Share

Bab 7

Lysia tercengang, apa-apaan ini? Seorang pria tua memasuki kamar Lysia? Pria itu terlihat gendut dengan perut buncit yang memenuhi bagian kemejanya. Sial, melihat dari wajahnya … pria tua Bangka ini rupanya pelanggan yang ingin membeli Lysia malam ini.

Mami Breta terlihat sedikit kaku, dia melirik ke arah Lysia dan memberikan isyarat agar Lysia tersenyum.

'Sialnya Lysia masih belum siap, tapi pak Kusumo sudah datang. Semoga saja tidak ada masalah untuk ini,' dalam batin mami Breta.

"Pak Kusumo, ini adalah Lysia," ujar Mami Breta.

Pak Kusumo menatap dengan seringai aneh dan melecehkan Lysia. Memandangnya dari atas sampai bawah sambil mengusap-usap dagunya sendiri. Mungkin pria tua ini sedang berimajinasi hal lain.

Lysia mengatur nafasnya, rasanya ingin kabur memikirkan dirinya yang harus melayani pria hidung belang ini. Rasanya jijik dan muak melihat pria tua yang seharusnya menghabiskan waktu bersama dengan keluarga malah berada di tempat seperti ini dan memandangnya dengan tatapan merendahkan.

Pak Kusumo menaikan tangannya dan dia menyuruh mami Breta untuk meninggalkan dirinya dan Lysia berdua.

Mami Breta pun yang tidak menyangka dengan kedatangan pak Kusumo secara mendadak langsung saja pergi dari sana. Namun, sebelum mami Breta pergi, dia langsung berbisik pelan di samping telinga Lysia.

"Lysia, dia pelanggan yang begitu Royal, jangan kecewakan dia. Apalagi kau anak baru dan belum berpengalaman. Jadi, tugasmu hanya tinggal menuruti keinginannya. Kau harus paham apa yang harus kau lakukan." bisik mami Breta.

Lysia mengangguk pelan. Lalu, mami Breta pun pergi dari sana meninggalkan Lysia dan Pak Kusumo.

Saat ini Lysia dan Pak Kusumo saling tatap, lalu Lysia membuang muka karena tidak betah menatap lama-lama wajah pria tua itu. Lysia menatap penuh dengan kebencian tadi, sedangkan Pak Kusumo masih terus saja menatap Lysia dengan fantasi liarnya.

"Silahkan duduk dulu, Pak." suruh Lysia langsung menghindari Pak Kusumo dan meraih sisir di depan meja rias dengan kaku.

Pak Kusumo langsung saja hendak meraih tubuh Lysia, tapi Lysia langsung berbalik.

"Pak, maaf aku belum bisa menyiapkan diri. Eum mak-maksudku aku belum sempat berdandan cantik." Lysia memaksakan diri untuk tersenyum," Ku kira bapak tidak akan datang secepat ini."

"Rupanya kamu begitu cantik, Lysia. Melebihi foto yang si Breta berikan. Lebih baik aku persunting saja dirimu menjadi istri ke empatku," ungkap Pak Kusumo dan berhasil membuat Lysia ingin muntah.

"Istri keempat?"

Pak Kusumo tersenyum merendah, "ya istri ke empatku. Dengan begitu dirimu akan bebas dari tempat ini. Kau begitu berharga, jadi jangan sampai banyak orang yang akan mencicipi tubuhmu."

"Kenapa kau ingin mempersuntingku?" tanya Lysia merasa heran.

"Karena aku tertarik terhadapmu dalam satu kali tatapan saja. Ditambah, kau begitu menawan dan masih perawan. Belum ada orang yang menyentuhmu, jadi aku berminat untuk menikahimu."

Lysia tersenyum miris, "kau lebih layak untuk menjadi ayahku."

Pak Kusumo menjadi muram, dia kesal dengan jawaban Lysia. Walaupun memang dia sadar kalau dia sudah tua. Tapi ucapan Lysia membuatnya tersinggung.

"Jangan banyak bicara kalau begitu, layani saja aku sekarang," balas Pak Kusumo kesal.

Pak Kusumo mulai murka dan langsung terburu nafsu melihat paha mulus dan ramping milik Lysia. Dia pun melangkah dengan cepat untuk meraih tubuh itu.

Seketika Lysia merasa panik, sungguh dia tidak ingin kalau sampai di rampas barang berharganya oleh pria tua Bangka ini.

Pak Kusumo berhasil meraih tubuh Lysia dan hendak mendekatkan bibirnya di wajah Lysia. Namun, Lysia langsung meletakan ujung jari telunjuknya di bibir pria itu dan mengeluarkan suara yang mendayu.

"Pak, bisakah kita tidak terburu-buru? Aku memang belum mempunyai pengalaman, tapi setidaknya aku ingin memikirkan tawaran mu," bisik Lysia dengan manja.

Pak Kusumo melunak, dia tersenyum dan mengecup pipi Lysia.

"Rupanya kamu tertarik juga ya? Bagus, kalau begitu aku akan mengatakan kepada si Breta berapa biaya untuk membelimu selamanya," sahut Pak Kusumo.

Lysia dengan lembut mencoba melepaskan tangan Pak Kusumo yang melingkar di pinggangnya. Rasanya ingin menghabisi pria tua ini sekarang juga saat pria itu mengecup pipinya. Namun, ini adalah kesempatan yang tepat agar Lysia bisa melarikan diri.

"Pak … aku memang akan memikirkan tawaran mu … tapi, jangan bilang-bilang dulu kepada mami Breta. Buktikan dulu apa yang bisa Anda lakukan untukku."

"Maksudnya?" tanya Pak Kusumo.

Lysia tersenyum lembut, "Contohnya bawa aku keluar tempat ini dan membeli perhiasan untuk mahar kita?" ucap Lysia berkata lembut dan mendayu.

Pak Kusumo menatap Lysia. Dia adalah orang yang mempunyai harta berlimpah, jadi permintaan Lysia adalah permintaan yang kecil baginya.

"Oke … baiklah kalau memang kamu menginginkan itu. Mungkin kamu ragu kalau aku tidak akan memberikan mahar yang terbaik untukmu ya, kamu tidak perlu cemas. Aku akan membawamu berbelanja sekarang juga."

Lysia bisa menarik nafas lega saat Pak Kusumo langsung berbalik dan melepaskan tangan yang melingkar di pinggangnya.

'Oh Lysia tahan dirimu jangan sampai gagal dalam akting ini. Tetaplah bersikap anggun agar kau bisa keluar dari rumah ini.' dalam batin Lysia.

"Ayo kita pergi," ajak Pak Kusumo, sambil menyodorkan lengannya kepada Lysia untuk diraih.

Lysia menarik sebuah jaket yang tergantung di atas dinding. Lalu, meraih tangan Pak Kusumo. Mereka pun berjalan bergandengan tangan bersama.

"Hai Mami, Pak Kusumo mengajakku untuk berjalan-jalan keluar menemaninya," ucap Lysia kepada Breta yang ada di tempat Bar. Suasananya begitu ramai, bahkan Lysia pun harus berucap keras agar Mami Breta bisa mendengarnya.

"Kau tidak bisa keluar dari sini, kau anak baru dan masih dalam tahap pengawasan," jawab Breta.

Lysia memajukan bibirnya, dan menatap Pak Kusumo dengan manja. Dia ingin Pak Kusumo berbuat sesuatu. Pokoknya, Lysia harus bisa keluar bersama Pak Kusumo sekarang juga.

Pak Kusumo pun paham dan langsung berkata kepada Breta. "Akan aku tambah bayarannya kalau kau mengizinkan Lysia pergi denganku sebentar. Langsung sekarangku transfer kepadamu."

Breta yang memang gila uang pun langsung memperbolehkan Lysia dan Kusumo pergi dari sana. Dia sampai lupa kalau memang Ivander menyuruhnya agar menjaga Lysia dengan ketat dan jangan sampai bisa keluar rumah Bordil ini.

Breta pun melihat layar ponselnya saat menerima kiriman uang yang langsung hinggap di rekeningnya.

"Masa bodo lah, Bos Ivander tidak akan tahu kalau Lysia keluar dari sini sebentar. Wong dia juga akan balik lagi nanti. Yang terpenting adalah uang ini sudah mendarat dengan selamat di dalam m-banking milikku," monolog Breta saat Lysia dan Pak Kusumo sudah pergi.

Di luar rumah Bordil, Lysia merasa gerah dan langsung melepaskan cengkraman tangannya yang memegang lengan Pak Kusumo.

"Ayo, Sayang …" ajak Pak Kusumo.

Lysia yang celingukan melihat sekeliling untuk lari, tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan dua pengawal yang menjaga rumah Bordil ini.

"Mau kemana Nona Lysia?" tanya pengawal itu.

Lysia menelan salivanya sendiri. Tidak menyangka bahwa semua orang bawahan Ivander akan mengetahui namanya.

"Saya akan menemani Pelanggan," jawab Lysia kembali menarik lengan Pak Kusumo.

"Anda tidak bisa pergi!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status