Share

Aku di sini

Author: Risya Petrova
last update Last Updated: 2025-07-03 21:53:10

Kotak itu adalah kotak kenangan. Tempat di mana Bela menyimpan masa lalunya yang lama ia simpan.

Duduk di lantai, Bela membuka kotak itu perlahan. Debu halus mengepul. Di dalamnya, ada beberapa buku catatan kecil, kartu ulang tahun dari Arga dan juga beberapa temannya. Juga tumpukan foto-foto lama.

Jari-jarinya gemetar saat menyibak satu demi satu foto.

Dan di antara tumpukan itu, ia menemukan foto yang dicari.

Foto Arga.

Anak laki-laki kurus dengan mata tajam dan senyum malu-malu. Usianya mungkin sembilan atau sepuluh tahun saat itu. Di foto itu, Arga berdiri di depan gerbang panti, mengenakan kaus garis-garis biru dan celana pendek. Di pelipis kanannya, ada tahi lalat kecil yang masih jelas terlihat, dan sangat khas—yang tak pernah hilang dari ingatannya.

Bela mendekatkan foto itu ke wajahnya.

“Arga ...,” bisiknya lirih. Berbicara pada selembar gambar yang tidak akan pernah bisa menjawab.

Segera ingatannya menari. Membawanya kembali pada satu sore di masa lalu, saat Arga akan mening
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Politik kotor

    Suara Sarah menggema. Jelas. Tegas. Dan mengguncang suasana yang sudah menegang sejak tadi.Semua langsung menoleh ke arah Anton. Menatapnya tajam. Bahkan beberapa ada yang berbisik- bisik lirih. Menduga-duga nasib apa yang akan terjadi selanjutnya pada Anton setelah dipanggil Bu Sarah - Direktur MIMPI MEDIA yang pasti mempunya kuasa yang besar setelah CEO Indra. Anton yang duduk di kursinya sambil menekan-nekan luka di sudut bibir, menegakkan badan dengan ekspresi tak suka. Wajahnya kaku. Matanya menantang, seolah hendak menunjukkan bahwa dia tidak takut. Tapi gerakan tubuhnya sedikit ragu.Tak ada satu pun suara dari karyawan lain. Hanya derit kursi Anton saat ia bangkit berdiri.Dia menarik napas, menepuk-nepuk kemejanya, lalu berjalan menuju ruang direktur. Pandangannya lurus menatap Sarah."Siap, Bu Sarah," ucapnya, sinis dan sumbang.Sarah tidak menjawab. Ia hanya menoleh sedikit, membuka pintu lebih lebar dan membiarkan Anton masuk terlebih dahulu. Setelah itu, ia pun menyusul

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Kembali memeluk dan mencium Adit

    Pintu ruang direktur tertutup rapat. Begitu sunyi di dalamnya, kontras dengan kehebohan yang baru saja terjadi di luar.Sarah berdiri di depan Adit, matanya masih penuh kecemasan. Ia mengusap wajah Adit dengan kedua tangannya, seolah ingin memastikan bahwa pria itu baik-baik saja."Anton belum sempat mukul kamu, kan?" tanyanya cemas, napasnya masih sedikit memburu.Adit menggeleng. "Belum. Anton belum sempat mukul aku. Tadi aku yang duluan mukul dia. Aku nggak tahan, Sar. Dia keterlaluan."Tanpa berkata apa pun, Sarah memeluk Adit erat. Pelukan yang hangat dan penuh kekhawatiran. Wajahnya menempel di dada Adit, mendengarkan detak jantung pria itu yang masih cepat."Tadi aku beneran cemas banget, Dit. Lihat kamu ditahan sama tiga orang, dan Anton udah siap mukul kamu. Aku pikir kamu beneran bakal dihajar," lirihnya.Adit memejamkan mata, membalas pelukan itu dengan lembut. Tangannya melingkari punggung Sarah.Beberapa menit berlalu dalam keheningan hangat. Lalu pelukan itu terlepas per

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Tersudut

    Suasana lantai tujuh MIMPI MEDIA yang biasanya tenang di pagi hari, tapi pagi ini berubah jadi mencekam.Adit yang sejak tadi sudah menahan amarahnya, akhirnya meledak. Pukulan keras mendarat di rahang Anton, membuat pria itu terhuyung dan kursinya jatuh terguling. Suara hantaman begitu keras, disusul dengan suara jeritan kaget dari Giska, Erni, dan tiga karyawati lain yang baru datang."ADIT! GILA LU!" jerit Giska sambil bangkit berdiri."Hentikan! Hentikan, Dit!" Erni berteriak, mencoba mendekat, tapi tubuhnya gemetar.Anton tersungkur ke lantai. Mulutnya mengucurkan darah dari sudut bibir, namun pria itu bangkit berdiri perlahan, wajahnya merah padam karena marah. "GUE NGGAK AKAN DIAM! LO MAU MAIN KERAS?!"Didin, Galih, dan Jeri yang duduk di kursi kerja masing-masing, tak jauh dari mereka segera melompat bangun, berlari untuk merelai."Dit! Cukup, Dit!" teriak Didin, memegangi tangan Adit yang sudah mengepal lagi.Galih dan Jeri masing-masing menahan kedua bahu Adit dari sisi kana

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   "Coli pake foto Sarah" Provokasi Anton

    Adit membaca ulang pesan itu perlahan. Matanya menyipit. Jemarinya menggantung di atas keyboard. Ia terdiam cukup lama, bahkan sampai layar laptopnya berubah ke mode login dan lampu backlit mulai redup. Kepalanya penuh dengan kemungkinan. Kata-kata Yuli sangat disengaja. Ia ingin menciptakan rasa penasaran. Menggoda dengan setengah rahasia. Tapi juga menjebak. ‘Tanpa Sarah, pastinya.’ Kalimat itu lebih dari sekadar sindiran. Kalimat jujur, seperti pernyataan perang. Langsung menargetkan Sarah. Dan jika Yuli memang sudah sebegitu beraninya, artinya ia sudah merasa kuat. Sangat kuat. Jadi dia benar-benar punya backingan yang sangat berkuasa sekarang? Adit menghela napas dalam. Ia bisa saja membalas ketus. Bisa saja melapor ke Sarah sekarang juga. Tapi ia tahu permainan seperti ini tidak bisa dilawan dengan emosi. Ia berpikir. Kalau Yuli memang punya backingan kuat, bisa jadi dia sedang dijadikan pion dalam permainan yang lebih besar. Mungkin bukan sekadar ingin menjatuhkan Sarah. Mu

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Lanjut ciuman di ruang kerja Sarah

    "Astaga ... mikirin semua ini bikin kepalaku mau pecah," gumam Adit pelan.Tanpa sadar, langkah mereka berdua sudah sampai di depan ruang kerja Sarah. Suasana lantai 7 masih sepi, hanya terdengar suara AC dan derit lift dari kejauhan.Sarah membuka pintu ruangannya, dan Adit ikut masuk begitu saja.Begitu pintu tertutup, Adit langsung menarik Sarah dalam pelukan erat. Sarah terkejut, tapi tak menolak. Justru ia balas memeluk tubuh Adit, menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria itu.Mereka saling berpelukan sejenak, tak ada kata, hanya suara napas yang menyatu. Lalu Adit mencium bibir Sarah. Lembut, perlahan, namun dalam. Seolah ia ingin menghapus jejak kemarahan yang tadi masih menempel di hati Sarah karena Yuli.Sarah membalas ciumannya. Tangannya terangkat, menyentuh wajah Adit, mengelus pipinya yang sedikit kasar karena belum bercukur. Bibir mereka semakin melumat, dekapan mereka semakin erat, tak ada sekat. Bahkan Adit bisa merasakan bulatan lembut yang menekan dadanya. Sedan

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Orang dalam

    Tawa ringan Sarah dan Adit masih bergema lembut di lorong lantai 7 MIMPI MEDIA. Wajah mereka sumringah, senyum mereka tak bisa ditahan. Momen kebersamaan pagi ini terasa seperti embun sejuk di tengah gurun.Mereka pikir belum ada siapa pun di kantor sepagi ini. Biasanya gedung masih kosong sebelum jam 08.00. Tapi langkah mereka terhenti mendadak.Seorang perempuan berdiri di tengah lorong, tepat di depan mereka. Bersedekap, dengan senyum sinis tersungging di bibir tipisnya. Eyeliner menukik tajam menghias di sudut matanya.Yuli.Dengan blouse krem pas badan dan rok pensil hitam yang terlalu formal untuk gaya biasanya, Yuli tampak seperti sedang mempersiapkan konfrontasi. Rambutnya dikuncir kuda tinggi, riasannya lebih tegas dari biasa.“Pagi Bu Sarah … pagi Adit,” sapa Yuli dengan suara manis yang palsu. “Kalian begitu kompak dan serasi ya. Izin cuti hampir barengan, dan sekarang masuk kerjanya barengan juga. Sekarang Bu Direktur dan Adit si tim kreatif yang kadang merangkap jadi IT,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status