Lysia tercengang, apa-apaan ini? Seorang pria tua memasuki kamar Lysia? Pria itu terlihat gendut dengan perut buncit yang memenuhi bagian kemejanya. Sial, melihat dari wajahnya … pria tua Bangka ini rupanya pelanggan yang ingin membeli Lysia malam ini.
Mami Breta terlihat sedikit kaku, dia melirik ke arah Lysia dan memberikan isyarat agar Lysia tersenyum.'Sialnya Lysia masih belum siap, tapi pak Kusumo sudah datang. Semoga saja tidak ada masalah untuk ini,' dalam batin mami Breta."Pak Kusumo, ini adalah Lysia," ujar Mami Breta.Pak Kusumo menatap dengan seringai aneh dan melecehkan Lysia. Memandangnya dari atas sampai bawah sambil mengusap-usap dagunya sendiri. Mungkin pria tua ini sedang berimajinasi hal lain.Lysia mengatur nafasnya, rasanya ingin kabur memikirkan dirinya yang harus melayani pria hidung belang ini. Rasanya jijik dan muak melihat pria tua yang seharusnya menghabiskan waktu bersama dengan keluarga malah berada di tempat seperti ini dan memandangnya dengan tatapan merendahkan.Pak Kusumo menaikan tangannya dan dia menyuruh mami Breta untuk meninggalkan dirinya dan Lysia berdua.Mami Breta pun yang tidak menyangka dengan kedatangan pak Kusumo secara mendadak langsung saja pergi dari sana. Namun, sebelum mami Breta pergi, dia langsung berbisik pelan di samping telinga Lysia."Lysia, dia pelanggan yang begitu Royal, jangan kecewakan dia. Apalagi kau anak baru dan belum berpengalaman. Jadi, tugasmu hanya tinggal menuruti keinginannya. Kau harus paham apa yang harus kau lakukan." bisik mami Breta.Lysia mengangguk pelan. Lalu, mami Breta pun pergi dari sana meninggalkan Lysia dan Pak Kusumo.Saat ini Lysia dan Pak Kusumo saling tatap, lalu Lysia membuang muka karena tidak betah menatap lama-lama wajah pria tua itu. Lysia menatap penuh dengan kebencian tadi, sedangkan Pak Kusumo masih terus saja menatap Lysia dengan fantasi liarnya."Silahkan duduk dulu, Pak." suruh Lysia langsung menghindari Pak Kusumo dan meraih sisir di depan meja rias dengan kaku.Pak Kusumo langsung saja hendak meraih tubuh Lysia, tapi Lysia langsung berbalik."Pak, maaf aku belum bisa menyiapkan diri. Eum mak-maksudku aku belum sempat berdandan cantik." Lysia memaksakan diri untuk tersenyum," Ku kira bapak tidak akan datang secepat ini.""Rupanya kamu begitu cantik, Lysia. Melebihi foto yang si Breta berikan. Lebih baik aku persunting saja dirimu menjadi istri ke empatku," ungkap Pak Kusumo dan berhasil membuat Lysia ingin muntah."Istri keempat?"Pak Kusumo tersenyum merendah, "ya istri ke empatku. Dengan begitu dirimu akan bebas dari tempat ini. Kau begitu berharga, jadi jangan sampai banyak orang yang akan mencicipi tubuhmu.""Kenapa kau ingin mempersuntingku?" tanya Lysia merasa heran."Karena aku tertarik terhadapmu dalam satu kali tatapan saja. Ditambah, kau begitu menawan dan masih perawan. Belum ada orang yang menyentuhmu, jadi aku berminat untuk menikahimu."Lysia tersenyum miris, "kau lebih layak untuk menjadi ayahku."Pak Kusumo menjadi muram, dia kesal dengan jawaban Lysia. Walaupun memang dia sadar kalau dia sudah tua. Tapi ucapan Lysia membuatnya tersinggung."Jangan banyak bicara kalau begitu, layani saja aku sekarang," balas Pak Kusumo kesal.Pak Kusumo mulai murka dan langsung terburu nafsu melihat paha mulus dan ramping milik Lysia. Dia pun melangkah dengan cepat untuk meraih tubuh itu.Seketika Lysia merasa panik, sungguh dia tidak ingin kalau sampai di rampas barang berharganya oleh pria tua Bangka ini.Pak Kusumo berhasil meraih tubuh Lysia dan hendak mendekatkan bibirnya di wajah Lysia. Namun, Lysia langsung meletakan ujung jari telunjuknya di bibir pria itu dan mengeluarkan suara yang mendayu."Pak, bisakah kita tidak terburu-buru? Aku memang belum mempunyai pengalaman, tapi setidaknya aku ingin memikirkan tawaran mu," bisik Lysia dengan manja.Pak Kusumo melunak, dia tersenyum dan mengecup pipi Lysia."Rupanya kamu tertarik juga ya? Bagus, kalau begitu aku akan mengatakan kepada si Breta berapa biaya untuk membelimu selamanya," sahut Pak Kusumo.Lysia dengan lembut mencoba melepaskan tangan Pak Kusumo yang melingkar di pinggangnya. Rasanya ingin menghabisi pria tua ini sekarang juga saat pria itu mengecup pipinya. Namun, ini adalah kesempatan yang tepat agar Lysia bisa melarikan diri."Pak … aku memang akan memikirkan tawaran mu … tapi, jangan bilang-bilang dulu kepada mami Breta. Buktikan dulu apa yang bisa Anda lakukan untukku.""Maksudnya?" tanya Pak Kusumo.Lysia tersenyum lembut, "Contohnya bawa aku keluar tempat ini dan membeli perhiasan untuk mahar kita?" ucap Lysia berkata lembut dan mendayu.Pak Kusumo menatap Lysia. Dia adalah orang yang mempunyai harta berlimpah, jadi permintaan Lysia adalah permintaan yang kecil baginya."Oke … baiklah kalau memang kamu menginginkan itu. Mungkin kamu ragu kalau aku tidak akan memberikan mahar yang terbaik untukmu ya, kamu tidak perlu cemas. Aku akan membawamu berbelanja sekarang juga."Lysia bisa menarik nafas lega saat Pak Kusumo langsung berbalik dan melepaskan tangan yang melingkar di pinggangnya.'Oh Lysia tahan dirimu jangan sampai gagal dalam akting ini. Tetaplah bersikap anggun agar kau bisa keluar dari rumah ini.' dalam batin Lysia."Ayo kita pergi," ajak Pak Kusumo, sambil menyodorkan lengannya kepada Lysia untuk diraih.Lysia menarik sebuah jaket yang tergantung di atas dinding. Lalu, meraih tangan Pak Kusumo. Mereka pun berjalan bergandengan tangan bersama."Hai Mami, Pak Kusumo mengajakku untuk berjalan-jalan keluar menemaninya," ucap Lysia kepada Breta yang ada di tempat Bar. Suasananya begitu ramai, bahkan Lysia pun harus berucap keras agar Mami Breta bisa mendengarnya."Kau tidak bisa keluar dari sini, kau anak baru dan masih dalam tahap pengawasan," jawab Breta.Lysia memajukan bibirnya, dan menatap Pak Kusumo dengan manja. Dia ingin Pak Kusumo berbuat sesuatu. Pokoknya, Lysia harus bisa keluar bersama Pak Kusumo sekarang juga.Pak Kusumo pun paham dan langsung berkata kepada Breta. "Akan aku tambah bayarannya kalau kau mengizinkan Lysia pergi denganku sebentar. Langsung sekarangku transfer kepadamu."Breta yang memang gila uang pun langsung memperbolehkan Lysia dan Kusumo pergi dari sana. Dia sampai lupa kalau memang Ivander menyuruhnya agar menjaga Lysia dengan ketat dan jangan sampai bisa keluar rumah Bordil ini.Breta pun melihat layar ponselnya saat menerima kiriman uang yang langsung hinggap di rekeningnya."Masa bodo lah, Bos Ivander tidak akan tahu kalau Lysia keluar dari sini sebentar. Wong dia juga akan balik lagi nanti. Yang terpenting adalah uang ini sudah mendarat dengan selamat di dalam m-banking milikku," monolog Breta saat Lysia dan Pak Kusumo sudah pergi.Di luar rumah Bordil, Lysia merasa gerah dan langsung melepaskan cengkraman tangannya yang memegang lengan Pak Kusumo."Ayo, Sayang …" ajak Pak Kusumo.Lysia yang celingukan melihat sekeliling untuk lari, tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan dua pengawal yang menjaga rumah Bordil ini."Mau kemana Nona Lysia?" tanya pengawal itu.Lysia menelan salivanya sendiri. Tidak menyangka bahwa semua orang bawahan Ivander akan mengetahui namanya."Saya akan menemani Pelanggan," jawab Lysia kembali menarik lengan Pak Kusumo."Anda tidak bisa pergi!""Aku akan keluar menemani pelanganku. Dia sudah membayar mahal agar bisa aku temani. Jadi, tolong jangan menghalangi," terang Lysia dengan tangan yang menggandeng lengan Pak Kusumo. Pak Kusumo pun tersenyum dan mencolek dagu Lysia, "ya, kami akan pergi bersenang-senang diluar. Kenapa kalian menghalangi kami? Kalian tahu sendiri bahwa saya sering kemari dan membawa setiap wanita keluar masuk dari sini kan?" "Ya saya tahu kalau Anda pelanggan setia disini. Akan tetapi, masalahnya Nona Lysia tidak bisa keluar dari sini sama sekali," tahan penjaga itu. "Apakah saya harus membayar lagi? Padahal saya sudah membayar double agar bisa mengajaknya keluar," tanya Pak Kusumo kepada para penjaga yang masih menghalangi jalannya dan Lysia.Sedangkan Lysia, ia sedang merasa geram. Rupanya Ivander benar-benar sangat menjaganya dengan ketat, sampai -sampai dia tidak bisa menemani pelanggan untuk keluar. Padahal Ini adalah salah satu kesempatan emas agar bisa keluar dari sini, dengan menggunakan Pak
Pak Kusumo merasa kesal karena sudah lama menunggu di dalam toko perhiasan. Namun, Lysia belum kunjung datang menemuinya. "Kemana gadis itu? Kenapa sampai sekarang belum juga muncul?" geram Pak Kusumo. Padahal dia sudah menyiapkan beberapa pilihan perhiasan saset yang akan ditujukan kepada Lysia. Sayangnya sudah setengah jam menunggu Lysia masih belum juga menunjukan batang hidungnya."Pak, jadinya mau yang mana? Ketiga perhiasan ini adalah yang terbaik di toko kami," terang penjaga toko dengan ramah. "Sebentar, saya sedang menunggu seseorang," balas Pak Kusumo dengan datar. Sebenarnya penjaga toko sudah merasa kelelahan dan sebentar lagi, toko akan ditutup karena sudah mulai larut malam. Namun, Pak Kusumo masih saja terus memilah dan memilih perhiasan yang dikatakan akan dibeli. Namun, belum kunjung juga dibeli dan terus mengatakan sedang menunggu seseorang.Setelah beberapa saat menunggu, penjaga toko pun tidak punya pilihan lain selain mempercepat transaksi agar bisa segera menu
Ivander tersenyum puas melihat ketegangan di dalam wajah Lysia. "Apakah kau menyerah, Felysia Kirania?" tanya Ivander tersenyum smrik. Lysia, memang dia merasa cemas karena tidak mau melayani Pak Kusumo. Lysia pun langsung mencoba untuk menampar Ivander, tapi secepat kilat Ivander menyambar tangannya. Sehingga Lysia tidak bisa menggapai wajah Ivander. "Apa yang kau lakukan?" tanya Ivander kesal. "Kenapa semua ini bisa terjadi?" gerutu Lysia. "Semua karena hutang ayahmu!" gertak Ivander, "jangan pernah berbuat macam-macam! Ingat itu!" tekan Ivander.***"Kamu baru pulang Ivan?" tanya Kylie maminya Ivander. Ivander pun melangkah dengan wajah kusutnya langsung menghampiri sang mama yang terlihat sedang menunggunya di ruang makan. "Mah, seperti biasa Ivan selalu sibuk," jawab Ivander lembut, menyembunyikan perasaan lelahnya."Kau selalu menghabiskan waktumu dengan bekerja. Kapan kau akan memberikan cucu untuk mama?" tanya Kylie. Ivander terdiam sejenak dengan beban pikiran yang r
"Aku tahu kalau kau memancingku untuk datang karena ingin menghabisi ku dengan mengatakan bahwa kau sudah berhasil menghabisi anak buah musuh!" Ivander menatap ke arah Davidson yang ada di belakangnya. Lalu, dia langsung bergerak cepat untuk menodongkan senjata api itu di kepala Davidson. "Memangnya aku tidak tahu kalau kau juga berkhianat?" tekan Ivander dengan rahang yang menegas dan tatapan membunuh. Pemimpin klan mafia Grabhy tercengang, mereka tidak menyangka kalau Davidson akan tertangkap. "Kenapa kau bisa mengetahuinya?" tanya Dricho pemimpin klan Grabhy dengan Senjata yang juga ditodongkan ke arah Ivander dengan jarak tiga meter. "Dia memang sudah sangat aku percayai. Namun, dia tidak bisa berkhianat dalam waktu yang lama. Karena …." Ivander pun kembali menodongkan senjatanya kepada Dricho. Situasinya mencengkam sekarang, Davidson dan Ivander dikelilingi oleh anak buah klan Grabhy dengan senjata yang menuju kepada mereka. "David! Kau berani berkhianat? Nyawa kekasihmu da
Setelah beberapa saat, Ivander dan Davidson itu sampai di tempat kumuh dan gubuk kecil. Mereka berdua menuruni mobil bersama. Ivander selalu tampil elegan dengan jas hitam yang masih melekat di tubuhnya. Walaupun tadi dia sudah membantai pemimpin klan Grabhy yaitu Dricho. Pakaiannya masih terlihat bersih dan rapi. Davidson dan Ivander pun berjalan menuju anak buah mereka yang diperintahkan untuk menjaga Lysia. Jake – anak buah Ivander, terlihat gemetar. Dia cemas dengan wajah pucatnya ketika melihat Ivander yang berjalan menghampiri. Pasalnya Lysia tawanan Ivander itu sudah hilang entah kemana dan mereka tidak tahu itu. Sebentar lagi pasti dia sedang dalam bahaya karena tidak bisa menjaga Lysia dengan baik."Tuan, anu … anu …," Jake bingung harus mengungkapkan kebenaran tentang Lysia yang hilang. Dia bingung serta takut, tadi saat dia membuka mata tiba-tiba Lysia tidak ada dan hal itu membuat dia takut setengah mati. Mereka tahu bagaimana seorang Ivander bertindak dengan ganasnya j
Ivander langsung saja segera membereskan pekerjaannya saat ini. Dia segera menutup Laptop dan memakai jas yang tersimpan di kursi kebesarannya. Dia berdiri tegak sambil melihat arloji di tangan.Tiba-tiba saja Davidson muncul. "Tuan, rupanya Bu Kylie ingin Anda menemuinya," terang David. Padahal Ivander berencana untuk melihat bagaimana keadaan Lysia dan melakukan sesuatu kepadanya. Namun, mamanya malah ingin menemui dia. Apa yang ingin mamanya sampaikan sebenarnya? "Baiklah, aku akan menemuinya." Ivander menjawab dengan dingin. Lalu, dia merogoh saku untuk mengambil ponsel, rupanya ponselnya mati. Pantas saja mamanya tidak menghubungi dia, dan malah menghubungi David.***Lysia bercermin, dia mengenakan dress santai berwarna merah. Mengekspos bagian lengan dan betisnya. Sambil menyisir dia memperhatikan bayangan garis berwarna merah di setiap lengannya. "Tidak aku sangka akan bertemu orang semacam iblis. Dia bahkan tega menyiksa seorang wanita seperti aku!" gerutu Lysia. Bi Surti
"Mengapa kau datang kemari?" tanya Lysia geram. Sama sekali tidak tau kalau tempat ini adalah milik Ivander Brxian Dxel. Ivander tiba-tiba saja berlutut dan menatap wajah Lysia yang mengenakan make-up polos.Sungguh ini mengejutkan seorang Felysia Kirania, dia tidak menyangka bahwa seorang mafia seperti Ivander akan bersimpuh seperti ini. Ivander sungguh merasa muak dengan apa yang telah Davidson katakan. Ivander melakukan ini atas tips dari David agar Lysia mau menikah dengannya. Ini adalah trik yang pertama. "Apa yang kau lakukan?" tanya Lysia dengan mata yang membola. Ivander menekan giginya kuat-kuat dan berusaha untuk tersenyum. Padahal dia tidak pernah melakukan ini terhadap wanita, karena baginya wanita itu hanya budak pemuas nafsu saja. "Kau harus mau menikah denganku," jawab Ivander dingin. Senyap …. Lysia tidak menyangka kalau Ivander akan melamarnya dengan baik. Namun, ucapannya terlihat dipaksakan. "Kau sedang bersandiwara," sahut Lysia berusaha untuk mundur. Dia ta
"Jangan lakukan ini aku mohon," Isak Lysia. Ini adalah satu-satunya harta yang paling berharga, tidak bisa jika dia harus menyerahkannya kepada pria yang dia benci. Lysia punya pendirian tangguh yaitu, tidak akan menyerahkan mahkota berharga selain kepada suaminya sendiri. Ivander tidak menghiraukan dan langsung saja membuka kancing kemejanya satu persatu. Lysia langsung mendorong tubuh Ivander, membuat Ivander terkejut dan langsung mencekal kuat kakinya Lysia "Bisakah kau tenang? Kau akan tahu betapa nikmatnya surga dunia," jawab Ivander dengan seringai menakutkan. Lysia memejamkan mata, sungguh hal ini membuatnya merinding ketakutan. Tenaganya yang lemah tidak mungkin bisa untuk melawan hasr*t pria yang sudah meletup-letup. Bagaimana sekarang? Apakah semuanya akan berakhir? Ivander mencekal erat kedua tangan Lysia sambil men!ndh tubuh itu. Tidak peduli dengan teriakan Lysia yang terus menolak. Keringat bercampur dengan hasr*t yang sudah membuncah. Ivander sungguh akan melakuka