Beranda / Romansa / Terjerat Hasrat Suami Kontrak / 4. Lamaran Seorang Pembunuh

Share

4. Lamaran Seorang Pembunuh

Penulis: Inura Lubyanka
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-27 04:59:55

“Apa yang kau bicarakan, Adeline? Sejak kapan kau dekat dengan seorang pria?!” Heinry yang selama ini tak memperhatikan kehidupan putrinya, langsung terkejut.

Namun, belum sempat Adeline membalas, Sabrina lebih dulu mendecak sinis. “Apa kau pikir kami akan percaya? Kau sudah berusaha merusak perjodohan saat pertemuan keluarga. Apa kau pikir aku tidak tahu jika kali ini juga trik licikmu untuk lolos dari perjodohan?!”

Adeline sempat menegang, tapi dia berusaha keras menata ekspresinya tetap datar di depan ayah dan ibu tirinya.

Sabrina pun menjulurkan tangannya ke pipi Adeline sembari bergeming, “sepertinya wajah cantik ini harus mendapat tamparan lebih keras. Kau bilang sudah memiliki calon suami sendiri? Konyol sekali!”

“Ya, Ayah dan Ibu tidak salah dengar. Saya memang memiliki calon suami, dan kami sudah menjalani hubungan cukup lama!” sambar Adeline yang seketika membuat alis Sabrina saling bertaut.

Alih-alih murka lebih kencang, tawa Sabrina malah meledak. Dia terbahak-bahak melihat Adeline berusaha keras menipu dirinya. Nyonya Daniester tersebut beralih menatap Heinry dengan raut muka penuh ejekan.

“Sayang, lihatlah putrimu. Sampai akhir pun dia tetap berbohong!” tukasnya tegas.

Rahang Adeline mengeras mendapati hinaan itu, hingga dia pun segera membantah, “saya tidak berbohong, Ibu! Jika saya bilang punya, maka artinya saya memang punya. Apa Ibu tidak paham bahasa manusia?!”

“Apa yang baru saja kau bicarakan, hah?!” Sabrina pun memberang.

Tangannya bahkan sudah gatal ingin menarik rambut Adeline dengan kasar, tapi kali ini dirinya menahan.

“Baiklah, coba katakan. Siapa pria itu? Dari keluarga konglomerat mana dia berasal? Jangan bilang kau hanya menarik sembarang pria dari jalanan dan mengajaknya tidur di ranjangmu!” Nyonya Daniester itu menghardik dengan tatapan berang.

Akan tetapi, Adeline tetap berusaha tenang seraya membalas, “Ibu akan tahu setelah melihatnya sendiri!”

“Kalau begitu bawa pria itu ke mansion dalam minggu ini. Jika kau tidak berhasil, maka kau tidak ada pilihan selain menikah dengan Alfred!” Sabrina mengakhiri pembahasan tanpa ingin ditentang.

Dan situasi ini sungguh membuat Adeline kelabakan. Bagaimana tidak, jika dia memang asal bicara? Seumur hidup, wanita itu tidak pernah berpacaran atau pun memiliki teman dekat laki-laki. Lantas apa yang akan dilakukan Adeline untuk meyakinkan Sabrina minggu ini?

Sampai tengah malam, Adeline bahkan tak bisa memejamkan mata dengan tenang. Jika tetap diam, maka dia harus menjadi istri Alfred. Artinya itu akan menghancurkan hidupnya, sebab Ludwig pasti akan tetap mengejarnya karena Alfred tak ragu berbagi wanita dengan sahabatnya tersebut. Namun, di mana Adeline bisa mendapatkan pria lain untuk menjadi calon suaminya?

***

Sementara esok harinya, Adeline yang pusing masih harus pergi ke Picasso Hotel. Ya, itu adalah hotel peninggalan mendiang ibu kandungnya yang kini dia kelola.

Ketika wanita itu baru saja memasuki lobi, seorang resepsionis perempuan menghentikannya.

“Selamat pagi, Nona Adeline,” tuturnya menyapa. “Maaf, Nona. Ada seorang tamu yang menunggu Anda.”

Adeline pun mengernyitkan keningnya. Dirinya merasa aneh karena sebelumnya dia tidak membuat janji dengan siapapun.

“Siapa tamu yang Anda maksud?” balas Adeline bingung.

“Mereka bilang dari Hera Group, Nona. Sebab itu saya meminta mereka menunggu di ruang tunggu khusus.”

Usai mendapat informasi tersebut, Adeline segera beranjak menuju tempat yang dimaksudkan. Akan tetapi, wajah wanita itu seketika membeku saat melihat tamu yang dibicarakan resepsionisnya.

“K-kau?!” Manik Adeline bergetar hebat.

“Akhirnya kita berjumpa lagi, Nona.”

Suara, rupa dan gelagat pria tersebut kembali dilihat oleh Adeline. Ya, tanpa wanita itu duga, River Reiner-pria yang kala itu nyaris membunuhnya, juga orang yang telah menghabiskan malam panas dengannya, kini malah mendatanginya ke Picasso Hotel.

Dengan mulut terbungkam rapat, Adeline diam-diam mundur dan berniat keluar ruangan. Namun, tiba-tiba asisten River sudah menutup pintu ruangan tersebut dan menguncinya dari dalam.

“Hei, apa yang kau lakukan?!” Adeline menyentak dengan tampangnya yang ketakutan.

“Apa Anda berniat kabur lagi dari saya?” River yang sedari tadi duduk di sofa, kini menyindir Adeline.

‘Aish, sial! Aku benar-benar terjebak bahkan di hotelku sendiri? Apa ini masuk akal?!’ batin Adeline kesal. ‘Tidak, tidak … aku harus tenang jika ingin menghadapi pria mengerikan ini!’

Akhirnya, Adeline pun berpaling. Dia berusaha keras meredam rasa takutnya dengan berjalan mendekati River dan duduk di hadapannya.

“Sebenarnya apa yang membawa Anda ke tempat ini?” tukasnya bertanya. “Ah … apa Anda menginginkan uang tutup mulut untuk insiden itu? Bukankah Anda bilang tidak butuh uang?”

“Rupanya ingatan Anda cukup tajam. Itu berarti Anda juga ingat, apa yang saya inginkan, bukan?” River menyambar seiring dengan sebelah alisnya yang naik ke atas. “Anda juga harus bertanggung jawab karena sudah mengambil keuntungan dari saya!”

Saat itu juga, Adeline langsung mengigit bibir bawahnya karena sepertinya dia salah bicara.

“A-apa maksud Anda?!” sambar wanita itu berlagak tak mengerti.

River pun melipat kedua tangan di depan dada dengan tatapan lekat. “Saya ingat jelas, bagaimana suara dan ekspresi wajah Anda saat meminta tolong pada saya, Nona.”

Sungguh, sensasi panas kini merayapi pipi Adeline hingga membuat tampangnya merona di tengah ketegangan. Agaknya, semua kata yang dia ucapkan malah menjadi boomerang untuknya. Akan tetapi, Adeline tidak bisa diam begitu saja. Dirinya tidak mau dianggap remeh di tempatnya sendiri.

Wanita itu berkata dengan rahangnya yang mengeras. “Tolong jaga sopan santun Anda, Tuan. Jika tidak, saya akan memanggil petugas keamanan untuk mengusir Anda!”

“Sopan santun? Mengapa saya harus bersikap sopan pada seorang wanita yang tidak memiliki etika?!” sambar River tak goyah.

“Apa yang Anda bicarakan sebenarnya?!” Dahi Adeline berkerut saat dia bertanya.

“Anda tidak perlu berlagak bodoh, Nona. Saya tahu Anda yang mencuri barang saya!”

Mendengar kalimat River, Adeline semakin tampak kebingungan. Hingga akhirnya pria itu melanjutkan. “Pistol Five-seven, senjata semi otomatis yang Anda ambil diam-diam saat saya masih tidur!”

Sontak, manik Adeline kini berubah selebar cakram.

‘Sialan! Mengapa dia harus ingat tentang pistolnya?!’ Wanita tersebut menggeram dalam batin.

Benar, saat itu Adeline yang masih ketakutan pada River, memang dengan gegabah meraih pistol pria tersebut dari nakas. Dirinya sengaja mengambil senjata api itu untuk melindungi diri, jika River tiba-tiba bangun dan kembali mengancam nyawanya. Namun, karena sangat panik, Adeline malah membawa pistol itu pulang bersamanya, dan tak menyangka River mendatanginya karena merasa barangnya dicuri!

Adeline menelan salivanya amat berat dan lantas berkata, “sa-saya minta maaf untuk masalah pistol itu. Saya akan mengembalikannya pada Anda, tapi tidak sekarang, karena saya meninggalkannya di rumah. Saya pasti—”

“Nona, saya tidak suka bercanda!” River langsung menyahut tedas. “Anda sudah berani kabur dari saya, mencuri barang saya, bahkan sekarang berdalih macam-macam. Bukankah orang seperti Anda sangat pantas dilenyapkan?!”

Leher Adeline sekejap menegang, bahkan belum reda rasa cemasnya, River kembali menambahkan. “Lihatlah, di ruangan tertutup ini tidak ada siapapun selain Anda, saya dan asisten saya. Orang lain tidak akan tahu jika Anda terbunuh di sini, jadi saya rasa tempat ini sangat cocok—”

“Be-berhenti bicara omong kosong! Sebenarnya apa yang Anda inginkan?!” sambar Adeline dengan iris gemetar. “Anda tidak mungkin mendatangi saya sejauh ini hanya karena pistol. Apa Anda benar-benar ingin membunuh saya karena saya menjadi saksi mata insiden itu? Saya sudah berjanji tidak akan buka mulut, tapi mengapa Anda sangat kejam pada saya?!”

Tanpa sadar, air mata Adeline merembes dari kelopak matanya, hingga membuat netranya berkaca-kaca. Meski begitu, dirinya tak sudi memohon ampunan pada River.

Namun, dari sudut pandang pria tersebut, hal ini justru sangat menarik.

“Anda ingin tahu cara lolos dari semua ini?” tukas River yang seketika membuat Adeline mengernyit. “Menikahlah dengan saya, Nona. Dengan begitu, saya akan mengampuni nyawa Anda!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Hasrat Suami Kontrak    279. S2: Ending

    ***Malam itu River dan Adeline menghadiri pesta kemenangan di I&S Hotel. Presiden baru San Pedro itu mengundang keluarga Herakles secara khusus, sebab berhasil memenangkan pemilihan berkat andil besar River.Sebuah limosin hitam mewah berhenti di depan I&S Hotel. Dan itu menarik perhatian banyak tamu di sana. Terlebih saat River muncul menawan dengan balutan jas hitamnya. Meski mulai berumur, tapi ketampanan pria itu tetap paripurna.Dia menjulurkan tangan pada Adeline yang baru keluar dari limosinnya. Semua pasang mata juga tertuju pada wanita itu, yang tampil anggun dengan dress hitam elegan.“Astaga, mereka pasti pasangan paling serasi sepanjang abad. Meski sudah memiliki tiga anak remaja, tapi Tuan River dan Nyonya Adeline tetap bersinar!” bisik seorang perempuan yang memegang gelas wine.Teman di sebelahnya pun membalas pelan. “Kau benar. Aku benar-benar iri melihat mereka. Kapan aku punya suami seperti Tuan River? Aku sudah lelah dengan status lajang bertahun-tahun.”“Ehei! Kau

  • Terjerat Hasrat Suami Kontrak    278. S2: Aku Lebih Mencintaimu

    “Saya mohon maaf, Tuan. Saya bersalah karena menempatkan Tuan Muda Johan dalam bahaya,” tukas Siegran dengan leher tegang.Dia bersiap menerima hukuman dari River. Padahal Siegran sendiri tahu seberapa cemasnya River dengan putranya yang satu itu.Namun, alih-alih menyahut dengan kata-kata, River malah bangkit dan menatap Siegran yang diserang tegang sejak tadi.“Baguslah!” katanya yang sontak memicu Siegran mengernyit.“Ma-maaf?” Siegeran menyahut bingung.Dia mengira telinganya salah dengar, tapi saat melihat raut wajah River, agaknya tuannya tersebut memang memujinya.“Aku percaya pada penilaianmu,” tukas River yang lantas memasukan kedua tangan ke saku celananya. “Johan memang berbeda dengan Jenson. Sejak kecil, dia tumbuh di dunia yang keras, penuh darah dan beragam senjata mematikan untuk bertahan hidup. Karena itu aku tak heran kalau dia tidak bisa diam saja saat ada situasi genting.”Siegran terdiam, tapi alisnya berangsur mendapuk saat melihat seringai tipis di bibir River.

  • Terjerat Hasrat Suami Kontrak    277. S2: Dia Harus Merasakan Akibatnya Karena Berani Menantangku!

    ***Berita kematian Sabrina Daniester sampai ke telinga Sebastian sehari sebelum pemilihan. Seorang asisten yang baru melaporkan berita itu, malah dilempar asbak oleh calon presiden tersebut.“Apa maksudmu, hah? Tidak mungkin Nyonya ma … tidak! Kau tidak tahu Sabrina Daniester orang seperti apa. Di wanita hebat yang punya segalanya. Ada banyak pengawal berkemampuan tinggi yang mengurusnya. Dan aku baru saja menemui Nyonya beberapa hari lalu. Mana mungkin? Mana mungkin sekarang dia mati?!” Sebastian mendengus tak percaya.Memang tak ada berita yang tersebar ke media, sebab secara resmi Sabrina Daniester masihlah tawanan yang ada di penjara.“Mo-mohon maaf, Tuan. Laporan dari penjaga yang tersisa, ada seorang pria yang menyerang Rather Hall kemarin malam,” tutur Asisten Sebastian ragu-ragu.Lawan bincangnya memicing kian berang dan lantas menimpali. “Apa kau bilang? Seorang pria? Maksudmu satu orang?!”“Be-benar, Tuan. Orang itu datang membawa jasad Tuan Frederick, lalu menghabisi beber

  • Terjerat Hasrat Suami Kontrak    276. S2: Aku Tidak Perlu Mengotori Tanganku

    Alih-alih kembali ke mansion Devante, River malah membawa mayat Frederick ke mobilnya. Dia memacu kendaraan itu amat kencang menembus jalanan malam yang sepi.‘Sekarang aku akan mengakhiri semuanya. Dendam masa lalu itu harus selesai, demi Adeline dan anak-anakku!’ batin pria tersebut menatap tajam.Maniknya melirik Frederick yang tergeletak di kursi belakang.‘Dia pasti sudah lama merencanakan pembalasan dendam. Kali ini aku yang akan menyelesaikan segalanya!’ sambung River yang lantas menginjak gas kian dalam.Hingga setelah lama mengemudi, River bisa melihat bangunan megah yang dikelilingi tembok besar. Di pintu masuknya ada gerbang yang tertutup. Akan tetapi River tak peduli. Dia terus melesatkan mobilnya dan menabrak gerbang yang ada di depan. Suara gubrakan keras terdengar saat bemper mobil River menghantam gerbang itu. Hal ini membuat beberapa penjaga di sana tersentak kaget.“Sial! Orang gila mana yang berani masuk sembarangan?!” tukas salah satu penjaga di sana.Rekannya yang

  • Terjerat Hasrat Suami Kontrak    275. S2: Aku Terlalu Meremehkanmu

    “Hah, sial!” Fredercik mengumpat tajam.Alisnya mendapuk dengan seringai miring saat River menahan mata tajam belatinya dengan sebelah tangan. Ya, tanpa peduli telapak tangannya berlumuran darah, River tetap mencengkeramnya seolah itu bukanlah apa-apa.“Aku tidak akan mengampunimu!” cecarnya yang lantas memutar tangan Frederick hingga belatinya berbalik arah.Tanpa ragu, River semakin menekannya hingga benda tajam itu menusuk dada Frederick. Namun, sialnya sang sepupu dengan keras mendorongnya menjauh, hingga River tak sampai menekan belatinya terlalu dalam.“Argh, brengsek!” Frederick mengumpat keras sambil mencabut belati itu dari dadanya.Akan tetapi dirinya tak menduga bahwa di depan sana River sudah mengeluarkan pistol dan mengacungkan padanya.“Hah … aku terlalu meremehkanmu. Rupanya kau masih gesit meskipun sudah tua!” Frederick mencecar geram.Tapi tanpa menjawab apapun, River langsung melesatkan peluru pada paha Frederick. Lelaki tersebut mengernyit sambil berdiri dengan tump

  • Terjerat Hasrat Suami Kontrak    274. S2: Kau Akan Lenyap di Tanganku!

    ‘Sial! Bajingan yang membawa Adeline benar-benar Frederick!’ batin River dengan amukan membengkak.Tanpa ragu, dia langsung menginjak gas dan membanting setir untuk memotong jalan. Nyaris saja mobil dari arah depan menghantamnya, tapi sang pengemudi mati-matian menginjak rem sebelum menabrak mobil River.“Dasar, bajingan sialan! Jika tidak bisa menyetir, jangan bawa mobil!” cecar pengemudi itu mengeluarkan kepala dari jendela.River tak meggubris. Di kepalanya hanya ada Adeline. Ya, River tahu seberapa gilanya Frederick. Dia sudah menyaksikan Jenson yang tergantung di atap, lantas apa yang akan dilakukan pria itu pada istrinya sekarang?“Brengsek! Aku akan membunuhnya jika menyentuh Adeline seujung rambut saja!” tukas River menatap amat tajam.Sial sekali mobil Frederick melaju amat cepat, hingga dia ketinggalan jauh. Namun, itu bukan masalah. River menginjak gas amat dalam, melaju kencang menyalip beberapa mobil yang menghalangi jalannya.‘Aish, sial! Dia pasti mau membawa Adeline k

  • Terjerat Hasrat Suami Kontrak    273. S2: Akhirnya Kita Bertemu Lagi!

    ‘Adeline, apa yang terjadi? Apa itu kecelakaan?’ batin River ragu-ragu.Dia coba menghubungi sopir yang mengemudi mobil wanita itu, sialnya tetap nihil. Anteknya tersebut tidak mengangkat panggilan juga.Tanpa buang waktu, River pun melacak ponsel Adeline. Dari system, gawai sang istri berada tak jauh dari Picasso Hotel.Kening pria itu mengernyit ketika perasaan buruk menyerangnya. Dia tahu anteknya yang bersama Adeline bukan orang ringkih. Hingga tanpa ragu, dia pun beranjak pergi ke lokasi wanita tersebut.Baru masuk mobilnya, River pun menghubungi Siegran yang sudah berada di depan vila sekitar hutan La Daga.“Siegran, jika situasi terlalu berbahaya, kau cukup awasi sekitar. Kita tunda penyerangan. Aku tidak bisa datang karena Adeline dalam bahaya!” tukasnya disertai tatapan tajam.Dari seberang, tangan kanannya itu pun menjawab, “Tuan, orang kita sudah menyusup ke dalam. Tapi Frederick tidak ada di markas. Dari perbincangan anak buahnya, Frederick masih ada di pusat San Pedro!”

  • Terjerat Hasrat Suami Kontrak    272. S2: Ini Bukan Penyerangan Biasa

    “Jadi mereka semua bekerja sama?!” tukas River menyeringai tajam. Tanpa mengangkat pandangan, pria itu lantas berkata, “Siegran, segera bongkar kebusukan Sebastian dan Howard Company!” Ya, dia langsung mengambil keputusan, setelah mengetahui calon presiden itu bertemu Frederick di Rather Hall. River tahu betul bahwa tempat itu property pribadi keluarga Daniester yang disembunyikan. Jadi sudah pasti Sabrina Daniester ada di sana juga. “Lakukan itu sehari sebelum pemilihan. Dengan begitu, mereka tidak punya waktu untuk memperbaiki citranya,” sambung River meletakkan tab tadi ke meja. “Saya mengerti, Tuan. Lalu bagaimana dengan Frederick dan Sabrina? Mereka pasti merencanakan penyerangan lagi. Anak-anak Anda akan dalam bahaya, terutama Nona Jennifer. Sejak insiden penculikan Tuan Muda Jenson, Frederick selalu mengawasi akademi balet La Huerta.” Siegran berkata cemas. River menyatukan alisnya dengan tatapan garang. “Aku tahu. Sampai hari pemilihan, anak-anak tidak akan keluar dari ma

  • Terjerat Hasrat Suami Kontrak    271. S2: Aku Tidak Sabar Melihat Wajah River Reiner yang Kacau!

    “Apa ini? Tidak disangka Calon Presiden ikut dalam pertemuan seperti ini,” ujar Frederick dengan tatapan sinis.Ya, orang yang datang memanglah Sebastian Howard. Alih-alih menjawab, lelaki dengan perut buncit itu malah melangkah ke dekat Sabrina.“Nyonya, apa maksudnya ini? Saya pikir ini pertemuan privat, tapi kenapa ada orang lain di sini?” katanya protes.Mendengar sindiran tersebut, Frederick seketika menyeringai sinis. Dia mengepulkan asap rokoknya, lalu mematikan dengan kasar ke asbak yang ada di meja.“Sabrina, Sebenarnya siapa yang ‘orang lain’ di sini?” decaknya memicing berang.Sabrina melirik Sebastian seraya berkata tegas. “Diam dan duduklah. Waktu kita tidak banyak. Kalian sendiri tahu, siapa orang yang kita hadapi!”“Tapi, Nyonya—”“Kau berani menentangku?!” sentak Sabrina lebih tajam sebelum Sebastian menyelesaikan perkataannya.Hanya dengan satu kalimat itu, Sebastian langsung bungkam. Frederick pun tercengang karena Sebastian yang seorang calon presiden dan pemilik Ho

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status