
Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya
Elara tidak pernah menyangka bahwa keahliannya sebagai dokter akan menyeretnya ke dalam dunia yang penuh bahaya. Suatu malam, ia dipaksa menyelamatkan seorang pria yang sekarat—Leon, pemimpin mafia yang kejam dan tak kenal ampun.
Bukan hanya nyawa pria itu yang berada di tangannya, tapi juga takdirnya sendiri. Karena setelah insiden itu, Leonardo tidak bisa membiarkannya pergi begitu saja.
“Menikahlah denganku, atau aku pastikan kau tidak akan pernah merasa aman lagi.”
Elara tahu pernikahan ini bukan karena cinta, melainkan paksaan. Ia hanya ingin hidupnya kembali normal, tetapi Leonardo memiliki alasan lain. Sebagai mafia, ia tidak bisa membiarkan seorang saksi bebas, terlebih seseorang yang telah menyentuh batas antara hidup dan matinya.
Namun, semakin lama mereka bersama, semakin sulit bagi Leonardo untuk mengabaikan keberadaan Elara. Kebaikan dan keteguhan hati perempuan itu perlahan menembus tembok yang telah ia bangun selama ini. Tapi di dunia mafia, perasaan adalah kelemahan yang bisa berujung kehancuran.
Ketika musuh mulai mengendus identitas Elara, pernikahan rahasia mereka menjadi target yang berbahaya. Di tengah pengkhianatan, darah, dan rahasia yang lebih dalam dari yang ia bayangkan, Elara harus memilih—bertahan di sisi pria yang berbahaya atau melarikan diri meskipun tahu ia tak akan pernah benar-benar bebas.
Read
Chapter: Diantara BintangMalam pun turun perlahan di atas kota, langit tampak bersih, dipenuhi bintang-bintang yang berkedip lembut. Di balkon rumah sakit yang kecil namun cukup nyaman, Maya duduk di atas kursi lipat dengan Alva di pangkuannya, dibungkus selimut hangat.Leon berdiri di belakang mereka, satu tangan mengusap lembut kepala Alva, satu lagi menggenggam tangan Elera yang duduk diam di kursi roda. Meski tubuhnya belum pulih benar, Elera meminta untuk ikut, dan tidak ada satu pun yang tega menolak permintaannya.“Lihat, Alva,” bisik Maya lembut, “itu bintang paling terang… mungkin itu adikmu sedang tersenyum dari sana.”Alva menatap langit dengan serius. Lalu ia melambai ke atas, “Halo adik… makasih ya udah mampir sebentar…” suaranya kecil, tapi jelas, “lain kali, jangan buru-buru pergi. Ma sedih, Pa juga. Tapi Alva… Alva janji bakal jaga Mama…”Maya langsung memeluk Alva lebih erat, air matanya jatuh tanpa suara.Elera menutup wajahnya, isak tertahan mengalir kembali dari dadanya. Tapi kali ini, tid
Last Updated: 2025-05-03
Chapter: Tangisan EleraMalam semakin larut, dan suara monitor detak jantung yang lembut menjadi satu-satunya irama di ruangan rawat inap itu. Lampu temaram menyinari sudut-sudut sunyi rumah sakit, membuat dunia seolah tertidur.Kecuali Elera.Ia menatap langit-langit dengan mata terbuka lebar, tanpa ekspresi. Tangannya berada di atas perutnya yang rata, yang kini terasa sunyi. Tidak ada gerakan. Tidak ada denyut. Hampa.Pandangan matanya perlahan beralih ke sisi ranjang.Di sana, Leon tertidur di kursi panjang, dengan kepala miring ke samping, tubuh sedikit membungkuk dan satu tangannya masih menggenggam tangan Elera. Dalam tidur yang tak lelap itu, guratan halus kelelahan dan kekhawatiran tampak jelas di wajah suaminya. Mata Leon sedikit bengkak, rahangnya mengeras, dan bibirnya mengepal, seolah menahan semua yang tak sempat diungkapkan siang tadi.Elera menatap wajah itu dengan sesak yang tak tertahankan."Aku bahkan tidak bisa melindungi mereka... aku hampir kehilangan semuanya," batinnya gemetar. Tangan
Last Updated: 2025-05-02
Chapter: Kata yang Tak Pernah Siap DiucapkanRuang dokter kandungan di lantai tiga rumah sakit itu biasanya dipenuhi harapan, tawa, dan rencana masa depan. Tapi pagi ini, hanya keheningan berat yang menggantung di udara.Leon duduk di sofa dengan Alva yang telah tertidur di pelukannya, wajah sang anak masih lembap bekas tangisan semalam. Pria itu terlihat lebih pucat dari biasanya, sorot matanya kosong namun penuh kegelisahan. Dulu, dia bisa menghadapi bahaya dengan ketenangan seorang pemimpin. Tapi kali ini… dia hanyalah seorang suami dan ayah yang menunggu kepastian tentang dua orang yang paling dicintainya.Ketika Maya dan Kai masuk, langkah mereka pelan. Saling pandang dengan ragu, seakan berharap satu sama lain akan berbicara lebih dulu. Tapi tidak ada cara mudah untuk ini.Leon langsung berdiri, menaruh Alva yang masih tidur di sofa.“Bagaimana keadaannya?” tanya Leon, suaranya rendah namun jelas memaksa, penuh harap dan takut sekaligus.Maya menelan ludah. Kai menunduk.“Elera stabil. Operasinya berjalan lancar. Fisiknya
Last Updated: 2025-05-02
Chapter: Empat BulanCahaya matahari pagi menembus jendela kamar keluarga itu, menyinari perlahan ranjang besar tempat tiga sosok terbaring santai. Leon membuka mata lebih dulu, menyadari bahwa ada dua kepala kecil—satu besar dan satu sangat kecil—yang menempel di dada dan lengannya.Alva sudah terbangun sejak tadi, tapi alih-alih membuat kekacauan, bocah itu hanya berbaring tenang sambil memeluk perut bundanya. Tangannya yang mungil membentuk lingkaran di perut Elera yang mulai sedikit menonjol.“Adik cepat datang ya,” bisiknya, pelan tapi penuh cinta. “Aku udah punya banyak mainan buat kamu.”Leon menahan senyum. Dia tak menyangka putranya bisa sedewasa itu di usianya yang belum genap tiga tahun.Elera mengerjap pelan, menggeliat sedikit, lalu tersenyum saat melihat kedua lelaki kecil dan besar itu memandanginya.“Pagi...” gumamnya.“Pagi,” jawab Leon lembut, mencium keningnya.“Adik belum datang,” Alva mengeluh kecil, masih menempel di perut bundanya. “Aku udah tunggu lama.”Elera tertawa. “Adik belum
Last Updated: 2025-05-01
Chapter: Suami CEO, Izin IstimewaKepala rumah sakit Dr. Raymond belum lama duduk di ruangannya pagi itu saat sekretarisnya masuk sambil membawa secangkir kopi dan wajah ragu-ragu.“Ada panggilan penting, Pak. Dari... Tuan Leon.”Raymond menaikkan alis. “Pagi-pagi begini?”Sekretaris itu mengangguk. “Katanya, urgent family matter.”Dengan penasaran, Raymond mengambil telepon di meja dan menekan tombol sambungan. “Halo, Leon?”“Dokter Raymond,” suara Leon terdengar tegas namun santai di ujung sana. “Aku ingin melakukan sedikit penyesuaian.”Raymond menyandarkan tubuh ke kursi, sudah terbiasa dengan gaya langsung Leon. “Penyesuaian seperti apa? Jangan bilang kamu mau bangun tower baru di atas atap gedung RS.”“Bukan,” balas Leon. “Ini soal Elera. Dia sedang hamil, dan aku tidak ingin dia terlalu lelah. Aku minta agar jam praktik dan jadwal operasinya dipangkas—sebisa mungkin hanya menangani pasien ringan atau observasi saja.”Raymond tertawa pelan. “Leon... dia spesialis trauma bedah. Pasien ringan itu bukan menunya.”“
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: Misi Rahasia Kakak JenderalSetelah pengumuman kecil namun mengguncang pagi itu, Alva tampak semakin sibuk dengan “misi” barunya. Dengan ekspresi serius dan mulut cemberut khas anak-anak, ia berkeliling rumah dengan langkah kecilnya yang cepat, membawa boneka dinosaurus di tangan kanan dan mainan stetoskop mainan di lehernya.Elera, yang sedang duduk bersandar di sofa dengan Leon di sampingnya, tertawa melihat tingkah anak mereka. "Sepertinya dia benar-benar menyiapkan diri jadi kakak," katanya, mengusap perutnya yang masih rata tapi kini terasa berbeda.Leon melirik Alva yang sedang mendekat sambil menggertak bonekanya. "Dinosaurus jahat nggak boleh dekat-dekat adik!" serunya sambil menunjuk lantai dengan dramatis. "Adik masih kecil!"Elera menutup mulut menahan tawa, sementara Leon berpura-pura serius. “Tuan Jenderal,” katanya dengan nada formal, “kami sebagai rakyatmu siap menerima tugas.”Alva dengan cepat mendekat, menunjuk Leon dan berkata, “Papa jaga Mama! Aku jaga rumah!”Leon menegakkan badan, memberi h
Last Updated: 2025-04-30