Share

2. Menyembunyikan Kartu

Alessia dengan cepat masuk ke dalam kamarnya, pakaiannya terlihat biasa saja dan tertutup tapi apa ada yang salah? Dia tidak ada niat untuk menggoda Samuel.

"Alessia?"

Alessia menyembunyikan kartu itu di kantongnya dan menatap bibinya yang membuka pintu kamar.

"Kok di sini? Jangan tinggalkan Nyonya Kanaya sendirian! Cepat ke kamarnya sekarang!"

Alessia mengangguk dan segera ke kamar Kanaya, saat masuk ke kamar majikannya dia melihat Samuel tengah mengobrol dengan Kanaya.

Samuel mengusap kening istrinya sembari terus tersenyum.

"Hari ini tidak libur?" tanya Kanaya.

"No, ada hal yang harus aku cek dilapangan," jawab Samuel.

Kanaya melihat Alessia. "Ale, masuklah! Ke mana saja?"

Samuel tidak memperhatikan Alessia, dia terus menciumi tangan Kanaya.

Alessia mendekat sementara Samuel langsung terbangun. Samuel berpamitan berangkat bekerja lalu mencium kening Kanaya.

Dalam hati Alessia kenapa bisa seorang pria romantis seperti Samuel bisa berkhianat dengan istrinya sendiri padahal di depan Kanaya, Samuel terlihat sangat sayang. Setelah berpamitan, Samuel berjalan melewati Alessia tapi tangannya seolah menyenggol lengan Alessia. Kanaya pun paham jika Samuel tidak suka dengan Alessia.

"Ale, aku ingin dijemur di teras."

Alessia mengangguk, dia membantu Kanaya duduk di kursi rodanya.

Tangannya bergetar hebat tatkala mengingat kejadian tadi malam. Haruskah dia beritahukan pada Kanaya?

"Ale, apa menurutmu suamiku tidak ada perempuan lain di luar sana? Setiap libur dia tidak pernah ada di rumah. Aku takut dia bohong padaku. Aku sadar tidak bisa memberikan nafkah batin untuknya, aku ingin dia terang-terangan jujur padaku ketimbang bermain dibelakangku," ucap Kanaya.

Alessia yang mendorong kursi rodanya sangat ketakutan, air matanya seketika menetes tanpa permisi.

Ingin sekali dia jujur tapi apalah daya dia takut jika Kanaya marah dan menyalahkannya.

"Ale, hari ini kamu ikuti suamiku ya, sopir akan mengantarmu ke sana dan kamu jangan sampai ketahuan. Lihat apakah Mas Samuel benar-benar ada ditempat kerja!"

Alessia berhenti mendorong, dia menuliskan sesuatu pada Kanaya : Maaf, saya tidak mau. Tugas saya hanya menjaga Nyonya saja.

"Alessia, ini perintahku. Jangan menolak!" bentak Kanaya.

Alessia kaget, Kanaya yang biasanya lembut tiba-tiba membentaknya. Tangan Kanaya meraih pot bunga kecil dan hendak melempar ke Alessia.

"Cepat pergi!" teriak Kanaya.

Bibi Lashira datang, dia menenangkan Kanaya yang mendadak kumat.

Bibi Lashira meminta anak angkatnya untuk mengikuti setiap apa kata Kanaya termasuk untuk mengecek Samuel di tempat kerjanya.

"Cepat pergi!" pinta Bibi Lashira.

Alessia mengangguk, dia mendatangi sopir yang di sana. Dia menjelaskan untuk minta diantar ke tempat kerja Samuel. Mereka berangkat bersama-sama.

Sesampainya di sana, Alessia turun di depan sebuah pabrik makanan. Aroma khas tercium dari sana, dia bertanya pada satpam di mana ruangan Samuel tetapi satpam itu malah menatap sinis Alessia.

Alessia menuliskan sesuatu padanya : Saya pembantunya dari istri Pak Samuel.

Satpam tersebut menunjukan letak ruangannya, Alessia masuk diberikan tanda pengenal dan menuju ke ruangan Samuel.

Pabrik ini sangat luas dan di dalamnya sangat bersih, warna di dalam pabrik ini di dominasi dengan warna biru cerah.

Sudah 10 menit dia berjalan sampai ketika dia melihat ruangan Samuel, Alessia melihat Samuel tengah berdiskusi dengan pegawainya.

Samuel melirik ke jendela, dia melihat Alessia. Alessia mencoba lari tapi malah dia kesandung dan jatuh. Samuel keluar, dia mengajak Alessia ke suatu ruangan.

"Kenapa datang ke sini?" tanya Samuel.

Alessia menggeleng.

Samuel menggendong Alessia dan mendudukkannya di meja.

"Aku sudah tahu asal usulmu, kamu mengalami trauma saat kecil yang membuatmu tidak bisa bicara. Ayah dan ibumu juga tidak bertanggung jawab. Kamu ingin bisa bicara lagi?"

Alessia terdiam tak berani menatap Samuel.

"Lihat mataku! Aku akan memberikanmu segalanya tanpa kekurangan sama sekali dan aku akan membuatmu bisa bicara lagi."

Alessia menulis pada bukunya : Apa saya terlihat murahan dan menyedihkan?

"Sudah kubilang gunakan ponsel yang aku berikan untuk berkomunikasi. Huh... semua wanita memang keras kepala," ucap Samuel kesal.

"Aku tidak menganggapmu begitu, aku malah memberimu kenikmatan," imbuhnya.

Alessia mendorong Samuel, dia tidak ingin dibodohi oleh pria beristri itu, saat hendak keluar tiba-tiba Samuel menarik tangannya dan memeluknya dari belakang.

"Pikirkan lagi! Hidupmu akan sempurna menjadi wanitaku. Kamu akan bisa berbicara, kehidupanmu juga akan aku jamin sempurna, kamu bisa hidup mewah dengan semua kekayaan ku."

Alessia menyikut perut Samuel dan keluar dari ruangan itu.

Sesampainya di rumah dia lekas masuk kedalam kamar milik Kanaya.

Alessia melihat Kanaya sedang termenung sembari memainkan jemarinya.

"Ale? Bagaimana? Mas Samuel ada di sana?"

Alessia duduk di sisi ranjang dan mengangguk.

"Mana fotonya?" tanya Kanaya.

"Harusnya kamu foto bodoh!"

Alessia pun bingung dengan sikap Kanaya yang mendadak menjadi arogan dan pemarah.

"Dasar bisu tidak berguna! Sekarang ambilkan aku pudding!"

Alessia mengangguk panik, dia segera ke dapur dan bertemu dengan bibinya. Alessia juga bertanya kenapa Kanaya bisa berubah menjadi seperti itu padahal kemarin sepertinya wanita itu sangat lemah lembut dan baik.

Bibi Lashira menjelaskan jika Kanaya memiliki 2 kepribadian semenjak kecelakaan, mungkin saja jiwanya tertekan dan membuat sisi negatif Kanaya keluar.

Banyak pengasuh yang tidak betah setelah beberapa hari menjadi pengasuhnya dan Bibi Lashira meminta untuk kali ini supaya Alessia membetahkan diri walau bagaimana pun sikap Kanaya kepadanya.

Alessia menuliskan sesuatu : Pak Samuel tahu?

"Tahu, tapi Nyonya Kanaya jarang menunjukan sisi negatifnya di depan Pak Samuel."

Setelah mengambil pudding, Alessia masuk lagi ke dalam kamar Kanaya, dia menyuapi Kanaya dengan hati-hati tapi tiba-tiba saja Kanaya melempar piring itu dan membuatnya jatuh ke lantai.

"Aku ingin makan pudding rasa coklat bukan strawberry. Kamu bisu atau budeg sih?" bentak Kanaya.

Alessia sendiri pun bingung, dia segera mengambil pecahan-pecahan piring yang ada di lantai dengan hati-hati.

Andai saja dia tahu Kanaya seperti itu maka mungkin saja Alessia berpikir lebih panjang lagi untuk bekerja dengannya.

Bibinya juga dari awal tidak menceritakan kondisi Kanaya tapi mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur.

Karena Alessia di sini hanya bekerja, makanya dia mengalah saja, dia mengambilkan pudding berwarna coklat lalu menyuapkan lagi pada Kanaya, tiba-tiba saja Kanaya minta maaf karena sudah kasar sejak tadi pagi.

Alessia hanya memakluminya karena dia tahu perasaan Kanaya saat ini, apalagi Kanaya sudah tidak bisa berjalan semenjak kecelakaan 8 tahun yang lalu.

"Jika aku marah-marah tidak jelas kamu boleh pergi menjauh. Aku takut melukaimu," pinta Kanaya sembari menggenggam tangan Alessia.

Alessia mengangguk, dia memeluk Kanaya dengan erat tapi tiba-tiba saja Alessia mengingat kejadian kemarin, dia lekas melepaskan pelukannya.

Alessia menulis sesuatu pada bukunya : Saya ingin ke kamar mandi sebentar.

"Pergilah!" jawab Kanaya sambil tersenyum.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status