Home / Historical / Terjerat Panglima Kejam / Bab 22 Penyamaran?

Share

Bab 22 Penyamaran?

Author: Lia Safitri
last update Last Updated: 2025-11-29 18:50:16

Cahaya siang menembus tirai tipis, menebar kehangatan di lantai kayu yang mengkilap. Ratna berdiri di dekat jendela, menatap ke arah halaman yang ramai. Para prajurit tampak berlatih di bawah terik matahari, sementara para pelayan berlalu-lalang membawa kendi air dan keranjang bunga.

Namun, bagi Ratna, semua itu terasa jauh. Ia hanya memandang, tanpa benar-benar melihat.

Langkah berat terdengar mendekat di belakangnya. Panglima Rangga baru saja masuk, masih mengenakan pakaian latihan dengan pedang yang tergantung di pinggangnya.

"Kau terlihat murung hari ini," ucapnya sambil memperhatikan istrinya yang terdiam di sisi jendela. "Apakah kau merindukan ayahmu, Ratna?"

Rangga mendekat, memperhatikan Ratna yang masih diam membisu.

"Semalam aku mendengar, kau mengigau memanggil-manggil ayahmu dalam tidurmu?" ucap Rangga lagi.

Ratna tersentak pelan. Ia menoleh, menatap Rangga dengan mata yang sedikit membesar, "Aku… Aku tidak sadar telah melakukannya, Tuan," ujarnya pelan. "Mungkin hanya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Panglima Kejam   Bab 25 Malam yang Sepi

    Panglima Rangga melangkah keluar dari ruang kerjanya ketika malam masih menggantung berat di langit. Lorong-lorong Paviliun sang Panglima dipenuhi cahaya redup dari lampu minyak, membuat bayangannya memanjang dan bergerak mengikuti setiap langkahnya.Udara dingin menusuk, namun justru itu yang ia butuhkan untuk menenangkan pikirannya sebelum berangkat berburu sekaligus memeriksa keamanan wilayah kerajaan bersama Brahma.Namun, langkah Rangga terhenti ketika ia melewati pintu kamarnya.Pintu kayu itu tertutup rapat, seakan memisahkan dunia luar dari sosok rapuh yang tertidur di dalamnya. Panglima Rangga menatap pintu itu lama, rahangnya mengencang perlahan.Ada banyak hal yang ingin ia katakan. Banyak hal yang ingin ia perbaiki, namun semua itu harus ia tunda. Untuk saat ini, yang bisa ia lakukan hanyalah menjaga jarak agar ketakutan Ratna tidak bertambah dan memastikan tidak ada bahaya yang mendekati wanita itu. Setelah beberapa saat, ia mengalihkan pandangannya dan kembali berjalan

  • Terjerat Panglima Kejam   Bab 24 Malam Penuh Kegelisahan

    Malam turun perlahan di Paviliun Panglima. Angin dingin menelusup masuk melalui kisi-kisi jendela ruang kerja tempat Rangga berdiri seorang diri. Satu-satunya cahaya berasal dari lampu minyak di mejanya, memantulkan bayangan panjang di dinding, seolah ikut mengawasi kegelisahan tuannya.Sudah berjam-jam ia di sana, namun pikirannya tetap tertahan pada sosok Ratna yang masih tak sadarkan diri sejak siang."Mengapa kau begitu rapuh, Ratna? Atau… tanpa kusadari aku yang terlalu kejam padamu?"Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya, berulang, mengganggunya lebih dari luka apa pun yang pernah ia terima di medan perang.Panglima Rangga memijit pelipisnya, mencoba mengusir kegelisahan yang bahkan tidak ingin ia akui sebagai rasa khawatir. Namun setiap kali ia memejamkan mata, bayangan Ratna yang terkulai di pelukannya kembali muncul, lemah, pucat, dan sama sekali tak berdaya.Ketukan di pintu memutus lamunannya. "Masuk!"Seorang pengawal masuk, membungkuk, kemudian menyodorkan gulungan

  • Terjerat Panglima Kejam   Bab 23 Canda yang Membuka Luka

    Panglima Rangga terdiam sejenak, menatap wajah Ratna yang masih menunduk dalam diam. Lalu suaranya kembali terdengar, berat dan penuh penegasan."Dan satu lagi," ujarnya perlahan, tapi tajam. "Kau harus mengenakan cadarmu! Selama yang berhadapan denganmu bukan aku atau ayahmu, jangan pernah memperlihatkan wajahmu!"Ratna menatapnya bingung, namun Rangga sudah lebih dulu menambahkan, "Lakukan seperti apa yang dulu diajarkan ayahmu," lanjutnya lebih pelan, "Hanya saja… bedanya, kali ini ada aku."Rangga menunduk sedikit, jemarinya terulur, menyentuh lembut dagu Ratna hingga gadis itu menengadah menatapnya."Ada aku," suaranya merendah, nyaris berbisik. "Yang berhak menatapmu… menyentuhmu… dan memiliki dirimu sepenuhnya!"Ratna menggigit bibir bawahnya, berusaha menyembunyikan rasa canggung dan takut yang terus menghimpit dadanya. Perlahan, ia pun mengangguk."Baik, Tuan. Tapi aku tidak memiliki cadar seperti yang selama ini aku gunakan. Aku... tidak sempat membawa apa pun dari kediama

  • Terjerat Panglima Kejam   Bab 22 Penyamaran?

    Cahaya siang menembus tirai tipis, menebar kehangatan di lantai kayu yang mengkilap. Ratna berdiri di dekat jendela, menatap ke arah halaman yang ramai. Para prajurit tampak berlatih di bawah terik matahari, sementara para pelayan berlalu-lalang membawa kendi air dan keranjang bunga.Namun, bagi Ratna, semua itu terasa jauh. Ia hanya memandang, tanpa benar-benar melihat.Langkah berat terdengar mendekat di belakangnya. Panglima Rangga baru saja masuk, masih mengenakan pakaian latihan dengan pedang yang tergantung di pinggangnya. "Kau terlihat murung hari ini," ucapnya sambil memperhatikan istrinya yang terdiam di sisi jendela. "Apakah kau merindukan ayahmu, Ratna?"Rangga mendekat, memperhatikan Ratna yang masih diam membisu. "Semalam aku mendengar, kau mengigau memanggil-manggil ayahmu dalam tidurmu?" ucap Rangga lagi. Ratna tersentak pelan. Ia menoleh, menatap Rangga dengan mata yang sedikit membesar, "Aku… Aku tidak sadar telah melakukannya, Tuan," ujarnya pelan. "Mungkin hanya

  • Terjerat Panglima Kejam   Bab 21 Siasat Panglima, Amarah Raja

    Brahma berdiri kaku di samping Tuan Suryadipa, wajahnya tegang, pikirannya berputar cepat mencoba mencerna percakapan yang baru saja terjadi diantara keduanya. Namun belum sempat ia memahami semuanya, suara berat Panglima Rangga kembali terdengar,"Brahma! Temui Raja Dursala, katakan padanya bahwa putri Tuan Suryadipa adalah kekasihmu dan kau akan menikahinya. Gagalkan rencananya sebelum gadis itu dijemput utusan istana!" ucapnya datar namun tegas. "Jadi saya hanya perlu menggagalkan rencana Raja tanpa harus benar-benar menikahi putri Tuan Suryadipa, begitu, Tuan?" tanya Brahma hati-hati."Nikahi dia! Kau pikir Raja Dursala tidak akan menyelidiki masalah ini?" jawab Rangga tegas. Brahma menelan ludah, wajahnya menegang. "Tuan… bagaimana bisa saya menikah dengan putri bangsawan sepertinya? Saya hanya...""Cukup!" potong Rangga cepat, "Ini perintah, Brahma! Bukan tawaran!"Brahma terdiam seketika. Napasnya terasa berat, namun akhirnya ia menunduk dalam dan berkata pelan, "Baik, Tuan."

  • Terjerat Panglima Kejam   Bab 20 Permohonan Tuan Suryadipa

    Ruang kerja Panglima Rangga terasa sunyi, hanya suara api kecil di tungku yang sesekali berderak memecah keheningan. Aroma minyak kayu dan besi memenuhi udara, aroma khas ruangan seorang panglima perang yang tak pernah benar-benar beristirahat.Rangga duduk di kursinya, tangan kanannya bertumpu diatas meja, sementara pandangannya menatap kosong ke arah pintu.Tak lama kemudian, suara ketukan terdengar di balik pintu.Tok… tok… tok…"Masuk!" ucap Panglima Rangga datar. Pintu terbuka. Santosa masuk lebih dulu, lalu menunduk hormat. Di belakangnya, seorang pria paruh baya dengan pakaian bangsawan melangkah masuk perlahan. Wajahnya tegang, matanya menunjukkan rasa cemas yang berusaha ia sembunyikan.Panglima Rangga menatapnya dari balik meja, tatapannya tajam seperti bilah baja."Aku dengar kau datang pagi-pagi sekali hanya untuk menemuiku," ucapnya pelan, namun suaranya mengandung tekanan. "Katakan, apa maksud kedatanganmu hingga kau berani mengusik waktu istirahatku?"Pria itu menundu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status