Share

Bayangan yang Mengintai

Penulis: THANISA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-14 21:16:55

Di koridor lantai dua, salah satu pelayan lama—Rhea—berjalan dengan langkah ringan, membawa baki kosong seolah barusan mengantar teh. Senyumnya lembut seperti biasa, tapi mata yang tersembunyi di balik poni jatuh itu menyimpan bara kesal yang tak bisa padam.

Tadi, dari celah pintu kaca, ia melihat Leon sedikit menunduk, mengusap kepala Elera dengan lembut. Elera tertawa kecil, sementara Leon terlihat… bahagia.

Bahagia.

Rhea hampir membanting baki saat itu juga.

Ia mempercepat langkah, masuk ke ruang utilitas kecil, menutup pintu, dan menarik keluar ponsel burner yang disembunyikan di balik lapisan sarung tangan kerjanya.

Sebuah pesan terenkripsi sudah menunggu.

“Status Leon Santiago?”

Jemari Rhea menari cepat.

“Dalam keadaan lengah. Terlalu sibuk menjaga perempuan itu.”

Balasan datang hanya beberapa detik kemudian, pendek tapi padat:

“Bagus. Tetap di dalam. Perintah berikutnya segera menyusul.”

Rhea menggigit bibir, antara puas dan frustrasi. Semua orang di mansion mengira dia hanyala
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Saat Semua Terlihat Tenang

    Pagi datang dengan cahaya yang jinak.Tidak ada sirine. Tidak ada alarm. Tidak ada langkah tergesa.Seolah ledakan kemarin hanyalah mimpi buruk yang sudah dikubur rapi oleh matahari.Elera berdiri di dapur, rambutnya diikat seadanya, masih mengenakan kemeja rumah. Bayi kembar terlelap di baby cribportabel, napas mereka naik turun pelan—sinkron, damai. Alfa duduk di lantai, menyusun balok kayu sambil bersenandung lagu yang entah ia dengar dari mana.Leon masuk membawa dua cangkir teh. Ia meletakkan satu di depan Elera tanpa bicara—gerakan yang sudah menjadi kebiasaan lama, bahasa sunyi di antara mereka.“Kamu belum tidur,” kata Elera pelan.Leon mengangkat bahu. “Aku tidur nanti.”Elera menatapnya lama, lalu meraih tangannya. “Jangan hilang.”Leon menunduk, menyentuhkan dahinya ke dahi Elera. “Aku di sini.”Di sudut ruangan, Kai duduk di sofa, kaki diselonjorkan, terlihat jauh lebih baik dari beberapa minggu lalu. Wajahnya masih pucat, tapi matanya hidup—terlalu hidup untuk orang yang

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Di Antara Celoteh dan Api

    Pagi itu berjalan terlalu normal.Bahkan mencurigakan.Elera duduk di ruang makan dengan secangkir kopi yang akhirnya bisa ia minum selagi hangat—kemewahan kecil bagi ibu tiga anak dan dokter bedah dengan jadwal gila. Bayi kembar berada di baby chair, tangan kecil mereka sibuk memukul meja sambil mengeluarkan suara tidak jelas yang terdengar seperti debat serius.“Ba-ba-ba,”“Da!”Alfa berdiri di depan mereka seperti pembawa acara televisi.“Tenang, satu-satu ya. Gantian ngomong.”Kai duduk bersandar di kursi, masih dengan penyangga ringan di pinggang, menonton sambil tersenyum.“Dia bakal jadi diplomat atau jenderal kecil. Tidak ada opsi lain.”Leon masuk membawa piring. “Atau pengacara. Suaranya sudah seperti berdebat tanpa data.”Elera menoleh, senyum kecil muncul. “Jangan merusak momen keluarga dengan trauma profesimu.”Leon mendekat, mencium kening Elera cepat—gerakan kecil, tapi penuh makna.“Kamu kelihatan capek.”Elera mengangkat bahu. “Capek bahagia.”Leon tersenyum. “Itu cap

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Dendam yang Pernah Dikubur

    Lampu merah di layar ruang kontrol akhirnya padam, berganti hijau satu per satu. Sistem kembali stabil. Terlalu cepat untuk disebut aman, terlalu tenang untuk dipercaya.Leon berdiri tanpa bicara, kedua tangannya bertumpu di meja. Rahangnya mengeras, tapi matanya dingin—bukan panik, bukan marah. Ini wajah seseorang yang sedang mengunci semua emosinya demi satu tujuan: melindungi.Dante memecah sunyi.“Pesan itu datang dari server bayangan. Sengaja ditinggalkan. Mereka ingin kita tahu… mereka masih ada.”Leon mengangguk pelan. “Aku tahu.”Lalu, lebih pelan lagi, hampir seperti gumaman, “Dan mereka ingin aku bereaksi.”Kai menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Dan kamu tidak akan memberi mereka kepuasan itu, kan?”Leon meliriknya sekilas. “Tidak malam ini.”~~~~Lampu merah di layar ruang kontrol akhirnya padam, berganti hijau satu per satu. Sistem kembali stabil. Terlalu cepat untuk disebut aman, terlalu tenang untuk dipercaya.Leon berdiri tanpa bicara, kedua tangannya bertumpu di meja. Ra

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Gelombang Pertama

    Asap sudah mulai menipis, tapi atmosfer mansion tetap tebal dengan rasa waspada.Leon berdiri di tengah lorong, bahunya sedikit tegang, napasnya sudah kembali stabil—tapi matanya menyala seperti seseorang yang baru saja diusik di wilayahnya.Dante muncul dari balik pilar dengan tablet di tangan, langkahnya tajam.“Leon,” katanya, suara rendah. “Ada sesuatu yang lebih buruk dari sekadar penyusup.”Leon menatapnya. “Katakan.”“Jalur listrik koridor timur sempat mati selama tiga detik sebelum ledakan. Itu bukan kebetulan. Itu sinyal.”Leon mengerutkan kening. “Sinyal untuk siapa?”Dante melirik layar, jari-jarinya bergerak cepat. “Untuk orang di luar. Untuk memastikan mereka tahu kita sedang teralihkan.”Sementara itu, Elera di ruang tengah menidurkan bayi kembar yang mulai rewel, sementara Alfa duduk memeluk kakinya, matanya gelisah.“Mommy… itu tadi suara apa?” tanya Alfa pelan.Elera menepuk punggungnya lembut. “Hanya sesuatu yang papa sedang tangani. Tidak apa, sayang.”Nada suaranya

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Semakin Dekat

    Mansion Santiago pagi itu terasa lebih sunyi dari biasanya.Hanya suara langkah Leon yang berat, dentingan piring dari dapur, dan tawa kecil Alfa yang melintasi koridor.Alfa sedang “menyerang” Kai dengan tumpukan bantal sambil berteriak,“Serang, Paman Kai! Serang!”Kai tertawa terbahak-bahak, berusaha menangkis bantal-bantal itu.Elera menatap pemandangan itu sambil menahan senyum. Matanya lelah, tapi hatinya hangat.“Lihat ini,” gumamnya, “anak-anak ini bisa bikin kita lupa perang sebentar.”Leon, yang baru saja memeriksa laporan dari Dante, tersenyum tipis—hanya terlihat dari sudut matanya.Dia melangkah mendekati Elera, menaruh tangan di bahunya, lembut.“Kalau kamu lelah… istirahatlah. Aku yang akan jaga semuanya.”Elera menatapnya, tersentuh, tapi segera sadar—tidak ada waktu untuk terlalu larut dalam kelembutan itu.“Sepertinya… kita akan butuh semua energi hari ini,” katanya pelan.~~~Siang itu suasana mulai berubah.Dante menemukan pola baru di data cyber: ada jejak digital

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Langkah Pertama Menuju Kekacauan

    Pagi di mansion Santiago selalu terasa lebih tenang daripada yang seharusnya. Cahaya matahari menyelinap dari celah tirai, menimpa lantai marmer yang dingin, seolah tak sadar kalau rumah itu sedang dipagari ancaman.Elera datang dari dapur dengan mug kopi, rambut masih sedikit berantakan, mata cekung karena semalaman begadang bersama Leon, Dante, dan yang lain.Kai sudah di ruang tengah, duduk dengan selimut di pangkuannya. “Pagi,” katanya sambil tersenyum kecil. “Jangan bilang kamu belum tidur?”Elera mendesah. “Setengah tidur. Leon masih ngotot baca semua laporan.”Dante muncul dari arah kantor Leon, mata merah karena kurang tidur. “Dia lagi mandi. Dan dia ngeluh airnya terlalu panas. Which is weird, karena itu suhu normal.”Maya muncul menyusul, menyeruput teh. “Itu bukan air panas. Itu mood-nya.”Kai terkekeh pelan. “Leon lagi mode siap perang.”“Yup.” Maya menepuk pundak Kai. “Kamu jangan ikutan mode perang. Kamu masih dalam mode ‘jangan bikin dokter bedah marah’.”“Aku nggak nga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status