Share

Rindu yang Tidak Bisa Ditawar

Author: THANISA
last update Last Updated: 2025-06-09 20:35:34

Malam di Seoul terasa syahdu—lampu kota berkilau seperti bintang yang jatuh diam-diam di tengah kesibukan dunia. Tapi di kamar hotel penthouse mereka, keheningan terasa lebih nyaring daripada keramaian di luar jendela.

Elera duduk di pinggir tempat tidur, memeluk bantal panjang sambil memandangi ponselnya. Galeri foto Alva yang penuh dengan pose konyol dan senyum jahil membuat matanya berkaca-kaca.

Leon keluar dari kamar mandi dengan handuk di pundak, rambutnya masih basah. Dia berhenti ketika melihat ekspresi istrinya.

“Sayang?” panggilnya pelan.

Elera tidak menjawab langsung. Ia hanya menoleh dan tersenyum kecil, senyum yang tidak sampai ke matanya.

“Mas,” suaranya nyaris berbisik. “Aku mau pulang.”

Leon langsung mendekat, duduk di sebelahnya. “Kenapa? Ada yang salah?”

“Aku… kangen Alva.” Suara Elera bergetar. “Setiap malam dia minta aku bacain cerita dinosaurus. Sekarang malah aku yang nggak bisa tidur karena sepi. Biasanya, dia suka peluk kaki aku sambil ngoceh random soal alien d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Malam untuk Kita Berdua

    Rumah itu sunyi ketika mereka tiba. Cahaya lampu malam di lorong memantulkan bayangan lembut di dinding. Pengawal berjaga di sudut-sudut strategis, tapi di dalam rumah, suasananya terasa sangat tenang. Aman. Untuk sementara.Alva sudah tertidur pulas di kamar sebelah, dijaga Maya yang dengan sukarela tinggal malam itu. Elera sempat mengecek Alva sejenak sebelum Leon menggandengnya ke kamar utama.Begitu pintu tertutup, Elera memeluk Leon dari belakang—gerakan yang pelan namun penuh kerinduan. Tangannya membungkus pinggang pria itu, kepalanya bersandar di punggungnya.“Aku kangen kamu,” bisiknya lirih.Leon menoleh setengah. “Aku selalu di sini, Elera.”“Secara fisik, iya,” sahutnya sambil mencubit pelan. “Tapi kamu… akhir-akhir ini sibuk, terlalu dingin, terlalu penuh rahasia. Aku tahu itu bukan salahmu. Tapi malam ini… boleh kita lupakan semuanya sebentar?”Leon berbalik, menatap wanita yang kini tengah mengandung anak mereka. Mata itu… tetap sama seperti dulu—kuat, cerdas, dan penuh

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Kematian yang Tidak Terlupakan

    Basement rumah sakit kini sunyi. Bau darah, keringat, dan logam memenuhi udara. Di tengah ruangan, dua pria itu nyaris tak bisa dikenali—tubuh mereka penuh luka, wajah mereka bengkak dan ternoda oleh siksaan bertahap. Tapi mereka masih hidup. Masih bisa merintih. Dan itulah inti dari “penyelesaian” ala Dante.Dante berdiri tegak, sarung tangannya kini berlumur darah. Tangan kanannya memegang pisau kecil yang ia gunakan dengan sangat presisi—bukan untuk membunuh, tapi mencabik sedikit demi sedikit, sambil menjaga mereka tetap sadar."Napasku... sesak..." erang salah satu dari mereka.Kai mendekat, menyuntikkan sesuatu ke dalam pembuluh mereka. "Obat ini memperlambat metabolisme dan memperpanjang rasa sakit. Tapi jangan khawatir. Kau tidak akan pingsan. Kami pastikan kalian sadar sampai akhir.”Leon hanya bersandar pada dinding, menatap penuh diam. “Sudah berapa jam, Dante?”“Empat jam dua puluh tiga menit,” jawab Dante dengan tenang. “Satu dari mereka kehilangan kesadaran tiga kali. Ta

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Bayangan di Lorong

    Hari itu masih terasa ringan. Elera tertidur sejenak di ruang perawatan dokter, perutnya dilingkupi kehangatan dari selimut tipis dan bantal kecil untuk menyangga punggung. Maya sedang keluar mencari camilan—katanya, demi memenuhi ngidam baru Elera: martabak manis dengan keju double dan taburan kacang.Namun, di balik suasana tenang itu, bahaya mulai menyusup.Dua pria berjaket putih menyerupai tenaga medis berjalan masuk ke koridor ruang dokter. Gerakan mereka cepat tapi tidak mencolok, masing-masing membawa clipboard, dan salah satunya membawa tray kecil berisi ampul serta suntikan.“Nomor ruangan 212. Pastikan dosisnya cukup untuk membuatnya pingsan 24 jam,” bisik salah satu dari mereka.Pria lainnya mengangguk. “Setelah itu, kita bawa dia lewat pintu teknisi menuju parkiran basement.”Mereka membuka pintu ruangan perlahan—dan menemukan Elera yang tertidur lelap. Salah satu dari mereka mendekat, menyibak lengan Elera perlahan, bersiap menyuntikkan zat bening dari ampul ke dalam inf

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Dokter Trauma & Cinta Romantis? Please...

    Suasana rumah sakit hari itu cukup tenang. Tak ada kasus besar yang masuk, hanya beberapa luka trauma ringan akibat kecelakaan kecil di jalan raya. Elera, dengan seragam putih dan ID card tergantung manis di saku jas dokternya, sedang memeriksa pasien remaja dengan luka robek di dahi.Meski sudah hamil besar, Elera masih suka datang ke rumah sakit. Bukan untuk ikut operasi besar—Leon, Maya, dan semua tim bersatu memveto hal itu—tapi sekadar jadi dokter jaga trauma ringan. Duduk, konsultasi, menenangkan pasien. Dan… ya, menyelinap mengatur hidup orang lain.Seperti hari ini.Begitu selesai memeriksa pasien terakhirnya, Elera berjalan pelan menuju lounge dokter sambil menggandeng infus kecilnya. Dan tepat saat membuka pintu...“RAH-CHE-LE! TUNGGU DULU!”Elera membeku. Maya yang duduk di pojok ruangan dengan secangkir kopi hampir menyemburkannya.“Ya ampun… itu… KAI?” Maya menunjuk ke depan.Elera memicingkan mata.Di depan mereka, berdiri Kai, sang dokter trauma paling galak se-pulau Ja

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Rindu yang Tidak Bisa Ditawar

    Malam di Seoul terasa syahdu—lampu kota berkilau seperti bintang yang jatuh diam-diam di tengah kesibukan dunia. Tapi di kamar hotel penthouse mereka, keheningan terasa lebih nyaring daripada keramaian di luar jendela.Elera duduk di pinggir tempat tidur, memeluk bantal panjang sambil memandangi ponselnya. Galeri foto Alva yang penuh dengan pose konyol dan senyum jahil membuat matanya berkaca-kaca.Leon keluar dari kamar mandi dengan handuk di pundak, rambutnya masih basah. Dia berhenti ketika melihat ekspresi istrinya.“Sayang?” panggilnya pelan.Elera tidak menjawab langsung. Ia hanya menoleh dan tersenyum kecil, senyum yang tidak sampai ke matanya.“Mas,” suaranya nyaris berbisik. “Aku mau pulang.”Leon langsung mendekat, duduk di sebelahnya. “Kenapa? Ada yang salah?”“Aku… kangen Alva.” Suara Elera bergetar. “Setiap malam dia minta aku bacain cerita dinosaurus. Sekarang malah aku yang nggak bisa tidur karena sepi. Biasanya, dia suka peluk kaki aku sambil ngoceh random soal alien d

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Hari Konser dan Para Lelaki Malang

    Pagi itu, udara Korea Selatan masih dingin, tapi semangat di penthouse mereka jauh lebih panas dari panggangan daging Korea.“Dante! Rafael! Mas Leon!” suara Elera bergema dari kamar, penuh semangat dan… ancaman tersembunyi.Dante yang baru selesai menyeduh kopi memutar mata dan menatap Rafael. “Kenapa ya, gue ngerasa kita bakal disuruh ngapain lagi…”Rafael mengangkat alis datar. “Kemungkinan besar... kostum.”Pintu kamar terbuka, dan keluarlah sang ratu ngidam dengan senyum maut dan kantong belanja penuh. “Hari ini hari konser ZB1! War tiket berhasil, kita dapat baris depan, baris VIP! Jadi—”Dia melemparkan tiga kaus warna pastel cerah ke arah mereka. Di dada kaus itu terpampang besar-besar wajah dan nama para member ZB1. Yang satu bahkan bergambar hati besar bertuliskan, "ZB1 Wifey."Leon masuk dengan rambut masih basah, hanya mengenakan celana jogger. “Ada apa sih rame–”“Mas! Ini punyamu!” Elera langsung menyodorkan satu set lengkap: kaus ZB1, headband dengan telinga kelinci, da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status