancaman yang membuat Harmoni tidak memiliki pilihan karena jika dia tidak pulang, maka selamanya dia tidak akan bisa bertemu dengan putranya.Itu bukanlah hal yang dia inginkan, dia menitipkan putranya bukan berarti dia tidak ingin bertemu dengan putranya lagi. Ancaman itu membuatnya tidak berdaya sama sekali.Sepotong roti berada di tangan, Harmoni memakannya dengan lahap. Dia benar-benar lapar, dia tidak peduli Aiken melihatnya. Dia tidak pernah berpikir pria itu akan mencarinya dan dia pun tidak pernah berpikir akan kembali dengan pria itu lagi.Harmoni sedikit berubah, dia lebih banyak diam dan menunduk. Dia lebih tertutup dan menjaga jarak dengan Aiken. Dia ba