Share

3. Saya Tidak Bisa Menerima Pria Bekas Orang Lain

“Adeline!” Sabrina menggeram saat melihat putri tirinya datang ke ruang keluarga.

Matanya memindai penampilan Adeline dari atas sampai bawah sembari melanjutkan. “Apa yang kau pakai sebenarnya? Apa kau ingin mempermalukan keluarga Daniester, hah?!”

“Memangnya ada apa, Ibu? Bukankah tidak ada yang salah? Saya hanya memakai pakaian yang menurut saya nyaman. Apakah Ibu juga ingin mengatur baju saya?” Adeline menyambar seiring dengan kepalanya yang menoleh ke arah Sabrina.

“Dan lagi, kita hanya bertemu dengan keluarga Lazlo. Mengapa saya harus berusaha keras memberikan penampilan terbaik? Bukankah tidak ada yang spesial, karena keluarga Lazlo dan keluarga Daniester sudah seperti saudara?”

Wanita itu kembali menambahkan kata-kata pedasnya, hingga membuat semua pasang mata terheran-heran, termasuk Alfred. Ya, pria yang akan menjadi suami Adeline itu awalnya terkejut, tapi dirinya sungguh tahu cara untuk menghadapi Adeline.

“Tidak masalah, Nyonya Sabrina. Apapun yang dikenakan oleh Adeline, dia tetap terlihat cantik. Lagi pula, saya sangat menyukai wanita dengan penampilan atraktif seperti ini,” ujarnya disertai senyuman.

Getah empedu seperti naik ke mulut Adeline saat mendengar kata-kata itu terlontar dari Alfred, sungguh memuakkan.

‘Sialan, pria bajingan ini rupanya ingin bermain denganku. Baiklah, kalau begitu aku tidak akan segan membuka kartumu di sini, Alfred Lazlo!’ batin Adeline penuh kedongkolan.

Adeline pun duduk di satu-satunya bangku kosong yang berhadapan dengan Alfred. Namun, dia sama sekali tak berniat menatap calon suaminya tersebut. Dirinya malah merogoh lollipop dari saku jaketnya, lantas memakan kembang gula itu sambil memainkan rambutnya.

Sungguh, Sabrina serasa akan meledak dengan tingkah putri tirinya, dan Heinry menyadari itu. Hingga dia pun menatap Adeline sembari mendecak, “beri hormat pada calon mertuamu, Adeline!”

Sang putri lekas mencabut batang lollipop dari mulutnya. “Uh? Calon mertua? Jadi keluarga Lazlo calon mertua saya? Dan Alfred yang akan menjadi suami saya?!”

Wanita itu mengedipkan matanya beberapa kali, sambil memindai ekspresi setiap orang. Dan tanpa diduga, dia malah tertawa terbahak-bahak seolah meremehkan pertemuan yang penting ini.

“Maaf, ini sangat lucu. Benar-benar seperti pertunjukan sirkus karena saking lucunya!” tukas Adeline seraya mengusap air mata yang keluar akibat gelak tawanya. “Hah … bagaimana mungkin keluarga Lazlo berbesan dengan Daniester? Dan bagaimana bisa Alfred menjadi suami saya?!”

Ibu Alfred yang menjunjung tinggi etika sudah geram sejak awal Adeline menunjukan diri. Hingga dia pun tak ragu menyahut, “apa yang Anda maksud, Nona? Apa Anda berpikir Alfred tidak cocok untuk Anda? Dan keluarga Lazlo tidak pantas berbesan dengan keluarga Daniester?!”

“Syukurlah jika Anda paham, Bibi!” sambar Adeline menoleh padanya.

“A-apa?!”

Seketika itu, ibu Alfred ingin berdiri dan memaki Adeline, tapi suaminya dengan cepat menahan dan berusaha menenangkannya.

Namun, Alfred yang merasa Adeline sudah keterlaluan tak bisa diam saja. Pria itu memicingkan mata menatap Adeline sembari mendengus, “cukup, Adeline. Jika kau marah padaku, maka aku minta maaf. Kita akan menikah, jadi lupakanlah semua kesalahan di masa lalu, karena aku juga akan seperti itu.”

Adeline kembali tertawa kencang mendengar cerocosan pria yang tak berguna macam Alfred.

“Hei, Alfred Lazlo. Jangan berlagak suci di depan semua orang!” decak Adeline memberang sengit. “Kau sama sekali tidak pantas menasihatiku. Jadi, sebelum bicara lebih baik kau berkaca dan lihat dirimu sendiri!”

“Ah … apa kalian tidak tahu kelakuan Alfred selama ini?” Adeline bertanya saat melihat kedua orang tua Alfred menatapnya dengan sinis. “Kalian semua pasti mengenal putri pemilik Bank Dehan ‘kan? Saat itu Alfred, Kak Ludwig dan putri pemilik Bank Dehan … sedang bermain bertiga di sebuah hotel pusat kota.”

Sontak, semua orang pun terkejut mendengar pernyataan tak terduga dari Adeline.

“A-apa ini? Bermain bertiga? Apa yang kau maksud dengan bermain bertiga?!” berang ibu Alfred dengan kemarahan menggantung di ubun-ubun.

“Astaga Bibi, memangnya apalagi yang akan dilakukan dua pria dan satu wanita di kamar hotel? Saya rasa Anda bisa menebaknya sendiri. Atau … silakan tanya langsung pada Alfred dan Kak Ludwig!” sahut Adeline disertai seringai miring. “Oh, saya ingat. Kalau tidak salah, itu terjadi saat malam natal tahun lalu. Itu berarti, baru sekitar tiga bulan? Tentunya mereka tidak akan lupa ‘kan?”

Mendengar rahasianya terbongkar, baik Ludwig maupun Alfred tak bisa diam saja.

“Apa yang kau maksud Adeline? Jangan sembarangan bicara!” Ludwig berkata dengan tatapan garangnya.

“Mengapa, Kak? Apa Kak Ludwig ingin aku ingatkan lebih jauh?” balas Adeline tanpa takut. “Bahkan satu bulan lalu, putri pemilik Bank Dehan itu menggugurkan kandungannya karena kalian tidak ada yang bertanggung jawab. Aku tidak mengarang karena mendengarnya langsung dari Dokter yang menanganinya!”

Sungguh, Adeline benar-benar memberi pukulan hebat pada Alfred dan Ludwig. Bahkan membuat semua orang tua tak dapat angkat bicara karena saking menjijikkannya berita yang dibawa oleh Adeline.

“Jadi, Paman, Bibi.” Adeline memandang ayah dan ibu Alfred secara bergantian. “Saya tidak bisa menikahi putra Anda yang sudah menjadi bekas orang lain. Lalu, lebih baik kalian mencari nona dari keluarga lain atau terima saja putri pemilik Bank Dehan. Setidaknya, dengan begitu keluarga kalian tidak akan terus menjadi kacung keluarga Daniester, bukan?”

“A-apa? Berani sekali anak ini bicara seperti itu?!” tutur ayah Alfred menahan geram. “Nyonya Sabrina, Tuan Heinry. Saya mengakui bahwa keluarga Daniester sangat terpandang, tapi saya tidak menyangka putri kalian tidak punya sopan santun!”

Sabrina yang sudah kehilangan kesabaran hanya menumpuk amarah di kepala dan berniat menuangkannya pada Adeline saat keluarga Lazlo pergi. Namun, Heinry tak bisa berpangku tangan lagi.

Laki-laki itu melirik Adeline dan lantas berkata, “ikuti Ayah!”

Heinry pun mangkir dari ruang keluarga, dan Adeline terpaksa mengekor padanya meski tahu bahwa sang ayah pasti akan murka padanya.

Benar saja, saat tiba di ruang makan yang berjarak cukup jauh dari ruang keluarga, Heinry langsung melayangkan tamparan pada wajah putrinya. Sungguh, Adeline kaget bukan main. Dia berpikir Heinry akan mengoceh padanya, tapi baru kali ini ayahnya tersebut bersikap kasar.

“A-ayah memukul saya?” tutur Adeline dengan manik gemetar. Bahkan air mata mulai merembes tanpa dia minta.

“Anak kurang ajar seperti dirimu memang pantas untuk dipukul!” sahut Heinry marah. “Ayah tidak membesarkanmu hanya untuk menjadi wanita berengsek, Adeline. Kau—”

“Apa Ayah pernah membesarkan saya? Kapan Ayah peduli pada saya dan kapan Ayah pernah merawat saya, hah?!” sambar sang putri sebelum Heinry menuntaskan ucapnya.

Namun, tanpa keduanya duga, Sabrina menyaksikan semuanya. Ya, nyonya Daniester itu rupanya mengikuti mereka berdua.

“Jika kau pikir cara murahan tadi bisa membatalkan pernikahanmu dengan Alfred, maka kau salah, Adeline!” tukas Sabrina yang seketika membuat putri tirinya berpaling.

“A-apa yang Ibu maksud?!” Adeline bertanya dengan tampang bingungnya.

Dengan senyum paripurna, Sabrina kembali melanjutkan. “Mau sekeras apapun kau membantah, kau akan tetap menjadi istri Alfred. Pernikahan ini telah disepakati dua keluarga besar, jadi kau tidak berhak menolak hanya karena kau tidak menyukai Alfred!”

Sungguh, rasanya usaha Adeline seperti sia-sia. Dia telah lari menggebu-gebu, tapi garis finisnya seolah menghilang.

“Mengapa Ibu harus melakukan ini? Mengapa Ibu seperti ini pada saya?!” Wanita itu menyahut dengan wajah kaku.

Alih-alih langsung menjawab, Sabrina malah berjalan mendekat. Lantas mengelus kepala Adeline dengan lembut.

“Bukankah aku sudah bilang? Kau harus menikah, Adeline!” balasnya kemudian.

Namun, Adeline tahu benar Sabrina melakukan semua ini. Dia sengaja menikahkan Adeline dengan Alfred, semata-mata agar bisa mengontrol putrinya.

Adeline pun menarik napas dalam, dia menyingkirkan tangan Sabrina dari kepalanya dan lantas bicara. “Baiklah, Ibu. Saya akan menikah, tapi bukan dengan Alfred. Saya sudah punya calon suami sendiri, jadi saya akan menikah dengannya!”

“A-apa?!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status