Beranda / Historical / Terjerat Panglima Kejam / Bab 2 Tawaran Sang Tiran

Share

Bab 2 Tawaran Sang Tiran

Penulis: Lia Safitri
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-07 12:59:30

Tawa Rangga terhenti seketika, perlahan ia melangkah maju.

Ratna refleks bergeser ke belakang, beringsut dengan napas tak beraturan. Jantungnya berpacu cepat, instingnya berteriak bahwa bahaya sedang mendekat. Sorot matanya waspada, tapi tubuhnya gemetar tak bisa menghindar.

Rangga terus mendekat, lalu berjongkok di hadapannya. Tanpa peringatan, jemarinya mencengkeram dagu Ratna dengan kasar.

"Lihat aku!" bisiknya pelan namun mengancam, memaksa gadis itu menatap langsung ke dalam matanya yang dingin seperti jurang maut.

"Le-lepaskan aku!" Ratna menggeliat, tangannya berusaha memukul tangan Rangga yang mencengkeram dagunya.

Namun cengkeraman pria itu terlalu kuat.

"Bukankah tadi kau baru saja mengataiku?" Rangga mendekatkan wajahnya, napasnya menghangatkan kulit Ratna yang pucat karena ketakutan.

"Ke mana perginya keberanianmu tadi, nona? Bukankah kau barusan meneriakiku kejam di depan semua orang?"

Tatapan matanya menusuk, dingin dan mengerikan.

Ratna menahan napas. Matanya mulai berair, tapi ia mencoba menahan air mata itu agar tidak jatuh.

"Sekarang aku di sini, tepat di depanmu!" bisiknya pelan namun mematikan.

"Jadi coba katakan sekali lagi! Katakan jika aku ini kejam… dan lihat apa yang akan aku lakukan setelahnya!"

"Ssst!" Ratna meringis, air matanya mengalir saat cengkeraman di dagunya semakin kuat.

"Kau kejam! Kau tidak berperasaan! Ayahku tidak bersalah, tapi yang salah itu Rajamu! Kenapa kau menghukum ayahku yang hanya ingin membantu rakyat, hah?"

"Apa kau tidak punya hati nurani? Kau membuat ayahku dan rakyat diluar sana menderita karena memihak Raja!" teriak Ratna disela rasa sakitnya.

"Kau kejam! Kau sudah menyakiti ayahku!" ucap Ratna pelan tapi penuh penekanan.

Panglima Rangga menatap dingin gadis itu. Dengan satu hentakan keras ia melepas cengkramannya, membuat wajah Ratna menoleh paksa. Tubuhnya terhuyung, lalu jatuh tersungkur ke lantai yang dingin.

"Ayahmu pantas mendapatkannya!" bentak Panglima Rangga dengan nada dingin yang menusuk.

"Tidak ada tempat di kerajaan ini untuk bangsawan pengkhianat yang berani menentang titah Raja!"

Matanya menatap Ratna tajam, seolah ingin menusuk ke dasar hatinya.

Tangan Rangga mencengkeram lengan Ratna, menariknya kasar agar menatap langsung ke arahnya. Namun gerakan itu membuat cadar tipis yang menutupi wajah Ratna terlepas, melayang ringan sebelum jatuh ke tanah.

Waktu seakan berhenti.

Untuk sesaat, dunia di sekitar mereka menghilang, tinggal wajah itu. Wajah yang bersih, murni, dan polos… seindah dewi.

Panglima Rangga terdiam. Nafasnya tercekat.

Parasnya laksana embun pagi yang menyapa bunga-bunga. Di seluruh Kerajaan Jayamarta, tak ada satu pun yang mampu menandingi keindahannya. Panglima Rangga membisu, terpukau oleh anugerah yang kini berdiri di hadapannya.

Ratna menarik kasar tangannya dari genggamannya, membuatnya tersadar dari keterpukauan yang baru saja membiusnya.

"Lepaskan aku!" teriak Ratna, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Rangga.

Namun Panglima Rangga justru mengeratkan genggamannya. "Kau ingin ayahmu selamat, bukan? Aku bisa mewujudkannya," ucapnya, membuat Ratna terdiam seketika.

Ratna mendongak, menatap matanya penuh harap. "Apa maksudmu? Katakan... bagaimana caranya agar aku bisa menyelamatkan ayahku?"

Sebuah senyum miring muncul di wajah Panglima Rangga. "Menikahlah denganku!"

---

Ratna Ayu Candrakirana, putri bungsu dari seorang bangsawan Damar Langkarsana dan istrinya, Gusti Ayu Mayangsari. Ia memiliki seorang kakak laki-laki bernama Mahesa Bratadipa.

Ratna bukan gadis terbuang, bukan pula anak yang tak diakui. Ia bukanlah anak haram, sebab darah yang mengalir di tubuhnya berasal dari pernikahan sah antara Tuan Damar dan istrinya.

Namun, keberadaannya tak pernah diketahui oleh siapa pun di luar lingkaran keluarga. Bahkan rakyat di wilayah kekuasaan Kerajaan Jayamarta pun tak pernah mendengar nama Ratna disebut.

Semua ini terjadi karena Tuan Damar, istrinya, kakak Ratna, serta seluruh pelayan di kediaman mereka sepakat untuk merahasiakan keberadaan sang putri bungsu demi melindunginya dari kekejaman dan kebejatan sang raja.

Kerajaan Jayamarta berada di bawah kekuasaan Raja Dursala Bhayasinga, seorang penguasa yang termasyhur akan kekejamannya. Ia dikenal bengis, haus kuasa, serta memiliki kebiasaan tercela yaitu gemar mempermainkan para wanita.

Entah itu wanita dari kalangan bangsawan maupun rakyat jelata, selama Raja Dursala menginginkannya, tak ada yang mampu menghalanginya.

Ia akan membawa mereka ke istana, dengan cara halus ataupun paksa hanya untuk dijadikan mainan atau selir sesaat. Dan bila sang raja mulai bosan, nyawa wanita-wanita itu pun bukan lagi sesuatu yang berharga baginya.

Damar Langkarsana sangat memahami betapa kejam dan tak terduganya tabiat Raja Dursala. Sebagai bentuk perlindungan, ia memilih menyembunyikan keberadaan putrinya dari pandangan dunia luar.

Terlebih saat Ratna mulai tumbuh dewasa, kecantikannya yang luar biasa bak bunga merekah di tengah hutan sunyi, mampu memikat siapa pun yang menatapnya, termasuk sang raja.

Raja Dursala, dikenal sebagai raja hidung belang yang tak mengenal malu ataupun batas. Bila nafsunya menggelora, bahkan seorang pengemis pun tak luput dari cengkeramannya.

Andai Ratna sampai terlihat oleh paduka raja, niscaya petaka besar akan menimpa dirinya.

Sesungguhnya, Tuan Damar telah lama berniat membawa keluarganya menjauh, menetap di tanah kerajaan lain, agar putri semata wayangnya tak lagi dibayangi bayang-bayang murka nafsu Raja gila itu.

Namun keinginan itu tak kunjung terlaksana, sebab ia masih terikat oleh sumpahnya, menjaga dan melindungi rakyat yang berada dalam tanggungannya.

Di antara para bangsawan di Kerajaan Jayamarta, hanya Tuan Damar yang berani secara terang-terangan membantah dan berdebat melawan titah Raja.

Adapun yang lain, meski hati mereka dicekam rasa muak akan perilaku sang Raja, tak seorang pun memiliki nyali untuk bersuara lantang sebagaimana dirinya.

Siapa yang sanggup menentang titah seorang tiran, bila di belakangnya berdiri Rangga, panglima kesatria kepercayaan Raja, beserta barisan prajurit yang bersumpah setia pada tahta yang dipenuhi kegilaan itu?

Raja Dursala dan Panglima Rangga adalah dua tiran yang menguasai puncak kekuasaan Jayamarta.

Keduanya sama-sama kejam, sama-sama haus kuasa. Namun ada satu hal yang membedakan Rangga dari tuannya. Ia tak pernah terlihat dekat dengan seorang wanita mana pun. Entah karena tidak tertarik atau karena memang tidak ada satu pun wanita yang cukup nekat untuk mendekatinya.

---

Kembali ke ruang utama Astana Tuan Damar, kini tak ubahnya medan perang.

Furnitur mewah hancur berserakan, kaca pecah menggores lantai, dan bau amis darah menguar di udara. Tubuh-tubuh tergeletak di setiap sudut, sebagian masih menggeliat menahan nyeri, sebagian lain membeku dalam kematian. Tangisan tertahan dan erangan kesakitan menggema, menyisakan jejak kekacauan yang mengerikan.

Panglima Rangga masih menatap lekat wanita cantik di hadapannya. Tatapan itu dalam, nyaris tak berkedip, seolah tengah mengukir setiap inci wajah Ratna ke dalam ingatannya. Ia menikmati setiap detiknya, meski yang dibalas oleh gadis itu hanya sorot ketakutan yang tak mampu disembunyikan.

Senyum menyeringai merekah di wajah Panglima Rangga.

Tangan kekarnya terulur, mengelus pipi Ratna dengan gerakan lambat namun pasti. Kulit gadis itu terasa halus, lembut seperti sutra. Kontras dengan tangan Rangga yang kasar, penuh luka dan bekas tempur dari medan perang.

"Jika kau ingin ayahmu selamat, dan kau tidak ingin menjadi tawanan raja, maka terimalah pinanganku, Nona... Ratna!" ujar Rangga, suaranya tegas dan dingin, namun pandangannya tak beranjak dari wajah gadis itu.

Di belakangnya, Tuan Damar meraung dengan sisa tenaga yang ia punya. "Jangan dengarkan dia, Ratna! Jangan!"

__

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Panglima Kejam   Bab 11 Ambisi Sang Raja

    Raja Dursala menatap Rangga dengan wajah yang berkerut kesal, seolah merasakan ancaman yang tersirat di balik sikap tenang sang panglima. "Tentu saja, Rangga! Aku tak akan melanggar perjanjian yang terjadi diantara kita. Jika kau sudah menikahi putri Damar Langkarsana, aku tak akan mengganggumu. Hanya saja… aku sedikit kecewa, kau menikah begitu tergesa hingga tak sempat mengundangku!"Raja Dursala menyipitkan mata, lalu menambahkan dengan nada penuh peringatan. "Aku hanya ingin mengingatkanmu untuk memperhatikan istrimu dengan lebih jeli. Bukan maksudku menghina, tapi kau tahu dia adalah putri dari bangsawan pengkhianat. Aku percaya kau bukan orang yang mudah dikalahkan, tapi bersikap waspada… tak ada salahnya, bukan?"Panglima Rangga mengangguk, senyum tipis namun dingin terukir di bibirnya."Tentu saja, Yang Mulia. Terima kasih atas perhatian Anda!"Raja Dursala menahan senyumnya, namun hatinya bergolak oleh rasa ingin tahu. Seperti apa wajah gadis itu hingga mampu menjinakkan pa

  • Terjerat Panglima Kejam   Bab 10 Perjanjian dan Pengkhianatan

    Panglima Rangga menegakkan tubuhnya semakin tegap, seakan ingin menancapkan setiap kata yang keluar dari bibirnya ke dalam hati Raja Dursala."Benar, Yang Mulia. Hamba telah menikah... dengan putri Damar Langkarsana. Tepat semalam, setelah hamba menuntaskan para pengkhianat yang selama ini mengusik kerajaan."Keheningan langsung menyelimuti singgasana. Raja Dursala terperanjat, matanya membelalak tak percaya. Jemarinya yang tadi menggenggam sandaran kursi perlahan melemah."Putri… Damar Langkarsana?!" suaranya menggelegar, menggetarkan udara seakan petir baru saja menyambar di tengah ruangan.Raja Dursala sontak bangkit dari kursinya, wajahnya memerah, campuran antara murka dan keterkejutan. Selama ini ia tahu benar, Panglima Rangga tidak pernah menunjukkan minat sedikit pun pada wanita manapun. Bagaimana mungkin kini dalam semalam, ia mendadak menikah dan bahkan tanpa sepengetahuan dirinya?Lebih mengejutkan lagi, ia mengaku menikah dengan putri dari Damar Langkarsana, pengkhianat ya

  • Terjerat Panglima Kejam   Bab 9 Kabar yang Menggetarkan Istana

    Di tempat lain, jauh dari lamunan Ratna, Panglima Rangga kini tengah berhadapan dengan Raja Dursala di singgasana megah Kerajaan Jayamarta."Kemana saja kau, Rangga? Tidak biasanya kau datang terlambat. Aku bahkan harus menunggu lama hanya untuk bertemu denganmu," suara Raja Dursala terdengar berat, penuh tekanan."Padahal aku sudah mengirimkan pesan sejak semalam. Atau... apakah orang suruhanku terlambat menyampaikannya ke paviliunmu?" tanya sang raja, matanya meneliti tajam seolah hendak membongkar alasan di balik keterlambatan panglima kepercayaannya itu. Panglima Rangga menunduk hormat, ekspresinya datar tanpa riak emosi."Maafkan saya, Yang Mulia! Keterlambatan ini sepenuhnya kesalahan saya, bukan orang suruhan Anda. Mereka datang tepat waktu ke kediaman saya. Namun, ada urusan yang harus saya selesaikan sebelum menuju ke sini!"Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan dengan nada yang terdengar tenang namun penuh kepatuhan."Sekali lagi, ampunilah saya, Yang Mulia! Jika hukuman p

  • Terjerat Panglima Kejam   Bab 8 Rahasia di Balik Tirai Sutra

    Suasana malam itu seakan membeku, hanya suara napas berat Rangga yang terdengar di antara mereka. Tatapan matanya menyala penuh keyakinan, menembus jiwa Ratna yang masih dibungkus rasa ragu."Soal statusmu yang seorang putri dari Damar Langkarsana, biarlah tetap menjadi rahasia. Lagi pula, apa yang akan dilakukan Raja atau rakyat kerjaan ini jika mereka tahu?""Mereka takkan berani menatapmu, apalagi mencelamu jika mereka masih ingin bernafas! Kau adalah istriku! Istri dari Panglima Rangga Raksa Jala Wulung! Di Kerajaan ini maupun di Kerajaan lain, tidak ada yang berani mengusikku atau menyentuh apapun yang menjadi milikku!"Panglima Rangga meraih bahu Ratna, mendekatkan wajahnya, suaranya semakin berat namun penuh kepastian."Kau istriku, yang berarti kau adalah milikku! Jika ada yang berani menyentuh atau menyakitimu, itu berarti mereka harus siap berurusan denganku!"Ratna terdiam. Ia menatap Rangga dengan perasaan yang tak menentu. Hatinya diliputi kebingungan sekaligus keterkejut

  • Terjerat Panglima Kejam   Bab 7 Titah Raja, Janji Suami

    Panglima Rangga melangkah masuk ke dalam kamar dengan langkah mantap, membuat udara di ruangan itu kembali menegang. Ratna yang duduk di tepi ranjang sontak merasakan jantungnya berdebar kencang. Keringat dingin membasahi pelipisnya, bayangan menakutkan tentang perintah untuk melayaninya kembali terlintas dalam pikirannya.Namun yang terjadi justru di luar dugaan. Panglima Rangga menatapnya tajam, lalu berkata dengan suara dalam dan penuh wibawa,"Kau bisa beristirahat selama aku tidak ada! Aku harus pergi ke istana menemui Raja Dursala. Jika ada sesuatu yang kau butuhkan atau inginkan, mintalah pada para pelayan! Selama permintaan itu bukan melarikan diri dariku, kau akan mendapatkan apa pun yang kau mau!"Ratna hanya bisa menunduk, mencoba mencerna setiap kalimat yang terucap.Panglima Rangga mendekat selangkah, sorot matanya menusuk, lalu menambahkan, "Sama seperti ayahmu yang tidak mengizinkanmu melihat dunia luar, aku pun memberlakukan aturan yang sama padamu! Kau belum resmi k

  • Terjerat Panglima Kejam   Bab 6 Ciuman yang Tak Disengaja

    Ratna beringsut mundur, jantungnya berdegup kencang seperti hendak pecah. Namun langkahnya terhenti saat punggungnya menyentuh dinding dingin. Panglima Rangga mendekat perlahan, tatapannya menusuk, membuat Ratna merasa seperti seekor rusa yang terperangkap."Mau pergi ke mana kau, Ratna? Sudah kubilang, kau tidak akan bisa lepas dari jeratanku!" ujar Rangga dengan senyum miring, kedua tangannya menekan kuat di sisi Ratna, membuatnya terkurung.Ratna menelan ludah, mencoba mengumpulkan keberanian. "A-apa yang ingin ka-kau lakukan, hah?" tanyanya dengan terbata, matanya bergetar menahan takut. Panglima Rangga terkekeh pelan, tatapannya menusuk layaknya serigala yang baru saja menjebak mangsanya."Menurutmu, apa yang ingin kulakukan, istriku?" suaranya merendah, penuh ancaman samar. "Bukankah kau sudah mendengar sendiri ucapanku sebelum kita melangkah masuk ke kamar ini? Setelah ini, kau pasti tidak akan pernah melupakan apa yang terjadi di antara kita hari ini!"Rangga meraih pergela

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status