Pagi itu, Arya mengikuti navigasi lokasi pada aplikasi peta di ponselnya. Tertera di sana jarak tempuh menuju lokasi tersebut 16 menit. Arya tiba di lokasi yang ditentukan. Dia berhenti tepat di lokasi yang dituju. Aplikasi peta menunjukkan bahwa lokasi itu tepat di tempat Arya berhenti.
Arya mengamati situasi sekitarnya tanpa turun dari mobilnya. Tempat itu sepi. Di sisi jalan ada bahu jalan yang lebar, cukup untuk memarkir mobil tanpa berada di badan jalan. Dibukanya aplikasi WhatsApp dan membaca ulang pesan yang dikirimkan Mela. Arya telah datang ke tempat dan waktu yang tepat.
Sebuah mobil warna silver menepi dan parkir di depan mobil Arya. Dia mengenali mobil itu adalah mobil Mela yang dilihatnya ketika di rumah Vera. Tak ada yang turun dari mobil itu. Arya berinisiatif turun dari mobilnya dan mendekati pintu depan sebelah kiri mobil Mela. Kaca jendela pintu depan sebelah kiri diturunkan dan tampaklah wajah Mela seorang diri di dalam mobil itu.
"Ayo, masuk!
Jangan lupa kasih bintang dan komentar, ya ....
"Besok, Jumat siang, aku berangkat ke Bali," kata Vina pada Cecil.Mereka ngobrol sejenak saat Vina menemani Cecil di kamarnya saat bersiap mau mandi sore itu."Nanti segala urusan kamu di sini, aku minta Inah yang bantu," lanjut Vina."Baik, Bu," jawab Cecil."Karena besok itu hari terakhir kamu mengerjakan video itu, mungkin kamu bekerja sampai lebih malam dari biasanya kalo belum selesai. Kamu antisipasi itu. Bilang ibumu kalo kamu mungkin nginap di sini. Kamu bisa pake kamar tamu. Aku sudah minta Inah untuk menyiapkan kamar tamu tadi." Vina menjelaskan secara rinci."Baik, Bu," jawab Cecil lagi."Meski kamu baru kukenal tapi aku rasanya menyayangimu seperti adikku sendiri." Sebelum melanjutkan, Vina berhenti sejenak sambil tetap menatap wajah Cecil."Aku cuma mau titip pesan, lakukan apa yang kamu mau dan jangan lakukan yang terpaksa kamu lakukan. Aku tahu apa yang Bapak lakukan kepadamu kemarin malam. Suamiku selalu cerita apa pu
Arya menuju ke lemari untuk mengambil pakaian. Cecil mencuri pandang pada Arya. Ketika Arya membuka lilitan handuknya, ternyata Arya bugil tanpa mengenakan celana dalam. Cecil yang melihat itu menahan napas. Milik Arya yang setengah tegak mengacung ke depan. Dia belum pernah melihat milik Arya meski pernah merasakannya di tangan dan kewanitaannya.Cecil terangsang. Pandangannya tak lepas memperhatikan Arya yang sedang berpakaian. Arya tahu Cecil sedang memperhatikannya. Dia pura-pura tak tahu.Selesai berpakaian, Arya mengajak Cecil ke ruang makan. Di ruang makan sudah terhidang makanan. Inah mempersilahkan mereka makan.Arya dan Cecil beranjak untuk pergi ke studio melanjutkan pekerjaan mereka. Arya memanggil Inah."Nanti kalo pekerjaanmu sudah beres, kamu boleh langsung pulang," perintah Arya pada Inah."Baik, Pak," jawab Inah.* * * * *Malam ini Arya dan Cecil bekerja di meja besar di ruang tengah studio. Mereka bekerja berdua unt
"Kak, itu jemputan sudah datang." Vina mengabari Arya yang masih memasang kunci di kopernya."Suruh masuk dulu, aku bentar lagi keluar," jawab Arya.Hari itu Arya akan berangkat ke Jakarta. Vina tadi sengaja izin kantor agar bisa masuk setelah jam makan siang. Dia ingin melepas keberangkatan suaminya."Sudah siap berangkat, Pak?" tanya Nita yang sudah menunggu di ruang tamu ketika Arya dan Vina muncul."Ayo, kita langsung aja!" ajak Arya.Nita langsung mengambil koper Arya dan membawanya ke mobil. Saat sopir memasukkan koper Arya ke bagasi mobil, Nita balik lagi untuk pamitan pada Vina."Hati-hati di jalan, ya, Sayang!" pesan Vina pada Arya setelah mengecup bibirnya. Arya mengangguk sambil tersenyum.Selanjutnya giliran Nita berpamitan pada Vina. Dia mendekati Vina setelah Arya mulai berjalan menuju mobil yang akan membawa mereka."Kamu jaga suamiku baik-baik," bisik Vina sambil memeluk Nita."Ingat apa yang pernah saya
Nita mengambil ponselnya. Sambil memilih menu yang dia sempat ambil ketika belanja tadi, dia pesan makanan ke café itu dengan mengirimkan pesan singkat ke nomor yang tersedia di brosur. Steak-nya kelihatan enak.Sambil menunggu pesanannya datang, Nita kembali menghirup kopi sambil menonton tv. Dia pilih-pilih channel tv untuk mencari film. Akhirnya berhenti di channel khusus film. Tak lama kemudian, bel pintu berbunyi. Petugas café mengantarkan makanan yang dipesannya tadi. Setelah membayar dan memberikan kembaliannya sebagai tips, Nita menutup pintu apartemen dan menyajikan makanan di meja makan.Nita sedang menyajikan makanan ketika Arya baru selesai mandi dan menuju meja makan."Cepet banget kamu masak?" tanya Arya heran."Dapurnya di café bawah, Pak jadi cepet masaknya," canda Nita."Mari langsung makan," ajak Nita yang sudah selesai menyajikan makanan. Dia duduk berseberangan dengan Arya. Mereka pun mulai me
Nita mengikuti Arya masuk ke kamar utama. Arya mengambil posisi di sisi kanan. Dia menarik selimut. Dinyalakannya tv dan diserahkannya remote control kepada Nita yang sedang menutupi tubuhnya dengan selimut."Biasanya perempuan tidur gak pake BH. Kok kamu tetap pake BH?" tanya Arya."Biasanya di rumah aku cuma pake kaos dan CD," jawab Nita polos."Yaudah, buka aja kalo gitu. Aku gak keberatan kok." Nita cuma tersenyum mendengar Arya ngomong begitu. Nita tiduran terlentang sambil nonton film di televisi. Arya memeluknya dari samping dan Nita membiarkannya saja. Tak lama Arya sudah tertidur. Arya kurang tidur malam sebelumnya. Dia tidur telat karena bercinta dengan Vina.Setelah beberapa lama, Arya berubah posisi. Dia bergulir ke kanan dan terlentang. Nita terbebas dari pelukan Arya. Merasa Arya sudah terlelap, Nita yang mulai risih melepaskan BH dan celananya. Tinggal kaos dan celana dalam yang masih tersisa. Kemudian dia masuk kembali ke dalam se
Acara paparan tadi pagi berjalan dengan sangat baik. Pihak klien sangat puas dengan hasil pekerjaan mereka. Usai paparan tadi pihak klien juga membahas kemungkinan untuk memberikan proyek baru lagi dalam waktu dekat. Sekalian dibahas gambaran umum proyek itu tadi. Setelah itu mereka makan siang bersama pihak klien. Selesailah sudah agenda utama mereka di Jakarta.Mereka berdua baru saja sampai di apartemen. Nita langsung masuk ke kamarnya untuk mengganti pakaian formal yang tadi dikenakannya. Dilepasnya blazzer, blus, dan celana panjangnya. Tinggallah BH dan celana dalam yang tersisa. Dibukanya juga BH-nya lalu mencari ikat rambut di tasnya. Diikatnya rambut bagian samping dan atasnya menyatu di belakang kepala dan membiarkan rambut bagian belakangnya terurai sampai menyentuh pangkal tengkuknya.Nita menghadap ke kaca untuk melihat rambut yang baru diikatnya. Sambil melihat dirinya sendiri di kaca, nampak di latar belakang Arya sedang berdiri di ambang pintu memandangi
Perasaan Nita berangsur berkurang sesaknya. Beban yang semula seakan menggumpal di dadanya perlahan menguap ke udara seiring hembusan asap rokoknya. Akhirnya semua menguap hingga tak bersisa. Hatinya kini merasa lega. Namun, entah mengapa kini Nita terasa kosong. Dia sudah terbiasa ada yang mengisi hatinya. Mentari di hadapannya mulai turun ke cakrawala. Nuansa jingga menghias langit membuatnya terkesima. Dia kini tenggelam dalam keindahan namun merasa sendiri di ketinggian. Jiwanya seakan melayang tanpa arah. Tiba-tiba tepukan di pundaknya mengagetkannya. Jiwanya yang tadi melayang tanpa arah mendadak kembali ke tubuhnya. Refleksnya hilang saat kesadarannya baru pulih. Dia hanya terduduk pasrah. "Katanya kamu sudah booking tempat makan untuk malam ini?" Pertanyaan Arya mengagetkannya. Nita tergagap sejenak. "I ... iya ...," jawabnya singkat. "Kamu melamun? Maaf, aku mengagetkanmu," ujar Arya. Nita hanya tersipu malu menyadari dirinya dipergok
Saat menuju kamarnya, dilihatnya dari pintu kamar utama yang terbuka Arya sedang tiduran bertelanjang dada sambil menonton tv. Ingin rasanya Nita bergabung tiduran di sana. Dia ingin merasakan sensasi yang lebih besar dari yang pernah dirasakannya sebelumnya.Tekadnya sudah bulat. Dia masuk ke kamar utama menghampiri Arya. Ketika dia sudah berada di sisi tempat tidur, dibukannya ikatan kimono handuknya. Diloloskannya dari tubuhnya dan dibiarkannya jatuh ke lantai lalu dia naik ke tempat tidur dan duduk di perut Arya.Arya tak berani bereaksi. Dia tak mau terjadi sesuatu pada dirinya jika mencoba melakukan yang Nita tak inginkan. Dia hanya memandangi sepasang buah dada montok dan kencang yang begitu menantang di hadapannya. Rasanya tangannya sudah tak sabar ingin meremasnya tapi dia takut untuk melakukannya. Biarlah dia menunggu apa rencana Nita.Melihat lawannya tak berinisiatif menyerang, Nita mulai melancarkan serangannya. Badannya menunduk ke depan, tangan ka