
Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya
Elara tidak pernah menyangka bahwa keahliannya sebagai dokter akan menyeretnya ke dalam dunia yang penuh bahaya. Suatu malam, ia dipaksa menyelamatkan seorang pria yang sekarat—Leon, pemimpin mafia yang kejam dan tak kenal ampun.
Bukan hanya nyawa pria itu yang berada di tangannya, tapi juga takdirnya sendiri. Karena setelah insiden itu, Leonardo tidak bisa membiarkannya pergi begitu saja.
“Menikahlah denganku, atau aku pastikan kau tidak akan pernah merasa aman lagi.”
Elara tahu pernikahan ini bukan karena cinta, melainkan paksaan. Ia hanya ingin hidupnya kembali normal, tetapi Leonardo memiliki alasan lain. Sebagai mafia, ia tidak bisa membiarkan seorang saksi bebas, terlebih seseorang yang telah menyentuh batas antara hidup dan matinya.
Namun, semakin lama mereka bersama, semakin sulit bagi Leonardo untuk mengabaikan keberadaan Elara. Kebaikan dan keteguhan hati perempuan itu perlahan menembus tembok yang telah ia bangun selama ini. Tapi di dunia mafia, perasaan adalah kelemahan yang bisa berujung kehancuran.
Ketika musuh mulai mengendus identitas Elara, pernikahan rahasia mereka menjadi target yang berbahaya. Di tengah pengkhianatan, darah, dan rahasia yang lebih dalam dari yang ia bayangkan, Elara harus memilih—bertahan di sisi pria yang berbahaya atau melarikan diri meskipun tahu ia tak akan pernah benar-benar bebas.
Read
Chapter: Di Antara Celoteh dan ApiPagi itu berjalan terlalu normal.Bahkan mencurigakan.Elera duduk di ruang makan dengan secangkir kopi yang akhirnya bisa ia minum selagi hangat—kemewahan kecil bagi ibu tiga anak dan dokter bedah dengan jadwal gila. Bayi kembar berada di baby chair, tangan kecil mereka sibuk memukul meja sambil mengeluarkan suara tidak jelas yang terdengar seperti debat serius.“Ba-ba-ba,”“Da!”Alfa berdiri di depan mereka seperti pembawa acara televisi.“Tenang, satu-satu ya. Gantian ngomong.”Kai duduk bersandar di kursi, masih dengan penyangga ringan di pinggang, menonton sambil tersenyum.“Dia bakal jadi diplomat atau jenderal kecil. Tidak ada opsi lain.”Leon masuk membawa piring. “Atau pengacara. Suaranya sudah seperti berdebat tanpa data.”Elera menoleh, senyum kecil muncul. “Jangan merusak momen keluarga dengan trauma profesimu.”Leon mendekat, mencium kening Elera cepat—gerakan kecil, tapi penuh makna.“Kamu kelihatan capek.”Elera mengangkat bahu. “Capek bahagia.”Leon tersenyum. “Itu cap
Last Updated: 2025-12-16
Chapter: Dendam yang Pernah DikuburLampu merah di layar ruang kontrol akhirnya padam, berganti hijau satu per satu. Sistem kembali stabil. Terlalu cepat untuk disebut aman, terlalu tenang untuk dipercaya.Leon berdiri tanpa bicara, kedua tangannya bertumpu di meja. Rahangnya mengeras, tapi matanya dingin—bukan panik, bukan marah. Ini wajah seseorang yang sedang mengunci semua emosinya demi satu tujuan: melindungi.Dante memecah sunyi.“Pesan itu datang dari server bayangan. Sengaja ditinggalkan. Mereka ingin kita tahu… mereka masih ada.”Leon mengangguk pelan. “Aku tahu.”Lalu, lebih pelan lagi, hampir seperti gumaman, “Dan mereka ingin aku bereaksi.”Kai menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Dan kamu tidak akan memberi mereka kepuasan itu, kan?”Leon meliriknya sekilas. “Tidak malam ini.”~~~~Lampu merah di layar ruang kontrol akhirnya padam, berganti hijau satu per satu. Sistem kembali stabil. Terlalu cepat untuk disebut aman, terlalu tenang untuk dipercaya.Leon berdiri tanpa bicara, kedua tangannya bertumpu di meja. Ra
Last Updated: 2025-12-15
Chapter: Gelombang PertamaAsap sudah mulai menipis, tapi atmosfer mansion tetap tebal dengan rasa waspada.Leon berdiri di tengah lorong, bahunya sedikit tegang, napasnya sudah kembali stabil—tapi matanya menyala seperti seseorang yang baru saja diusik di wilayahnya.Dante muncul dari balik pilar dengan tablet di tangan, langkahnya tajam.“Leon,” katanya, suara rendah. “Ada sesuatu yang lebih buruk dari sekadar penyusup.”Leon menatapnya. “Katakan.”“Jalur listrik koridor timur sempat mati selama tiga detik sebelum ledakan. Itu bukan kebetulan. Itu sinyal.”Leon mengerutkan kening. “Sinyal untuk siapa?”Dante melirik layar, jari-jarinya bergerak cepat. “Untuk orang di luar. Untuk memastikan mereka tahu kita sedang teralihkan.”Sementara itu, Elera di ruang tengah menidurkan bayi kembar yang mulai rewel, sementara Alfa duduk memeluk kakinya, matanya gelisah.“Mommy… itu tadi suara apa?” tanya Alfa pelan.Elera menepuk punggungnya lembut. “Hanya sesuatu yang papa sedang tangani. Tidak apa, sayang.”Nada suaranya
Last Updated: 2025-12-10
Chapter: Semakin DekatMansion Santiago pagi itu terasa lebih sunyi dari biasanya.Hanya suara langkah Leon yang berat, dentingan piring dari dapur, dan tawa kecil Alfa yang melintasi koridor.Alfa sedang “menyerang” Kai dengan tumpukan bantal sambil berteriak,“Serang, Paman Kai! Serang!”Kai tertawa terbahak-bahak, berusaha menangkis bantal-bantal itu.Elera menatap pemandangan itu sambil menahan senyum. Matanya lelah, tapi hatinya hangat.“Lihat ini,” gumamnya, “anak-anak ini bisa bikin kita lupa perang sebentar.”Leon, yang baru saja memeriksa laporan dari Dante, tersenyum tipis—hanya terlihat dari sudut matanya.Dia melangkah mendekati Elera, menaruh tangan di bahunya, lembut.“Kalau kamu lelah… istirahatlah. Aku yang akan jaga semuanya.”Elera menatapnya, tersentuh, tapi segera sadar—tidak ada waktu untuk terlalu larut dalam kelembutan itu.“Sepertinya… kita akan butuh semua energi hari ini,” katanya pelan.~~~Siang itu suasana mulai berubah.Dante menemukan pola baru di data cyber: ada jejak digital
Last Updated: 2025-12-08
Chapter: Langkah Pertama Menuju KekacauanPagi di mansion Santiago selalu terasa lebih tenang daripada yang seharusnya. Cahaya matahari menyelinap dari celah tirai, menimpa lantai marmer yang dingin, seolah tak sadar kalau rumah itu sedang dipagari ancaman.Elera datang dari dapur dengan mug kopi, rambut masih sedikit berantakan, mata cekung karena semalaman begadang bersama Leon, Dante, dan yang lain.Kai sudah di ruang tengah, duduk dengan selimut di pangkuannya. “Pagi,” katanya sambil tersenyum kecil. “Jangan bilang kamu belum tidur?”Elera mendesah. “Setengah tidur. Leon masih ngotot baca semua laporan.”Dante muncul dari arah kantor Leon, mata merah karena kurang tidur. “Dia lagi mandi. Dan dia ngeluh airnya terlalu panas. Which is weird, karena itu suhu normal.”Maya muncul menyusul, menyeruput teh. “Itu bukan air panas. Itu mood-nya.”Kai terkekeh pelan. “Leon lagi mode siap perang.”“Yup.” Maya menepuk pundak Kai. “Kamu jangan ikutan mode perang. Kamu masih dalam mode ‘jangan bikin dokter bedah marah’.”“Aku nggak nga
Last Updated: 2025-12-07
Chapter: SERANGAN PERINGATANSore itu langit mulai temaram, warna oranye memudar jadi ungu muda. Elera baru saja keluar dari ruang dokter, seragam putihnya masih rapi, rambutnya diikat rendah. Dia kembali bekerja setelah cuti panjang—dan semua orang di rumah sakit menyambutnya seolah ia kembali membawa cahaya.Yang tidak ia sadari… adalah bayangan yang menunggu di luar.Elera berjalan menuju parkiran gedung, tas selempang digantungkan di bahunya. Udara dingin menusuk, tapi pikirannya masih tertinggal di pasien terakhir yang ia tangani. Ia membuka ponsel—ada pesan dari Leon:“Sudah selesai? Mau aku jemput?”Elera tersenyum kecil. Ia mengetik:“Tidak usah. Aku bisa—”BRAK!Sebuah motor hitam melaju dari arah gelap, berhenti mendadak tepat di depan jalannya. Dua pria turun, wajah tertutup masker dan helm. Elera refleks mundur, tubuhnya otomatis mengambil posisi bertahan.“Serius?” gumamnya, dingin. “Baru satu hari balik kerja.”Salah satu lelaki melangkah maju.Ia tidak bicara. Hanya menyodorkan amplop cokelat ke ar
Last Updated: 2025-12-05
Chapter: FireboundLucien came back to camp bloodied. Not broken—but close. They found him outside the southern ridge at dawn, barely conscious, clothes torn and burned from shadowflame. His return was a warning, not a victory. Alya didn’t wait for healers. She ran to him the second the horns sounded. He was on one knee, head bowed, leaning on the pommel of a blade he’d somehow reclaimed. His eyes lifted when she reached him—and her heart nearly cracked at the sight. But he smiled. “Miss me?” She slapped him. Then she pulled him into her arms. --- He slept for a full day and night, fevered and murmuring in tongues that hadn’t been spoken in centuries. Alya sat by his side the entire time, watching the lines of his face shift with every dream. When he finally stirred, the tent was silent. The camp outside hushed in the lull between dusk and full dark. Alya was seated beside the cot, fingers resting on the hilt of her blade, eyes half-closed in thought. Lucien turned toward her, his voice hoa
Last Updated: 2025-07-07
Chapter: The Gathering StormThe message arrived by fire.A raven—its wings black as pitch, eyes burning red—burst into their campfire at dusk. It shrieked once, then dropped dead at Alya’s feet, its feathers curling into ash.Within the ashes: a sigil.A broken crown.Lucien’s face went pale.“That’s the mark of the Oathless.”Alya crouched, brushing soot from the sigil. “Who are they?”He hesitated. “They were once your queen’s guard. Before the Severing. Sworn to protect the bloodline… until the day they turned on it.”“Why?”“Because they followed her,” he said. “Your twin.”They moved quickly after that.Every step south was colder than it should’ve been. The forests grew quieter. The sky darker, even in daylight. Magic pulsed beneath the ground now—uneasy, disrupted.The twin was gathering power. And she wasn’t hiding anymore.They needed allies.And fast.Lucien suggested an old name: Eryth Hollow—a former stronghold buried in the cliffs beyond the Ebon Fields. A place once loyal to the throne.But when th
Last Updated: 2025-07-07
Chapter: Shadows of the CrownThe silence after the storm felt unnatural.The kind of silence that listened back.Alya walked the perimeter of the ruins with the blade strapped to her back and a storm behind her ribs. Lucien trailed her at a respectful distance, no longer speaking unless spoken to. After everything—the memories, the betrayal, the confession—they were in a fragile balance. Bound by past lifetimes and choices no one should’ve had to make.But there was still trust.Or at least… the shape of it, trying to form again.That night, Alya couldn’t sleep. The sword hummed softly at her side, restless. So she wandered, deeper into the hollow earth, drawn by a feeling she couldn’t name.Lucien found her an hour later.“You’re not supposed to be this deep without me,” he said quietly, stepping beside her.“I couldn’t sleep.”“Nightmares?”“No,” she said. “A pull.”She stopped at a sealed doorway half-swallowed by collapsed stone. Runes shimmered faintly beneath the dust, different from the ones she’d seen bef
Last Updated: 2025-06-28
Chapter: Blood of the HollowThe shadows came fast—limbs that weren’t entirely solid, snarling mouths with too many teeth. Creatures not born of flesh, but of memory and curse. Guardians of the sword. Bound to destroy any who touched it… unless the heir proved herself worthy.Alya didn’t hesitate.The blade in her hand felt like fire and starlight, like vengeance wrapped in steel. As one of the beasts lunged, she pivoted on instinct, the sword arcing through the air with a scream of power. The thing shattered mid-leap—splintering into black smoke.Lucien had drawn his own blades, back pressed to hers.“This isn’t a test,” he growled, parrying another creature’s strike. “This is punishment.”“For what?” she shouted, slashing through another shadow that howled in a forgotten language.“For surviving,” he answered darkly.The chamber trembled around them. Runes on the walls flared, reacting to the blood now dripping from Lucien’s arm.The shadows weren’t retreating. They were circling.Alya felt the pull deep in her
Last Updated: 2025-06-26
Chapter: The Marked OnesThe first body appeared two days after the Rite.A hunter from the village south of the ghostline—throat torn, eyes wide, skin branded with a rune Alya had only seen in her dreams.Three jagged lines. One horizontal slash.A mark of war.Lucien said nothing when she touched the body. He didn’t have to. His silence was tight, deliberate. Calculating.“This wasn’t the King,” Alya said quietly, rising to her feet. “This was something else.”Lucien nodded once. “It’s a calling card.”She narrowed her eyes. “You know who it belongs to.”He hesitated for half a breath.Then, “The Marked Ones.”She stiffened. “I thought they were extinct.”“They were,” he said. “Until you woke up.”---That night, the house felt colder. Not haunted—but watched.Lucien paced near the front windows, every movement taut. Alya sat at the kitchen table, fingers tracing the rune she’d seen scorched into flesh.“They’re bloodline assassins,” he explained finally. “Trained to kill heirs. Trained to kill you.”“Whose
Last Updated: 2025-06-24
Chapter: What the Blood RemembersAlya had started sleepwalking.Not every night.Just the ones where the moon hung too red and the ring on her finger burned too cold.She’d wake on the edge of the forest, barefoot and shivering, hands stained with dirt she didn’t remember touching. Once, Lucien found her standing by the well behind the house, murmuring words in a language neither of them recognized—until he did.It was Old Tongue. Royal vampire dialect.Dead for centuries.He never told her she was speaking it.Just wrapped a cloak around her shoulders and said, “Come back to me.”And she always did.---But it wasn’t just the sleepwalking.It was the way the memories crept in now, like ink bleeding through old parchment.Her grandmother’s death. The key. The mansion. The ring. The King.They had all been doorways, pieces of a puzzle she hadn't known she was solving.But now… now she remembered things she’d never lived.The scent of blood-soaked roses.The taste of iron wine from a silver cup.A name she had once ans
Last Updated: 2025-06-22