Share

BROKEN HEART

BROKEN HEART

Perjuangan Fio untuk mempertahankan dirinya baik secara fisik, mental, dan nalar telah sampai di batas akhir. Saat Fio berjalan keluar dari ruang ICU bersama Ipeh dengan gontai, matanya sudah basah, tubuhnya lelah, pikirannya kacau, hatinya sakit luar biasa. Hingga saat tiba di luar ruang ICU tiba- tiba Fio merasakan tubuhnya ringan, semuanya tampak berputar lalu gelap.

Fio jatuh tersungkur. Ipeh yang ada di belakang Fio langsung panik melihat kondisi Fio yang sudah tergeletak tak sadarkan diri.

"FIONA" Teriak Ipeh panik melihat Fio pingsan

"Kenapa dok? Eh... Dr. Fio kenapa?" Tanya salah satu perawat ICU ikutan panik

"Astaga Fi, Lo kenapa sih. Ayo bantu saya bawa Fio ke IGD sus."

"Baik, sebentar saya ambilkan kursi roda." Ucapan perawat tadi langsung mengambil kursi roda yang diletakkan tidak jauh dari tempat Fio jatuh.

"Mari saya bantu angkat dok." Ucap Perawat tersebut setelah mendekatkan kursi roda dekat tempat Fio terbaring.

"Makasih sus." Ucap Ipeh yang langsung berlari mendorong kursi roda menuju ke IGD. Beberapa orang - orang disekitar sampai memperhatikannya karena bingung kenapa Ipeh berlari kencang sekali.

"Jul!!" Teriak Ipeh pada Ijul yang sedang nongkrong di pos jaga santai. Kondisi IGD memang sedang lengang malam itu.

"Lha napa ni bocah."

"Udah buruan bantu naikin ke ranjang."

Dr. Putri senior mereka yang bertugas malam itu segera memeriksa Fio.

"Demamnya udah 39, Masukin Infus dulu deh sama parasetamol. Ni sebelumnya kenapa?" tanya Dr. Putri

"Saya nggak tau pasti sebelumnya, tapi sebelum ini dia abis kasih CPR 30 menitan, dan orangnya meninggal. Ini sih kasus meninggal pertama yang dihadapi dia dok." Jelas Ipeh.

"Bisa karena shock juga sih. Udah biarin dia istirahat dulu, tunggu panasnya turun."

"Baik dok."Ucap Ipeh sambil berdiri mengamati Fio

"Ivena, kamu tugas dimana sekarang?"

"ICU dok."

"Tadi kamu kesini sudah pamit Dr. Anjar?"

"Belum dok."

"Kamu nggak mau balik gitu? Udah siap ngadepin Dr. Anjar?" Tanya Dr. Putri yang lebih terkesan mengusir

"Saya balik sekarang dok. Jul, nitip."

"Yoi.." Sahut Ijul sambil melambaikan tanganya

"Check Fio ya Jul"

"Baik dok."

Saat Fio sadarkan diri, dia agak bingung kenapa ada di IGD. Dia menatap ke sekelilingnya dan menemukan Ijul sedang memeriksa pasien di samping ranjangnya. Fio mencoba untuk duduk namun kepalanya malah berdenyut. Rasa sakitnya sampai ke hatinya. Tak terasa air matanya pun menetes.

"Udah bangun lo? Kenapa sih? Cerita sama gue deh, jangan dipendem sendiri. Gila lo ntar lama-lama. NGgak lama ding, keliatannya bentar lagi." Ucap Ijul bercanda.

"gue.... Broken heart Jul." Ucap Fio dengan senyuman di bibir namun air matanya mengalir deras.

"Ah... Broken heart doang.. Hah???? Lo putus sama Bram?"

seru Ijul kaget karena Fio berpacaran dengan Bram sudah cukup lama dan bahkan yang Ijul tau saat ini Fio sudah bertunangan dengan Bram.

"Iya."

"Kok bisa? Masalahnya apa?"

"Dia selingkuh dari gue Jul dan kawin sama orang lain."

"Anjir... Gila ya tu cowok. Ih, sumpah gue yang laki ajah gedeg dengernya. Tu orang otaknya di burung kali ya? atau malah mungkin nggak ada otaknya? Kesel gue. Udah jangan sedih lama-lama. gue pokoknya belain lo. gue nggak terima lo diginiin. Ipeh tau nggak cerita ini?" Cerocos Ijul yang kesal sambil menghentak hentakkan kaki.

"Belum."

"Ni ya kalau Ipeh tau bakal ngamuk tu orang bahkan bisa lebih parah dari gue kali. Udah jangan nangis lagi. Tu orang kebangetan banget ya sama lo, bisa-bisanya mutusin lo di malam valentine gini? gue rasa dia nggak laki sih."Cerocos Ijul lagi sedangkan Fio hanya bisa terisak. Dia memegangi jas dokter Ijul lalu menyandarkan kepalanya di lengan Ijul.

"Sakit banget Jul."

"gue tau Fi, tapi gue nggak mau lihat lo terpuruk gini. Hidup lo masih panjang Fi. gue nggak mau lo hancur hanya karena pria yang sebenernya nggak cukup layak lo perjuangin. Fi, gue sama Ipeh akan temenin lo. Lo akan baik-baik aja tanpa dia Fi. Percaya sama gue yah." Ucap Ijul yang langsung memeluk Fio.

Persahabatan Fio, Ipeh, dan Ijul benar - benar kental. Mereka sudah tak seperti sahabat tetapi saudara. Tak hanya mereka yang saling dekat, tetapi juga ke keluarga mereka masing-masing. Orang tua mereka serasa punya 2 anak tambahan. Orang tua Ijul adalah yang paling sering direpotkan. Kadang Ipeh dan Fio lebih memilih menginap ke rumah Ijul dan makan disana hanya untuk belajar dan mengerjakan tugas bersama. Orang tua Ijul malah senang, karena seperti punya 2 anak perempuan yang cantik-cantik.

*****

Tak terasa sudah 11 bulan berjalan. Fio belum benar-benar bisa mengikhlaskan Bram. Mungkin karena Fio terlalu cinta pada Bram. Dia juga belum bisa terima semudah itu mereka putus dan menyudahi pertunangan ini. Orang Tua Fio merasa dipermalukan dan ikut terluka. Bahkan mereka memutuskan hubungan baik dengan keluarga Bram.

Fio mengalami masa-masa terberatnya setelah putus dengan Bram. Dia bahkan mengalami kondisi psikosomatis (gejala fisik yang muncul akibat pikiran dan emosi yang dirasakan seseorang) berupa batuk kering yang tak kunjung sembuh padahal saat di periksakan bahkan di cek melalui MRI tidak ditemukan masalah.

Selama 11 bulan ini Fio mengatasinya dengan obat batuk kelas ringan yang dikonsumsinya setiap hari bahkan kadang sampai over.

"Fi, lo mau bunuh diri!! Lo minum obat apa es teh sih? Nggak pake ukuran gitu?"

"Batuk gue ganggu banget wak."

"Ya tapi nggak gitu juga. gue dah bilang kan wak, lo tu nggak sakit. Pikiran sama hati lo yang nggak beres. Mau sampai kapan sih lo kaya gini?"

"Kaya gini gimana?"

"Lo belum bisa move on dari tu laki-laki brengsek kan?"

"Udah kok."

"Bohong. Kalau memang lo udah move on, nggak akan lo begini. Lo masih mikirin dia? Eh wak, dia aja nggak mikirin lo kali."

"Entahlah wak." Ucap Fio lesu.

Tiba-tiba suara terdengar suara ponselnya berdering. Dilayar muncul nomor dengan kode +1 yang artinya ini panggilan dari Amerika. Jantung Fio berdetak kencang.

"Siapa?" tanya Ipeh curiga

"Ehmm... gue angkat dulu." Ucap Fio buru-buru lalu menjauh dari Ipeh.

Fio menjauh dari Ipeh lalu mengangkat panggilan itu di lorong yang agak sepi.

"Hallo."

"Hai beb. Kamu apa kabar?"

"Kamu ngapain telepon aku lagi?"

"Aku kangen kamu beb."

"Bram please yah kamu udah sakitin aku terus dengan santainya sekarang kamu bilang kangen sama aku? Kamu gila ya?!"

"Beb, aku bercerai dengan Sandra."

"Hah? Maksud kamu apa?"

"Aku sudah bercerai dengan Sandra. Aku tak pernah ingin menikah dengannya. Semua bukan atas kemauanku beb. Papi yang memaksaku untuk menikah dengan Sandra. Ini semua karena bisnis semata. Aku tidak pernah cinta dia."

"Lalu selama ini kamu kemana aja? Kenapa nggak kasih aku penjelasan. Kenapa malam itu kamu baru bilang semuanya?"

"Beb, maafin aku karena nggak langsung menghubungi kamu buat kasih penjelasan. Malam itu, harusnya si Sandra sudah pulang ke LA. Aku nggak tau kenapa dia masih ada di hawaii setelah aku mengabaikan dia selama 3 bulan pernikahan kita. Malam itu, dia balik dan ngamuk luar biasa. Ternyata dia pergi ke rumah George dan ketemu istrinya. Dan dari istri George, Sandra tau kalau kamu itu tunangan aku beb. Dan kita masih jalan selama aku sudah nikah sama dia. Malam itu Sandra nantangin aku kalau aku nggak mau putus dari kamu, dia akan ngadu ke ayahnya dan keluarganya akan menghancurkan semua bisnis papiku." Ucap Bram memberikan penjelasan panjang lebar.

"Lalu kemana kamu selama hampir setahun ini?"

"Aku mencari cara agar terbebas dari Sandra beb. Dia perempuan gila. Dan sekarang aku sudah terbebas darinya."

"Terus mau kamu apa menghubungiku lagi?"

"Aku mau kamu kembali sama aku beb. Selama ini aku tersiksa karena harus berpisah sama kamu. Jadi please beb, ayo kita balikan."

"Nyeti!!!!" Teriak Ipeh keras-keras yang membuat Fio terkejut dan langsung mematikan panggilan dari Bram

"Ngapain lo terima telephone dia lagi?" Seru Ipeh penuh emosi

"Peh, gue butuh penjelasan dia. gue nggak bisa hidup tenang tanpa tau kenapa dia ninggalin gue. Lo harus tau betapa tersiksanya gue selama ini, gue berjuang mati-matian supaya bisa tenang dan menerima keadaan meskipun tanpa penjelasan apapun. Tapi nyatanya yang ada gue malah psikosomatis. gue mau sembuh peh, caranya gue harus tau jawaban dari setiap hal yang bikin gue tertekan." Kata Fio mengungkapkan seluruh perasaannya.

"Okey gue paham bagian itunya, yang gue nggak terima adalah perlakuannya ke lo, dan berani-beraninya dia minta lo balikan sama dia. Nggak ada otak ya tu orang?"

"Tapi gue kan belum bilang apa-apa."

"Ya kalau gue nggak teriak, lo bakal bilang iya." Ucap Ipeh yang tak sepenuhnya salah. Opsi itu memang sempat terlintas dalam benak Fio. Dia memang masih cinta Bram. Tapi dia juga belum dapat mempercayai Bram dengan mudahnya setelah pengkhianatan yang dilakukan Bram kepadanya.

"Liat nanti ajalah." Ucap Fio akhirnya karena enggan berdebat dengan Ipeh.

"Tuh kan apa gue bilang. Lo masih ada rasa kan sama tu curut, makanya nggak bisa move on sampai sekarang kan lo?" Seru Ipeh kesal

"Nggak segampang itu lupain mantan wak, gue pernah punya cerita sama dia bahkan kita udah tunangan. Hati gue separuhnya ada di dia wak. Lo ngomong ma gampang, coba lo rasain jadi gue, sakit banget." Ucap Fio mengenang masa lalunya.

"gue sebagai sahabat lo nggak ikhlas kalau lo disakitin lagi sama cowok brengsek model Bram ya Fi. Lo bakal nyesel karena nggak dengerin omongan gue."

"Jangan gitu dong?"

"Lo bisa timbang baik-baik sebelum lo ambil keputusan buat balikan sama si bajigur sialan itu. gue nggak mau lo nyesel belakangan setelah semuanya kejadian."

"Ya kalau diawal namanya DP dong wak." canda Fio agar sahabatnya berhenti membahas tentang Bram.

"gue nggak lagi bercanda yah Fi."

"Iya, Ipeh sayang. gue bakal timbang baik-baik sebelum nerima dia balik. Puas lo?"

Fio tak sepenuhnya menerima saran Ipeh. Di belakang para sahabat dan keluarganya, Fio kembali menjalin hubungan dengan Bram. Hingga 1 bulan kemudian, semua kata-kata Ipeh jadi kenyataan.

Jam menunjukkan dinding menunjukkan pukul 11 malam, saat Ipeh baru saja pulang dari apartemen Fio. Terdengar dering panggilan masuk dari telepon Fio dan muncul nomor yang sangat dikenalnya. Fio sengaja tidak mau menyimpan nomor Bram karena takut Ipeh dan Ijul akan tau bahwa dia menjalin hubungan lagi dengan Bram.

"Hai bi. Tumben sudah telephone jam segini." Ucap Fio ceria

"Fi, maaf." Kata Bram yang terdengar jelas seperti kata putus yang pernah didengarnya.

"Apa lagi kali ini?" Seru Fio geram, raut wajahnya berubah 180'

"Maaf kita nggak bisa sama-sama."

"Ah... Basi.. Sekarang apa lagi? Kamu nikah sama orang lain lagi?" Teriak Fio kesal luar biasa karena dipermainkan Bram.

"Siapa yang menikah lagi hah?! Aku ini masih istri sah Bram dan kamu jangan pernah ganggu suamiku. Dasar pelacur murahan, perebut suami orang!!" Teriak Sandra dari seberang sambungan telephone

"Apa kamu bilang? Pelacur murahan? Perebut suami orang? Hei sadar... Bukan kamu yang Pelakor!! Kamu yang merebut Bram dari saya. Ingat 1 tahun lalu kamu yang merampas Bram dari saya, disaat dia masih berstatus tunangan saya." Teriak Fio mendidih. Kesal bukan main karena mulut lancang Sandra.

"Tapi dia tidak pernah menikahimu. Sadarlah jalang, ini sudah 1 tahun dan kamu masih menginginkan suamiku?" ucap Sandra disertai suara tawa mengejek.

"Kamu bilang suamimu? Bukannya kalian sudah bercerai?" tanya Fio yang mulai menyadari ada yang tidak benar.

"Siapa bilang? Apa itu yang kamu harapkan, agar aku bercerai dengan suamiku hah? Asal kamu tau saja saat ini aku sedang mengandung anak Bram. Dan tidak akan pernah ada kata cerai dalam kamusku sampai kapan pun. Jadi jangan pernah berharap untuk mengambil Bram dariku. Pelacur murahan."

"Sandra hentikan mulut kotormu itu!" Teriak Bram yang tak tahan dengan hinaan istrinya pad Fio.

"Brengsek kamu Bram. Beraninya kamu berselingkuh lagi dengan perempuan ini!" Seru Sandra.

"Aku tidak pernah cinta kamu Sandra."

"Jika kamu tidak cinta aku kenapa kamu tidur denganku, kita bercinta tak hanya sekali bukan, bahkan sekarang aku hamil pun itu juga karena perbuatanmu Bram. Sudahlah Bram tak usah munafik.Kamu menginginkanku dan aku menginginkanmu, selesai." Ucap Sandra kepada Bram yang terdengar jelas di telinga Fio.

"Hei... Dengar kamu, jika kamu masih punya martabat jauhi suamiku. Ingat kamu juga perempuan, kamu tak akan sudi bukan berada dalam posisiku saat ini, mengetahui suamimu berselingkuh dengan mantan kekasihnya 2x. Bahkan berniat menceraikan istrinya yang sedang hamil agar dapat kembali pada mantannya. Jadi ini peringatan terakhirku. Jangan pernah ada dalam hidup kami lagi, Mengerti?" Tegas Sandra lalu memutuskan panggilan.

Fio rasanya kehilangan seluruh dayanya. Tubuhnya mundur hingga membentur tembok lalu luruh ke lantai. Air matanya sudah tak dapat dibendung lagi. 2x dirinya ditipu Bram dan luka yang di torehkan Bram teramat dalam, hingga hati Fio jadi hancur berkeping - keping. Saat itu tanpa disadarinya luka yang tertoreh berubah jadi trauma yang akhirnya membuat Fio takut untuk membangun relasi lagi dengan pria manapun.

*Flashback Off

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status