Beranda / Historical / Terjerat Panglima Kejam / Bab 1 Putri yang Disembunyikan

Share

Terjerat Panglima Kejam
Terjerat Panglima Kejam
Penulis: Lia Safitri

Bab 1 Putri yang Disembunyikan

Penulis: Lia Safitri
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-07 12:58:56

Langit mendung menggantung muram di atas astana seorang bangsawan. Tanah becek yang bercampur darah menjadi saksi bisu dari pengkhianatan, dendam, dan keadilan yang dibungkam oleh kekuasaan.

Di tengah lingkaran para prajurit bersenjata lengkap, seorang pria paruh baya tersungkur lemah, lututnya mencium tanah, tubuhnya bergetar menahan sakit dan ketakutan.

Di hadapannya berdiri seorang panglima berpakaian gelap, tubuhnya tegap, wajahnya tak menunjukkan belas kasihan sedikit pun.

"Tak kusangka, selain dituduh hendak memberontak... kau juga menyembunyikan putrimu selama ini, Tuan Damar!" ujar Rangga Raksa Jala Wulung dengan nada dingin dan tajam.

Tatapannya menusuk tajam ke arah pria paruh baya yang kini tersungkur di tanah, tubuhnya gemetar, nafasnya berat.

Pedang panjang berlumuran darah itu kini teracung tepat di samping leher Tuan Damar , siap ditebaskan kapan saja.

Hening sejenak, hanya terdengar helaan nafas dan desir angin yang membawa bau kematian. Rangga berdiri tegak, matanya tak berkedip, seolah hanya menunggu satu alasan untuk mengakhiri segalanya.

"Tolong... jangan sakiti ayahku!" isak Ratna, suaranya pecah di tengah tangis. Ia tersungkur di bawah kaki Rangga, meraih ujung jubah prangnya yang menjuntai berat, memohon dengan tubuh gemetar.

Air mata Ratna jatuh tanpa henti, membasahi tanah yang dingin dan kotor. Ayahnya adalah satu-satunya keluarga yang tersisa, satu-satunya pelindung setelah kepergian ibu dan kakaknya yang telah lebih dulu direnggut oleh nasib.

Tuan Damar menatap putrinya dengan sorot mata sendu, lalu mengangkat wajahnya menatap Rangga tajam, penuh amarah, gigi bergemelutuk menahan emosi.

"Aku sama sekali tidak melakukan pemberontakan! Aku hanya mencoba melindungi rakyat yang sudah tersiksa di bawah kekuasaan Raja Dursala!" Suaranya lantang, meski tubuhnya lemah.

"Apa kau benar-benar buta, Rangga? Kau tahu sendiri bagaimana kepemimpinan rajamu selama ini, zalim, sewenang-wenang! Tapi kenapa kau memilih menutup mata?"

Helaan napasnya berat. Matanya kembali melirik Ratna yang masih menangis.

"Ya, aku memang menyembunyikan putriku. Tapi aku melakukannya bukan karena ingin mengkhianati kerajaan..."

"Aku hanya tak rela jika anakku dijadikan pemuas nafsu seorang raja yang bahkan tak layak disebut pemimpin!" teriak Tuan Damar marah.

Rangga menyeringai sinis, tatapannya tajam menusuk.

"Apa pantas, bagi seorang bangsawan sepertimu, yang hanya bawahan raja, berani mencela atasannya sendiri?" Nada suaranya datar, tapi penuh sindiran.

"Sikapmu ini jelas bentuk penghinaan terhadap raja. Dan kau tahu sendiri, hukuman yang pantas untuk orang sepertimu adalah kematian!"

Tanpa ragu, ia mengangkat pedangnya lebih dekat ke leher Tuan Damar. Bilah tajam itu menyentuh kulit, dan dalam sekejap, garis merah mengalir, darah segar mulai menetes dari luka tipis di leher sang bangsawan.

"Tidak! Tolong... jangan sakiti ayahku!" teriak Ratna dengan suara bergetar, air matanya mengalir tanpa henti.

"Aku akan melakukan apa pun… apapun! Asalkan ayahku dibebaskan! Bahkan jika aku harus menjadi tawanan Raja, aku rela! Aku bersedia!" Tangisnya pecah, memotong keheningan.

"Aku mohon… Jangan bunuh ayahku!" Ia semakin mengeratkan genggamannya pada kaki Rangga, tubuhnya bergetar, seolah kekuatannya telah hancur bersama rasa takut dan cinta yang bercampur jadi satu.

"Ratna! Apa yang kau katakan?" Suara Tuan Damar menggema, parau dan dipenuhi kepedihan.

"Tarik kembali kata-katamu Nak, Ayah mohon!"

Ratna menoleh, wajahnya basah oleh air mata. "Tapi Ayah…"

Tuan Damar menggeleng lemah. "Lebih baik ayah mati, daripada harus melihat putriku menjadi wanita Raja. Jangan sia-siakan semua pengorbanan ini, Ratna… Ayah, Ibumu, bahkan kakakmu, kami semua bertaruh nyawa demi menjagamu, demi masa depanmu!"

Tangis Ratna pecah, bahunya bergetar hebat, "Lalu... selanjutnya apa, Ayah? Jika kau tidak ada, bagaimana aku bisa melanjutkan hidup?"

Ratna mendongak perlahan, menatap Rangga yang berdiri tegak di hadapannya. Matanya merah, namun sorotnya penuh keberanian yang tak biasa.

"Jika tuan ingin membunuh Ayah saya... maka lakukan itu padaku terlebih dahulu. Aku tidak sanggup melihat satu-satunya keluarga yang aku punya mati didepan mataku sendiri!" pintanya pada Rangga.

Rangga menghempaskan Ratna dengan kasar. Tubuh gadis itu terpelanting, lututnya menghantam tanah. Belum sempat ia bangkit, bilah pedang dingin sudah terhunus dan menempel di lehernya.

"Ratna!" teriak Tuan Damar terkejut melihat Rangga kini beralih mengincar nyawa putrinya.

Tubuh Ratna bergetar hebat, napasnya tersengal, sementara pedang dingin itu mulai menekan kulit lehernya, menyisakan goresan tipis yang membuatnya menahan tangis dan rasa takut yang mengguncang seluruh tubuhnya.

Rangga menyunggingkan senyum miring, menatap Ratna yang kini tak lagi setegar sebelumnya. Ketakutan yang jelas tergambar di matanya membuat Rangga semakin menikmati situasi.

Gadis yang tadi begitu berani menantangnya, kini tubuhnya gemetar saat ujung pedang dingin itu menekan lembut di lehernya.

"Bukankah tadi kau yang menginginkan kematian? Lalu kenapa sekarang kau gemetar ketakutan, hah?” ucap Rangga tajam ke arah gadis bercadar tipis itu.

Cadar tipis itu menghalangi pandangannya, menyembunyikan rupa anak gadis yang selama ini disembunyikan Tuan Damar.

Jika bukan karena misi rahasia dari raja untuk membasmi para bangsawan yang mencoba memberontak atas kekuasaan raja, dan salah satunya adalah Tuan Damar. Mungkin ia takkan pernah tahu bahwa Tuan Damar memiliki seorang putri.

Selama ini, yang ia tahu, Tuan Damar hanya memiliki seorang putra yaitu Mahesa Bratadipa, yang telah gugur di medan perang beberapa tahun silam.

Ratna terpaku, tubuhnya gemetar saat menatap lelaki tegap di hadapannya. Sorot mata Rangga tajam dan penuh ancaman, wajah pria itu kaku, dingin, dan memancarkan aura berbahaya yang membuat Ratna tak mampu berkata-kata.

Ia menelan ludah dengan susah payah. Ketika dinginnya logam pedang menyentuh kulit lehernya, napasnya tercekat. Mata Ratna terpejam rapat, menanti apa pun yang akan terjadi setelahnya.

"Jangan sakiti putriku!" teriak Tuan Damar panik, melangkah cepat dengan tangan terulur, mencoba menjauhkan Panglima Rangga dari Ratna.

Bugh!

Tendangan keras Rangga menghantam dada Tuan Damar. Tubuh pria paruh baya itu terlempar dan jatuh menghantam lantai.

"Arggh!" Tuan Damar mengerang, namun tangannya masih mencoba menggapai tubuh putrinya.

Bugh!

Tendangan kedua menghantam lebih brutal. Kali ini, darah menyembur dari mulut Tuan Damar. Ia ambruk dan tak sanggup bangkit lagi.

Pedang Rangga tetap menempel dingin di leher Ratna. Napas gadis itu tercekat, tubuhnya gemetar hebat.

"Ayah!" Ratna menjerit lirih, air matanya tumpah bersama isak yang pecah. "Hiks… Ayah, bangun…!"

Matanya menatap Panglima Rangga dengan ngeri, tapi juga marah. Sementara pria itu hanya berdiri kaku, mata dinginnya tak menunjukkan ampun sedikit pun.

"Kenapa kau melakukan ini, hah? Apa salah ayahku?!" Ratna berteriak, air mata membasahi wajahnya. "Kau kejam! Teganya kau menyakiti ayahku! Jangan sakiti dia lagi atau aku tidak akan pernah memaafkanmu!"

Rangga terkekeh pelan. Suaranya datar, tapi ada nada mengejek yang mengiris.

Apa gadis kecil itu baru saja mengatainya? Rangga menyipitkan mata, sulit menahan tawa sinis yang menyeruak di dadanya.

Yang benar saja. Gadis sepertinya berani menantangnya?

Apa dia benar-benar tidak tahu siapa yang sedang dihadapinya?

__

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Panglima Kejam   Bab 11 Ambisi Sang Raja

    Raja Dursala menatap Rangga dengan wajah yang berkerut kesal, seolah merasakan ancaman yang tersirat di balik sikap tenang sang panglima. "Tentu saja, Rangga! Aku tak akan melanggar perjanjian yang terjadi diantara kita. Jika kau sudah menikahi putri Damar Langkarsana, aku tak akan mengganggumu. Hanya saja… aku sedikit kecewa, kau menikah begitu tergesa hingga tak sempat mengundangku!"Raja Dursala menyipitkan mata, lalu menambahkan dengan nada penuh peringatan. "Aku hanya ingin mengingatkanmu untuk memperhatikan istrimu dengan lebih jeli. Bukan maksudku menghina, tapi kau tahu dia adalah putri dari bangsawan pengkhianat. Aku percaya kau bukan orang yang mudah dikalahkan, tapi bersikap waspada… tak ada salahnya, bukan?"Panglima Rangga mengangguk, senyum tipis namun dingin terukir di bibirnya."Tentu saja, Yang Mulia. Terima kasih atas perhatian Anda!"Raja Dursala menahan senyumnya, namun hatinya bergolak oleh rasa ingin tahu. Seperti apa wajah gadis itu hingga mampu menjinakkan pa

  • Terjerat Panglima Kejam   Bab 10 Perjanjian dan Pengkhianatan

    Panglima Rangga menegakkan tubuhnya semakin tegap, seakan ingin menancapkan setiap kata yang keluar dari bibirnya ke dalam hati Raja Dursala."Benar, Yang Mulia. Hamba telah menikah... dengan putri Damar Langkarsana. Tepat semalam, setelah hamba menuntaskan para pengkhianat yang selama ini mengusik kerajaan."Keheningan langsung menyelimuti singgasana. Raja Dursala terperanjat, matanya membelalak tak percaya. Jemarinya yang tadi menggenggam sandaran kursi perlahan melemah."Putri… Damar Langkarsana?!" suaranya menggelegar, menggetarkan udara seakan petir baru saja menyambar di tengah ruangan.Raja Dursala sontak bangkit dari kursinya, wajahnya memerah, campuran antara murka dan keterkejutan. Selama ini ia tahu benar, Panglima Rangga tidak pernah menunjukkan minat sedikit pun pada wanita manapun. Bagaimana mungkin kini dalam semalam, ia mendadak menikah dan bahkan tanpa sepengetahuan dirinya?Lebih mengejutkan lagi, ia mengaku menikah dengan putri dari Damar Langkarsana, pengkhianat ya

  • Terjerat Panglima Kejam   Bab 9 Kabar yang Menggetarkan Istana

    Di tempat lain, jauh dari lamunan Ratna, Panglima Rangga kini tengah berhadapan dengan Raja Dursala di singgasana megah Kerajaan Jayamarta."Kemana saja kau, Rangga? Tidak biasanya kau datang terlambat. Aku bahkan harus menunggu lama hanya untuk bertemu denganmu," suara Raja Dursala terdengar berat, penuh tekanan."Padahal aku sudah mengirimkan pesan sejak semalam. Atau... apakah orang suruhanku terlambat menyampaikannya ke paviliunmu?" tanya sang raja, matanya meneliti tajam seolah hendak membongkar alasan di balik keterlambatan panglima kepercayaannya itu. Panglima Rangga menunduk hormat, ekspresinya datar tanpa riak emosi."Maafkan saya, Yang Mulia! Keterlambatan ini sepenuhnya kesalahan saya, bukan orang suruhan Anda. Mereka datang tepat waktu ke kediaman saya. Namun, ada urusan yang harus saya selesaikan sebelum menuju ke sini!"Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan dengan nada yang terdengar tenang namun penuh kepatuhan."Sekali lagi, ampunilah saya, Yang Mulia! Jika hukuman p

  • Terjerat Panglima Kejam   Bab 8 Rahasia di Balik Tirai Sutra

    Suasana malam itu seakan membeku, hanya suara napas berat Rangga yang terdengar di antara mereka. Tatapan matanya menyala penuh keyakinan, menembus jiwa Ratna yang masih dibungkus rasa ragu."Soal statusmu yang seorang putri dari Damar Langkarsana, biarlah tetap menjadi rahasia. Lagi pula, apa yang akan dilakukan Raja atau rakyat kerjaan ini jika mereka tahu?""Mereka takkan berani menatapmu, apalagi mencelamu jika mereka masih ingin bernafas! Kau adalah istriku! Istri dari Panglima Rangga Raksa Jala Wulung! Di Kerajaan ini maupun di Kerajaan lain, tidak ada yang berani mengusikku atau menyentuh apapun yang menjadi milikku!"Panglima Rangga meraih bahu Ratna, mendekatkan wajahnya, suaranya semakin berat namun penuh kepastian."Kau istriku, yang berarti kau adalah milikku! Jika ada yang berani menyentuh atau menyakitimu, itu berarti mereka harus siap berurusan denganku!"Ratna terdiam. Ia menatap Rangga dengan perasaan yang tak menentu. Hatinya diliputi kebingungan sekaligus keterkejut

  • Terjerat Panglima Kejam   Bab 7 Titah Raja, Janji Suami

    Panglima Rangga melangkah masuk ke dalam kamar dengan langkah mantap, membuat udara di ruangan itu kembali menegang. Ratna yang duduk di tepi ranjang sontak merasakan jantungnya berdebar kencang. Keringat dingin membasahi pelipisnya, bayangan menakutkan tentang perintah untuk melayaninya kembali terlintas dalam pikirannya.Namun yang terjadi justru di luar dugaan. Panglima Rangga menatapnya tajam, lalu berkata dengan suara dalam dan penuh wibawa,"Kau bisa beristirahat selama aku tidak ada! Aku harus pergi ke istana menemui Raja Dursala. Jika ada sesuatu yang kau butuhkan atau inginkan, mintalah pada para pelayan! Selama permintaan itu bukan melarikan diri dariku, kau akan mendapatkan apa pun yang kau mau!"Ratna hanya bisa menunduk, mencoba mencerna setiap kalimat yang terucap.Panglima Rangga mendekat selangkah, sorot matanya menusuk, lalu menambahkan, "Sama seperti ayahmu yang tidak mengizinkanmu melihat dunia luar, aku pun memberlakukan aturan yang sama padamu! Kau belum resmi k

  • Terjerat Panglima Kejam   Bab 6 Ciuman yang Tak Disengaja

    Ratna beringsut mundur, jantungnya berdegup kencang seperti hendak pecah. Namun langkahnya terhenti saat punggungnya menyentuh dinding dingin. Panglima Rangga mendekat perlahan, tatapannya menusuk, membuat Ratna merasa seperti seekor rusa yang terperangkap."Mau pergi ke mana kau, Ratna? Sudah kubilang, kau tidak akan bisa lepas dari jeratanku!" ujar Rangga dengan senyum miring, kedua tangannya menekan kuat di sisi Ratna, membuatnya terkurung.Ratna menelan ludah, mencoba mengumpulkan keberanian. "A-apa yang ingin ka-kau lakukan, hah?" tanyanya dengan terbata, matanya bergetar menahan takut. Panglima Rangga terkekeh pelan, tatapannya menusuk layaknya serigala yang baru saja menjebak mangsanya."Menurutmu, apa yang ingin kulakukan, istriku?" suaranya merendah, penuh ancaman samar. "Bukankah kau sudah mendengar sendiri ucapanku sebelum kita melangkah masuk ke kamar ini? Setelah ini, kau pasti tidak akan pernah melupakan apa yang terjadi di antara kita hari ini!"Rangga meraih pergela

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status