
Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya
Elara tidak pernah menyangka bahwa keahliannya sebagai dokter akan menyeretnya ke dalam dunia yang penuh bahaya. Suatu malam, ia dipaksa menyelamatkan seorang pria yang sekarat—Leon, pemimpin mafia yang kejam dan tak kenal ampun.
Bukan hanya nyawa pria itu yang berada di tangannya, tapi juga takdirnya sendiri. Karena setelah insiden itu, Leonardo tidak bisa membiarkannya pergi begitu saja.
“Menikahlah denganku, atau aku pastikan kau tidak akan pernah merasa aman lagi.”
Elara tahu pernikahan ini bukan karena cinta, melainkan paksaan. Ia hanya ingin hidupnya kembali normal, tetapi Leonardo memiliki alasan lain. Sebagai mafia, ia tidak bisa membiarkan seorang saksi bebas, terlebih seseorang yang telah menyentuh batas antara hidup dan matinya.
Namun, semakin lama mereka bersama, semakin sulit bagi Leonardo untuk mengabaikan keberadaan Elara. Kebaikan dan keteguhan hati perempuan itu perlahan menembus tembok yang telah ia bangun selama ini. Tapi di dunia mafia, perasaan adalah kelemahan yang bisa berujung kehancuran.
Ketika musuh mulai mengendus identitas Elara, pernikahan rahasia mereka menjadi target yang berbahaya. Di tengah pengkhianatan, darah, dan rahasia yang lebih dalam dari yang ia bayangkan, Elara harus memilih—bertahan di sisi pria yang berbahaya atau melarikan diri meskipun tahu ia tak akan pernah benar-benar bebas.
Basahin
Chapter: Dokter Gila dan Pasien Paling MembandelSuasana ruang rawat intensif itu cukup tenang. Suara mesin pemantau detak jantung berdetik pelan, aroma antiseptik masih memenuhi udara. Di kursi sebelah tempat tidur, Elera duduk dengan clipboard di tangan, alisnya mengerut. Maya baru saja keluar, menyerahkan pemeriksaan terakhir kepada Elera.Kai hanya bisa menyeringai tipis dari tempat tidur, meski tubuhnya masih lemah dan luka-lukanya belum sepenuhnya pulih. Namun tatapan Elera yang seperti laser membuat senyumannya perlahan memudar.Elera mengangkat selimut pasien dengan kasar dan mulai memeriksa area bekas operasi. Tangannya terlatih dan tegas, namun tekanan jarinya kadang sengaja lebih keras dari seharusnya."Sakit, ya? Bagus." katanya datar.Kai meringis. "Kau memeriksaku atau menyiksaku, Elera?""Keduanya." jawab Elera tanpa menoleh. "Dan kau pantas mendapatkannya."Dia menulis beberapa catatan, lalu menatap langsung ke wajah Kai."Kau itu bodoh. Gila. Tidak punya insting bertahan hidup. Apa kau tahu berapa banyak pembuluh da
Huling Na-update: 2025-07-22
Chapter: Akhirnya, Sebuah SuaraSatu bulan telah berlalu sejak malam penuh kecemasan itu. Luka di tubuh Leon sudah pulih sepenuhnya, namun luka yang menganga di hatinya belum benar-benar sembuh. Meski kesehariannya tampak seperti biasa—memimpin, merancang strategi, dan menyusun langkah balasan—tetapi setiap malam, hatinya tetap tertambat pada satu sosok: Kai.Malam itu, langit di luar mansion begitu tenang. Hujan turun ringan, mengetuk-ngetuk jendela kamar tempat Kai masih terbaring dalam tidur panjangnya.Leon masuk pelan, langkahnya nyaris tak bersuara. Di dalam ruangan, lampu remang membuat suasana terasa lebih intim. Kai masih di sana, seolah tertidur biasa, dengan selimut rapi dan mesin-mesin medis yang menjaganya tetap bernapas.Leon mendekat. Ia menarik kursi, lalu duduk di sisi ranjang, menatap wajah lelaki itu lama—wajah yang dulu begitu cerewet, begitu penuh nyinyiran tajam tapi juga tawa yang tak pernah gagal mencairkan ketegangan. Pelan-pelan, Leon membungkuk, menyandarkan kepala di sisi ranjang, tepat d
Huling Na-update: 2025-07-21
Chapter: kakakMalam itu turun perlahan di atas mansion Santiago. Langit berwarna ungu tua dengan semburat jingga terakhir tergantung di ujung cakrawala. Di salah satu kamar yang tenang, Elera duduk bersandar di headboard tempat tidur, mengenakan daster hangat sambil menyusui salah satu bayi mereka yang mulai mengantuk. Bayi satunya sudah tertidur di ranjang kecil di sebelah tempat tidur mereka, napasnya teratur dan tenang.Pintu kamar terbuka pelan. Leon masuk dengan langkah berat, seakan beban dunia tergantung di pundaknya. Matanya sembab meski ia mencoba menyembunyikannya, rambutnya sedikit acak-acakan, dan ia masih mengenakan kemeja tanpa dikancingkan penuh, seolah bergegas keluar beberapa jam lalu dan tak sempat merapikan diri.Elera menatapnya pelan. “Sayang… sudah pulang?”Leon tidak menjawab. Ia hanya berjalan menuju ranjang, duduk di tepi, dan menunduk—bahunya turun naik menahan napas yang berat.Elera segera memindahkan si kecil yang sudah mengantuk ke boks, lalu meraih Leon. Ia menggengga
Huling Na-update: 2025-07-08
Chapter: Gerakan PertamaSuasana di kamar Kai masih tenang seperti biasanya, hanya ditemani suara detak alat pemantau dan bisikan lembut angin dari jendela yang sedikit terbuka. Tirai bergoyang pelan, menciptakan bayangan samar di dinding, seolah waktu sendiri tengah menanti.Di sisi ranjang, Rachele duduk dengan tubuh sedikit condong ke depan, dagunya bertumpu pada tangan yang disilangkan di atas lutut. Rambutnya diikat asal, jaket medis dilipat rapi di kursi belakangnya. Sudah berapa lama dia duduk di sana? Entahlah. Tapi setiap kali ada waktu luang—dan kadang bahkan saat seharusnya dia tidak punya waktu—Rachele akan kembali ke ruangan ini.Memandangi Kai."Sudah cukup tidur, Dokter Sok Jenius…" gumamnya pelan. “Kalau kau terus begini, aku yang akan jadi gila.”Jari-jarinya menggenggam ringan tangan Kai yang dingin. Rachele menghela napas dan memejamkan mata sejenak, mencoba mengusir rasa letih dan… takut. Tapi saat ia hampir menarik tangannya kembali, tiba-tiba jari Kai bergerak.Sedikit. Hampir tak kentara
Huling Na-update: 2025-07-06
Chapter: Waktu untuk MembalasPagi itu di mansion Santiago, udara terasa lebih tenang. Tidak ada lagi suara tangis yang menyesakkan, tak ada langkah tergesa yang menggema di lorong. Namun di balik ketenangan itu, dua pria yang pernah hampir kehilangan segalanya tengah menyusun langkah balasan.Leon duduk tegak di ruang kendali, mengenakan kemeja hitam yang kontras dengan kulitnya yang belum sepenuhnya pulih. Meski tubuhnya masih menyimpan bekas luka, sorot matanya kembali tajam—penuh kendali, penuh rencana.Dante berdiri di sebelahnya, dikelilingi layar-layar besar yang menampilkan data, peta digital, rekaman tersembunyi, dan catatan lama yang telah dibongkar kembali. Tangannya lincah mengetik di atas keyboard, sementara matanya menyisir jejak yang tertinggal dari pergerakan Sergio.“Tiga jalur pengiriman terakhir milik mereka sudah kukaji,” ucap Dante tanpa melepaskan pandangan dari layar. “Dua palsu. Tapi yang satu ini—” ia mengetuk titik merah yang berkedip di peta, “—mengarah ke gudang tempat kau ditahan. Jeja
Huling Na-update: 2025-07-05
Chapter: Dua Minggu Tanpa KaiSudah lebih dari dua minggu sejak mereka kembali ke mansion Santiago.Leon kini pulih hampir sepenuhnya. Bekas luka di tubuhnya masih membekas, tapi jiwanya telah bangkit. Tak ada waktu untuk terbaring lebih lama. Setiap malam ia berdiri di ruang kendali bersama Dante dan Rafael, memeriksa rekaman, melacak jejak, menyusun ulang peta kekuatan, mencari titik kelemahan musuh.“Tak mungkin Sergio bergerak sendiri. Ada jaringan baru di bawah tanah yang kita belum tahu,” gumam Leon saat berdiri di depan papan besar penuh peta dan kabel penghubung antar-foto.Rafael mengangguk. “Kemungkinan mereka menyusup ke salah satu jalur lama yang dulu sempat ditutup ayahmu. Aku akan ke medan. Cek langsung.”Leon mengangguk pelan. “Hati-hati.”Namun tak peduli seberapa dalam dia menyelam ke perang rahasia ini, tak peduli seberapa sering dia mengulang-ulang briefing dan menggeledah dokumen lama...Satu hal tetap mengganggu pikirannya.Kai. Masih belum bangun.Setiap malam, Leon menyempatkan diri masuk ke
Huling Na-update: 2025-06-29
Chapter: FireboundLucien came back to camp bloodied. Not broken—but close. They found him outside the southern ridge at dawn, barely conscious, clothes torn and burned from shadowflame. His return was a warning, not a victory. Alya didn’t wait for healers. She ran to him the second the horns sounded. He was on one knee, head bowed, leaning on the pommel of a blade he’d somehow reclaimed. His eyes lifted when she reached him—and her heart nearly cracked at the sight. But he smiled. “Miss me?” She slapped him. Then she pulled him into her arms. --- He slept for a full day and night, fevered and murmuring in tongues that hadn’t been spoken in centuries. Alya sat by his side the entire time, watching the lines of his face shift with every dream. When he finally stirred, the tent was silent. The camp outside hushed in the lull between dusk and full dark. Alya was seated beside the cot, fingers resting on the hilt of her blade, eyes half-closed in thought. Lucien turned toward her, his voice hoa
Huling Na-update: 2025-07-07
Chapter: The Gathering StormThe message arrived by fire.A raven—its wings black as pitch, eyes burning red—burst into their campfire at dusk. It shrieked once, then dropped dead at Alya’s feet, its feathers curling into ash.Within the ashes: a sigil.A broken crown.Lucien’s face went pale.“That’s the mark of the Oathless.”Alya crouched, brushing soot from the sigil. “Who are they?”He hesitated. “They were once your queen’s guard. Before the Severing. Sworn to protect the bloodline… until the day they turned on it.”“Why?”“Because they followed her,” he said. “Your twin.”They moved quickly after that.Every step south was colder than it should’ve been. The forests grew quieter. The sky darker, even in daylight. Magic pulsed beneath the ground now—uneasy, disrupted.The twin was gathering power. And she wasn’t hiding anymore.They needed allies.And fast.Lucien suggested an old name: Eryth Hollow—a former stronghold buried in the cliffs beyond the Ebon Fields. A place once loyal to the throne.But when th
Huling Na-update: 2025-07-07
Chapter: Shadows of the CrownThe silence after the storm felt unnatural.The kind of silence that listened back.Alya walked the perimeter of the ruins with the blade strapped to her back and a storm behind her ribs. Lucien trailed her at a respectful distance, no longer speaking unless spoken to. After everything—the memories, the betrayal, the confession—they were in a fragile balance. Bound by past lifetimes and choices no one should’ve had to make.But there was still trust.Or at least… the shape of it, trying to form again.That night, Alya couldn’t sleep. The sword hummed softly at her side, restless. So she wandered, deeper into the hollow earth, drawn by a feeling she couldn’t name.Lucien found her an hour later.“You’re not supposed to be this deep without me,” he said quietly, stepping beside her.“I couldn’t sleep.”“Nightmares?”“No,” she said. “A pull.”She stopped at a sealed doorway half-swallowed by collapsed stone. Runes shimmered faintly beneath the dust, different from the ones she’d seen bef
Huling Na-update: 2025-06-28
Chapter: Blood of the HollowThe shadows came fast—limbs that weren’t entirely solid, snarling mouths with too many teeth. Creatures not born of flesh, but of memory and curse. Guardians of the sword. Bound to destroy any who touched it… unless the heir proved herself worthy.Alya didn’t hesitate.The blade in her hand felt like fire and starlight, like vengeance wrapped in steel. As one of the beasts lunged, she pivoted on instinct, the sword arcing through the air with a scream of power. The thing shattered mid-leap—splintering into black smoke.Lucien had drawn his own blades, back pressed to hers.“This isn’t a test,” he growled, parrying another creature’s strike. “This is punishment.”“For what?” she shouted, slashing through another shadow that howled in a forgotten language.“For surviving,” he answered darkly.The chamber trembled around them. Runes on the walls flared, reacting to the blood now dripping from Lucien’s arm.The shadows weren’t retreating. They were circling.Alya felt the pull deep in her
Huling Na-update: 2025-06-26
Chapter: The Marked OnesThe first body appeared two days after the Rite.A hunter from the village south of the ghostline—throat torn, eyes wide, skin branded with a rune Alya had only seen in her dreams.Three jagged lines. One horizontal slash.A mark of war.Lucien said nothing when she touched the body. He didn’t have to. His silence was tight, deliberate. Calculating.“This wasn’t the King,” Alya said quietly, rising to her feet. “This was something else.”Lucien nodded once. “It’s a calling card.”She narrowed her eyes. “You know who it belongs to.”He hesitated for half a breath.Then, “The Marked Ones.”She stiffened. “I thought they were extinct.”“They were,” he said. “Until you woke up.”---That night, the house felt colder. Not haunted—but watched.Lucien paced near the front windows, every movement taut. Alya sat at the kitchen table, fingers tracing the rune she’d seen scorched into flesh.“They’re bloodline assassins,” he explained finally. “Trained to kill heirs. Trained to kill you.”“Whose
Huling Na-update: 2025-06-24
Chapter: What the Blood RemembersAlya had started sleepwalking.Not every night.Just the ones where the moon hung too red and the ring on her finger burned too cold.She’d wake on the edge of the forest, barefoot and shivering, hands stained with dirt she didn’t remember touching. Once, Lucien found her standing by the well behind the house, murmuring words in a language neither of them recognized—until he did.It was Old Tongue. Royal vampire dialect.Dead for centuries.He never told her she was speaking it.Just wrapped a cloak around her shoulders and said, “Come back to me.”And she always did.---But it wasn’t just the sleepwalking.It was the way the memories crept in now, like ink bleeding through old parchment.Her grandmother’s death. The key. The mansion. The ring. The King.They had all been doorways, pieces of a puzzle she hadn't known she was solving.But now… now she remembered things she’d never lived.The scent of blood-soaked roses.The taste of iron wine from a silver cup.A name she had once ans
Huling Na-update: 2025-06-22