Share

4. Permainan

Alessia menghela nafas panjang, dia menutup pintunya lagi dan berjalan menghampiri Samuel.

Samuel senang sekali ketika wanitanya mau menurut padanya. Alessia kini berdiri di samping Samuel dengan kepala yang menunduk.

"Baby, jangan diam saja! Duduklah di sini!"

Alessia masih diam saja sambil meremas jemarinya. Samuel menarik tubuhnya sampai Alessia terjatuh dipangkuannya.

Samuel memeluknya dari belakang dan membuka ponselnya. Pria itu membuka permainan yang ada di ponsel mahalnya.

Alessia memperhatikan dengan kagum. Memang sebelumnya dia tidak pernah mempunyai ponsel pintar.

"Ada banyak game di sini. Ini game favoritku bermain tembak menembak."

Samuel memainkannya sembari memangku Alessia, Alessia memperhatikan cara Samuel bermain, dia pun ikut tegang dibuatnya dan saat Samuel menang, Alessia menunjukan kegembiraannya dengan cara bertepuk tangan.

"Mudah, kan? Mau main?" tanya Samuel.

Alessia mengangguk. Samuel mengajarinya, sepertinya sangat mudah untuk mengendalikan Alessia dan Samuel akan terus membuat Alessia ada di sisinya walau bagaimanapun caranya.

Tiba-tiba saja Alessia menutup mulut menggunakan tangannya, dia kalah dalam permainan.

"Tak apa, kamu bisa mengulanginya lagi," ucap Samuel.

Alessia menuliskan sesuatu pada kertas tadi.

Alessia: Di ponsel yang Pak Samuel berikan kemarin ada permainannya juga?

"Tentu saja, itu ponsel mahal. Di mana kamu meletakkannya? Pakailah! Aku berikan untukmu supaya kamu mudah untuk berkomunikasi termasuk berkirim pesan padaku jika aku merindukanmu," jawab Samuel.

Alessia terdiam mengingat sebentar lalu menuliskannya lagi.

Alessia: Di kamar lantai bawah milik Pak Samuel, saya meninggalkannya di sana.

"Besok kamu ambil! Aku juga sudah memberikan nomor di sana."

Alessia terdiam lagi, apa ini salah? Dia merasa nyaman dengan semua ini.

Jujur saja, dia tidak pernah mendapat yang dia inginkan sejak kecil dan Samuel memberikannya ponsel pintar lalu dia merasa sangat senang sekali.

Alessia, ayolah! Sadar! Ini salah! Kamu wanita hina yang sudah memanfaatkan keadaan. Jangan merasa nyaman karena harta yang tak seberapa! Pikirkan harga diri dan Nyonya Kanaya!' Batin Alessia yang menyadarkan dirinya sendiri.

Alessia menulis sesuatu pada kertas: Pak Samuel, saya harus pulang. Bibi Lashira pasti mencari saya.

"Kamu menyebalkan ya? Ini masih jam 10, kita saja belum melakukannya."

Alessia menulis lagi : Ku mohon lepaskan saya, Pak!

"Kamu lebih menyebalkan lagi ketika kamu memanggilku dengan sebutan itu. Umurku tidak terlalu tua. Jangan panggil aku Pak! Panggil aku honey!"

Alessia menggeleng karena tidak tahu apa arti dari kata tersebut. Dia lalu menyerahkan ponsel milik Samuel dan keluar dari kamar tersebut.

Alessia menuruni tangga dengan hati-hati dan mencari pintu keluar. Samuel melihatnya sembari bersedekap dada tapi tiba-tiba saja terdengar suara eraman.

Alessia tersentak kaget, dia panik dan berlari ke arah Samuel. Wajahnya seolah bertanya suara apakah itu. Suara eraman terdengar lagi, Alessia pernah mendengar suara itu saat berkunjung di kebun binatang ketika masih kecil.

"Jika kamu bandel maka kamu akan menjadi makanan lezat Coco ," ucap Samuel.

Samuel turun dari tangga dan memencet sebuah tombol kemudian terbuka sebuah pintu yang menghubungkan ruangan dengan lorong yang panjang. Di sana gelap dan pengap, Alessia terus mengikutinya dari belakang.

Setelah sampai ujung terdapat pintu lagi, Samuel membukanya dan di sana terdapat kandang macan besar. Alessia sangat kaget, dia mundur perlahan. Kenapa ada seekor macan di sini?

"Coco, kamu pasti kesepian di sini, kan? Ada Alessia yang akan menemanimu" kata Samuel sembari menoleh ke arah Alessia.

Alessia mundur seketika, dia merasakan hawa yang tidak enak. Apakah Samuel adalah orang yang jahat? Kenapa Samuel sangat menyeramkan sekali? Gadis itu langsung berlari keluar dari sana, dia mencari pintu keluar yang harusnya tadi ada. Kenapa mendadak menghilang? Alessia meraba seluruh tembok dan kebingungan mencari pintu keluar. Nah, ketemu. Saking paniknya dia sampai lupa pintu keluarnya, tapi saat akan membuka pintu dia dikejutkan dengan orang-orang berjas yang berjalan masuk seolah tidak memperbolehkannya pergi. Alessia mencoba berteriak tapi malah suara seperti tikus yang keluar.

"Aaaargh..."

Samuel datang, dia menatap wajah Alessia tanpa ekspresi.

"Semakin kamu berusaha untuk menghindar, semakin pula kamu terjerat olehku. Selagi bisa dibicarakan baik-baik maka aku akan berbuat baik padamu juga tapi jika kamu terus memberontak maka aku bisa melakukan lebih buruk dari apa yang kamu kira," ucap Samuel.

Samuel mengkode para pengawalnya untuk membawa Alessia bersama macan peliharaannya malam ini.

Alessia meminta ampun, dia menoleh ke arah Samuel tapi sepertinya pria itu tidak memperdulikannya.

Samuel keluar dari mansion besar tersebut sedangkan Alessia harus di kurung dengan macan yang sangat menyeramkan.

Alessia terus berteriak sampai pria-pria berjas itu menguncinya di dalam kandang macan, mereka pun meninggalkan Alessia sendirian di sana. Alessia menangis tersedu-sedu, Samuel bukanlah orang yang bisa diajak bermain-main. Dia bisa melakukan apapun sekali menjentikan jari saja.

Suara eraman terdengar lagi, Alessia menoleh ke arah macan tersebut. Mampuslah dia! Sekali terkaman akan tewas seketika.

Alessia menutup matanya, dia masih bisa berpikir positif, lebih baik menjadi santapan macan ketimbang menjadi wanita jalang yang merusak rumah tangga orang.

Ketika menutup matanya rapat-rapat tiba-tiba kakinya merasa geli seolah ada bulu yang mengelus kakinya. Alessia membuka matanya dan terkejut saat macan itu sudah ada di depannya.

Tangan Alessia mencoba mengelusnya perlahan malah macan itu bertingkah seperti seekor kucing. Tak ada pemberontakan sama sekali, macan itu tidak ganas.

Alessia terduduk di depannya, dia berharap macan itu masih memberinya belas kasihan sampai Samuel datang, entah itu kapan.

Keesokan harinya.

Alessia tertidur sambil memeluk kepala macan yang juga terlelap di sebelahnya. Pintu pun terbuka yang ternyata Samuel dengan para penjaga mansionnya.

Alessia terbangun, dia mendongak ke atas melihat Samuel sudah rapi dengan jas hitamnya.

"Ku pikir kamu sudah mati," ucap Samuel.

Alessia mendorong tubuh Samuel sembari menepuk-nepuk dadanya, para pengawalnya dengan sigap menarik Alessia tapi Samuel mencegahnya, mereka pun terhenti dan berdiri mematung di belakang Samuel.

"Ini masih belum apa-apa, macan ini jinak walau kemungkinan 50 persen akan menyerang atau kamu mau aku masukan ke kandang macan yang garang, yang sekali masuk 1 menit akan menjadi santapan empuknya?" tanya Samuel.

Alessia menggelengkan kepalanya, dia benar-benar ketakutan malam tadi. Macan tetaplah macan, mau sejinak apapun maka mereka tetap binatang buas. Samuel lalu menyerahkan ponsel pada Alessia dan menyuruh mulai menggunakannya.

Samuel juga mengajaknya untuk sarapan pagi, ternyata matahari belum muncul dengan sempurna.

Alessia masih saja takut dengan orang yang ada di hadapannya. Sekali salah mengambil keputusan maka dia akan habis ditangan Samuel atau ditangan keluarga Kanaya.

"Kenapa diam saja? Makan!"

Alessia menatap Samuel sembari mengeluarkan air mata. Alessia mengambil ponsel itu dan mengetik sesuatu untuk Samuel.

Alessia: Pak Samuel adalah orang kaya yang punya segalanya, kenapa malah mencari wanita miskin sepertiku? Lepaskan saya, Pak! Jika Pak Samuel mau melepaskan saya maka saya tidak akan memberitahu ke siapapun jika Pak Samuel akan mencari wanita lain.

Samuel membacanya, dia melempar ponsel tersebut ke arah Alessia. Wanita itu menangkap ponselnya dengan susah payah.

"Memangnya siapa kamu berhak mengaturku?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status