Share

3. Mansion

Sore hari Samuel pulang lalu menemani Kanaya untuk berjalan sore menggunakan kursi roda.

Wajah Samuel sangat tampan dengan brewok yang tipis tapi sesekali dia mencukurnya supaya nampak lebih muda.

Alessia datang membawa permintaan Kanaya yaitu susu coklat panas dengan roti rasa coklat.

Alessia tidak berani menatap Samuel dan tubuhnya begitu bergetar hebat.

"Kanaya, apa kamu kesusahan berkomunikasi dengan wanita bisu ini?" tanya Samuel.

Alessia hanya berdiri mematung di samping Kanaya.

"Sangat kesusahan, jika mengajaknya curhat malah seperti mendongengkannya. Dia hanya manggut-manggut saja," jawab Kanaya.

Samuel tersenyum kecil lalu berjongkok di depan Kanaya yang semakin hari semakin kurus saja.

"Aku akan membuatnya bisa bicara dengan terapi. Bagaimana? Semua ini untukmu supaya tidak kesulitan berkomunikasi dengan gadis bisu itu?" tanya Samuel pada Kanaya.

Kanaya sangat setuju alangkah baiknya memang Alessia harus diterapi supaya bisa berbicara dengannya dan tak harus menulis jika ingin menjawab pertanyaannya.

"Tapi rasanya aneh jika Mas Samuel peduli dengan orang lain, biasanya Mas Samuel sangat cuek. Mas Samuel tertarik dengan Alessia?"

"Gila ya kamu? Untuk apa aku tertarik dengan gadis bisu dan dekil itu?"

Alessia langsung melirik Samuel, ternyata memang benar ucapan pria itu hanya manis di depan saja dan pada akhirnya tetap menghina fisik seseorang yang tidak sempurna.

"Awas ya, Mas! Kamu gak boleh suka dengan Alessia!" ancam Kanaya.

Alessia menelan ludahnya, malahan mereka sudah melakukannya di belakang Kanaya.

Kanaya mencium bibir Samuel dengan mesra, dia sangat mempercayai suaminya.

"Cintaku hanya milikmu," ucap Samuel dan melanjutkan pagutannya pada Kanaya di depan Alessia.

Malam harinya, setelah Alessia mengelus kening Kanaya sampai terlelap. Dia keluar dari kamar dan tak sengaja bertemu dengan Samuel yang hendak masuk ke dalam kamar.

"Jam 1 pagi," lirih Samuel seolah mengingatkan Alessia.

Alessia hanya diam sembari berjalan menjauhi kamar. Dalam hatinya bergejolak mengatakan untuk kabur saja dan tidak memperdulikan ancaman yang ditekankan Samuel padanya.

Pasangan suami istri itu ternyata sama-sama gila, kenapa bibinya bisa betah di sini?

"Jangan mencoba untuk kabur!" teriak Samuel.

Alessia terhenti di tangga paling bawah, dia menoleh ke arah Samuel yang bersedekap di depan kamar.

Samuel turun dari tangga lalu menarik Alessia untuk keluar dari rumah.

Samuel mendorong Alessia masuk ke dalam mobil dan dia membawanya ke suatu tempat.

Jika berhubungan dengan Samuel, para pembantu akan tutup mulut dan tidak ingin ikut campur.

Samuel menyetir mobilnya sendiri di malam yang dingin ini, 2 jam kemudian mereka sampai di tengah hutan dengan kastil tua yang menyeramkan.

Alessia sangat ketakutan, Samuel menyuruhnya untuk turun dan mereka masuk ke dalam kastil itu.

Samuel menyalakan lampu utama dan terlihat banyak senjata api yang terpajang di tembok.

Samuel menarik tubuh Alessia untuk duduk di sebelahnya, dia mengusap rambut Alessia.

Air mata gadis itu terus menetes. Samuel rupanya seorang yang menyeramkan.

"Jangan takut! Ini gudang senjataku dan aku bisa mengambil salah satu pistol lalu menembakkan ke kepalamu jika kamu berniat untuk kabur," ucap Samuel.

Samuel tersenyum kecil tatkala melihat wajah imut Alessia yang sangat ketakutan.

"Kamu sekarang menjadi sugar babyku. Apapun yang kamu inginkan maka aku akan memenuhinya. Oh ya, besok kamu akan mulai terapi setiap malam hari bersama dokter kenalanku. Wanitaku harus sempurna, aku akan menyempurnakanmu," sambung Samuel sembari mencium bibir Alessia dengan beringas.

Tuhan, cabut nyawaku sekarang juga! Aku tidak mau menjadi wanita murahannya. Batin Alessia terus meneteskan air mata.

Samuel melepaskan ciumannya sembari menatap wajah Alessia yang sudah banjir dengan air matanya.

Bukannya kasian, Samuel malah tertantang untuk semakin memiliki Alessia.

"Kamu wanitaku tidak boleh menangis," ucap Samuel sambil mengelap air matanya.

Alessia tak berani menatap pria bule tersebut, dia sudah terkekang dengannya dan susah untuk kabur.

Andai saja dia tetap di desanya menjadi petani pasti tidak akan seperti ini.

Samuel mengangkat tubuh Alessia dengan gaya bridal style, dia membawanya ke lantai atas yang tertuju ke sebuah kamar.

Samuel membuka pintu dan menyalakan lampunya, dia membaringkan Alessia ke ranjang besar berwarna keemasan.

"Kenapa tegang? Bukannya kita sudah melakukannya?"

"Shit! Aku harus bisa membuatmu berbicara secepatnya. Menyusahkan sekali berbicara dengan orang bisu," umpat Samuel sangat kesal.

Samuel menciumi semua lekukan tubuh Alessia, wanita itu hanya bisa menahan kepedihan batinnya. Dia merasa wanita yang sangat kotor dan hina, dia tak pantas menjadi anak yang baik bagi keluarganya.

Tangan Alessia terus meremas punggung Samuel dengan kuat, dia ingin pria itu menyingkir dari tubuhnya.

Samuel memperhatikan wajah Alessia yang memelas, Samuel bukanlah orang yang setega itu. Benar saja, Samuel menyingkir dari tubuh Alessia.

"Ingin bicara apa kamu?" tanya Samuel.

Samuel memberikan kertas dan pulpen yang ada di dalam laci. Alessia menuliskan sesuatu untuknya.

Alessia: Lepaskan saya, Pak Samuel! Aku tidak mau menjadi seperti ini dan lagi pula kasian Nyonya Kanaya.

"Ketika kita berdua saja maka tidak boleh membicarakan wanita lain. Kanaya itu urusanku bukan urusanmu. Aku akan membuat semua bungkam jika hubungan kita terbongkar asalkan kamu tidak ada pemberontakan padaku," jelas Samuel.

Alessia: Saya masih kecil, saya gadis tidak tahu apa-apa.

Samuel tertawa, dia mengelus bibir Alessia yang ranum sembari mengecupnya perlahan.

Alessia semakin terpojok dan tidak bisa melawan.

"Ya benar, kamu srigala kecilku."

Samuel memeluknya dengan erat, Alessia membelalakan matanya tatkala merasakan gelayar yang aneh.

Sebelumnya dia tidak pernah mendapat pelukan seperti ini bahkan dari keluarganya yang lain.

Pelukan Samuel seolah pelukan yang tulus bahkan membuatnya begitu nyaman. Wajar saja selama ini Alessia tidak mendapat kehangatan dari keluarganya.

"Kamu tahu? Berat sekali rasanya menjalani kehidupan ini. Istriku sudah lama seperti itu dan jujur saja aku butuh penawar. Penawar itu adalah kamu."

Samuel melepas pelukannya lalu menangkup wajah Alessia yang sangat imut dengan lesung di pipi kirinya.

Wajah Alessia yang bule membuat Samuel langsung tertarik kepadanya.

"Malam ini kita tidur di sini. Jangan khawatir! Orang-orang di rumah tak akan mencari kita."

Samuel berbaring di samping Alessia, dia memeluk tubuh Alessia dengan erat.

Samuel tahu ini sangatlah salah tapi dia memang butuh penawar hati walau dengan cara yang salah.

Tak ingin egois, dia merindukan sentuhan wanita. Samuel bukanlah orang yang mudah untuk tertarik, baru kali ini dia tertarik dengan wanita setelah 8 tahun Kanaya lumpuh seperti itu.

Baru saja 10 menit terdengar dengkuran Samuel. Alessia menoleh wajah pria itu sudah tertidur. Sepertinya Samuel sangat lelah sekali. Ini kesempatan Alessia untuk kabur, dia harus kabur secepatnya sebelum Samuel bangun.

Dengan hati-hati Alessia memindahkan tangan Samuel yang melingkar di atas perutnya, setelah berhasil Alessia turun dari ranjang itu dengan hati-hati.

Alessia menahan nafasnya dan berjalan dengan pelan supaya tidak menimbulkan suara. Saat yakin Samuel sudah terlelap maka Alessia berlari tapi tiba-tiba suara Samuel menghentikan langkahnya.

"Silahkan jika mau keluar! Aku akan mengambil pistol lalu menembak kakimu,"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status