Share

Secret Admirer

Secret Admirer

Apa rasanya punya pengagum rahasia? Buat Fio dan Lio dua dokter yang FAMOUS seantero Prince University punya pengagum rahasia itu biasa. Banyak juga orang yang menjodoh-jodohkan Fio dan Lio saking terkenalnya mereka berdua.

Banyaknya pria yang naksir Fio hingga tak jarang mereka mengirimkan banyak kejutan untuk Fio. Coklat, bunga, hadiah, sudah jadi langganan untuk Fio. Begitu juga Lio, dokter bedah kardiotoraks itu cukup fenomenal. Keduanya tak hanya jadi incaran sesama dokter tapi juga para pasien.

Seperti kejadian pagi ini.

"Nyet, lo masih ada pasien nggak?" Tanya Ipeh menjumpai Fio dan Ijul yang sedang nongkrong di IGD.

"Kenapa?" ucap Fio

"gue minta ditemenin bisa?"

"Kemana?"

"Cari kado. Mau nggak?"

"Buat siapa?"

"Masa lo nggak tau buat siapa?" Ujar Ipeh mengedipkan matanya.

"Emang dia ulang tahun hari ini?" Tanya Fio yang paham bahwa yang dimaksud Ipeh adalah Lio.

"Emang kalau mau kasih kado harus pas ulang tahun ya?"

"Nah, mau di kado apa?"

"Enaknya apa?"

"Ya lo mau kasih kado dalam rangka apa dulu?"

"Ya pengen kasih aja, kenapa sih?"

"Ya kan gue mesti tau dulu baru bisa kasih ide. Jadi gimana?"

"Excuse me.. gue bingung ya sama kalian berdua. Kenapa dari tadi ngomong isinya pertanyaan semua, nggak ada jawabannya gitu?" Sahut Ijul yang bingung memperhatikan obrolan kedua sahabatnya.

"Nah, lo ni baru aja ngomong juga pake tanya loh Jul." Ucap Fio

"Lah iya ya, kita kenapa sih? ucap Ijul yang bingung

"Dokter - dokter ini lucu ya." Ucap suster Indah.

"Masa? Kita lucu ya sus?" Tanya Ijul ke suster Indah yang hanya dijawab dengan senyuman dari suster Indah.

"Idih kita, lo aja kali wak. gue ma cantik, nggak lucu, sumpah deh." Ujar Ipeh tak terima dibilang lucu.

"Asal lo tau ya wak, lucu itu kadarnya  lebih tinggi dari cantik."

"Masa? Berarti lo lebih milih komika Kiki S daripada Lili adiknya Fio?"

"Heii somplak... Ya nggak gitu juga kali konsep berpikirnya."

"Ya kalau nggak gitu terus gimana odong? Terangin dong."

"Eh, oneng.. Lo emang gue akuin cantik, tapi kadang udah lemot, PA pula.."

"Lo ngatain gue?"

"Kerasanya gimana?"

"Husss, berisik pada ya berdua..IGD nih...Jadi nggak jalannya?" Tanya Fio sambil mengurut keningnya melihat pertikaian Ipeh dan Ijul.

Pertikaian antara Ipeh dan Ijul adalah hal yang amat sangat biasa. Mereka bisa langsung berbaikan setelah adu mulut ataupun saling ejek. Mereka tak pernah ambil hati setiap ucapan kejam sahabatnya. Kalau bahasa anak jaman sekarang adalah no baper alias nggak bawa perasaan.

"Nah lo masih ada pasien nggak?" Tanya Ipeh memastikan lagi jadwal Fio.

"Sama gue ajah gimana? Mumpung bentar lagi lepas dinas nih, mau? gue juga ada perlu cari sesuatu soalnya." Ucap Ijul menawarkan diri.

"Barengan aja gimana? Biar sekalian makan bareng gitu wak. gue sih udah kosong, semoga nggak ada panggilan darurat." Ujar Fio sambil mengecek jadwal ke asisten perawatnya.

"Lo nggak lagi ada modus minta traktiran kan nyet?" Tanya Ipeh sambil mengerutkan dahinya.

"Ya kalau lo nya ikhlas, boleh juga sih wak." Ujar Fio cengengesan.

"Ya sudahlah barengan aja. Jangan pelit-pelit ma kita." Ucap Ijul memelas.

"Fakir lo..." Ejek Ipeh yang hanya dibalas dengan cengiran di bibir Ijul.

"Dokter Fio ada kiriman di resepsionis." Kata suster Erni setelah menjawab telepon.

"Lo pesen apaan wak?" Tanya Ipeh penasaran

"gue nggak ngerasa pesen apa-apa sih."

"Wah, jangan-jangan dari secret admirer lo lagi." ucap Ipeh menebak.

"Coba telephone, ke resepsionis aja." Kata Ijul memberi saran.

"Kesana aja langsung yuk? gue penasaran apa dan dari siapa kiriman buat Fio kali ini."Ucap Ipeh penasaran langsung menarik tangan Ijul

"Yuk." Jawab Ijul penuh semangat dan langsung melesat bersama Ipeh. Fio dengan malas akhirnya mengikuti juga.

Setibanya di resepsionis, mereka agak tercengang melihat ada sebuah buket bunga mawar merah yang tergolong cukup besar bertengger di meja resepsionis, hingga membuat si pemilik meja tak nampak karena tertutup besarnya buket.

"Uwoooo... Buket nyet... Gede banget." Seru Ipeh

"Wah... Pake hadiah nggak nih? Biasanya ada hadiahnya." Kata Ijul cepat.

"Mbak, ini buat Dr. Fiona kan?" Tanya Ipeh

"Iya dok. Udah dari pagi sampainya." ucap petugas resepsionis.

"Anjir... Secret Admirer lo makin jadi nyet." Ujar Ipeh

"Tau ah, perasaan gue udah tolak-tolakin deh."

"Kira-kira siapa yah? Eh ada kartunya nih." Seru Ijul bersemangat dan meraih kartu ucapan di sisi samping buket.

"Apa isinya?"Tanya Ipeh

"Sabar." Ucap Fio sambil membuka kartu ucapan dengan harum mawar yang menyerbak kuat.

"Andai waktu dapat ku putar kembali, ingin rasanya ku menyapamu dengan lebih baik. MA" kata Fio membaca tulisan di kartu.

"Maksudnya apa?" Tanya Ijul bingung

"Emang ada yang pernah nyapa lo sama bentak-bentak?" Tanya Ipeh

"gue nggak yakin sih."

"Terus MA siapa?" Tanya Ipeh lagi

"gue nggak ada ide sih. Terserahlah.. Mbak, nanti kirim ke kantor saya aja ya."

"Baik dok." ucap petugas resepsionis.

"Tumben lo simpen?" Tanya Ipeh sambil berjalan bersama Fio dan Ijul kembali ke IGD.

"gue simpen sampai gue tau siapa tu orang."

"Kalo udah tau lo mau apa? Balikin kembangnya?"

"Mungkin."

"Buka hati napa sih nyet, lo mau berapa lama lagi menjomblo coba? Lo masih inget si brengsek itu terus? Atau lo masih ngarep dia ada di hidup lo? Lo mau jadi bini dia yang ke 3?" Cerocos Ipeh.

"Bukan gitu wak. gue belum siap aja bangun hubungan yang baru. gue takut dikecewakan dan terluka lagi."

"Ya tapi mau sampai kapan lo begini?"

"Kalau itu gue juga nggak bisa jawab peh. gue sendiri udah hopeless. Lo liat gue juga usaha untuk menerima mereka yang datang ke hidup gue, tapi rasanya hati gue yang selalu nolak."

"Coba belajar buka hati yah, jangan lama-lama. Kita akan terus temenin dan dukung lo kok."

"Thanks ya wak."

Fio bisa terlihat kuat dan tegar didepan banyak orang tapi tidak di depan keluarga dan sahabatnya. Mereka adalah orang yang benar-benar memahami betapa hancurnya hati Fio. Luka yang pernah tertoreh di hati Fio membuatnya tenggelam dalam ketakutannya sendiri jika suatu saat hatinya akan dilukai lagi.

Selama ini semua penolakannya pada setiap pria yang datang hanya untuk melindungi dirinya sendiri. Dia berusaha membangun benteng tinggi agar serpihan hatinya yang dengan susah payah disusunnya kembali tidak kembali hancur.

*****

Mall hari ini cukup ramai. Fio, Ijul, dan Ipeh berkeliling mencari sesuatu yang okey untuk diberikan Ipeh pada Lio. Ya, Ipeh sudah cukup lama menjadi pengagum rahasia Dr. Lionel. Ipeh tau, bahwa sekalipun Dr. Lio tidak tau siapa dia, tapi dia menghargai setiap pemberian Ipeh. Berulang kali Ipeh mengirimkan hadiah untuk Lio, dan dia pasti memakainya. Dasi, kemeja, bahkan topi. Kadang Ipeh juga mengirimkan makan siang untuk Lio.

"Peh, lo nggak berniat gitu buat ngomong ke Lio?" Tanya Fio tiba-tiba saat mereka duduk santai di foodcourt mall.

"Pengen sih, suatu saat nanti gue akan bilang ke dia. gue lagi nyiapin hati, kalau - kalau dia nolak gue karena sudah cinta sama perempuan lain." Ujar Ipeh sambil mengaduk jus alpukat dalam gelasnya.

"Kok lo udah pesimis gitu sih? Jangan gampang menyerah sebelum bertarung dong." Kata Ijul memberi semangat.

"Iya, kan belum tentu juga dia bakal nolak lo. Bisa jadi dia malah dengan sukacita menerima pernyataan cinta lo. Ya kan?" lanjut Fio memberi semangat.

"Iya betul, tapi lebih mudah dicintai daripada mencintai. Kl mencintai itu harus siap terluka Fi. Dan gue sekarang lagi siapin hati untuk terluka. gue tau bahwa itu resiko yang harus gue ambil saat gue menetapkan hati untuk mencintai Lio." kata Ipeh sambil tersenyum getir

"Fi, gue berharap suatu saat nanti lo punya hati yang besar buat mencintai. Nggak usah pikirin rasa sakit yang mungkin akan lo rasain nantinya. Cukup jalani, karena lo pantes buat bahagia Fi." tambah Ipeh sambil sesekali menatap Fio.

"Gimana mau bahagia kalau udah tau bakal luka coba." Kata Fio yang nampak enggan membahas kehidupan cintanya.

"Suatu saat lo akan punya sudut pandang yang berbeda dalam menyikapi hal ini. Cinta nggak melulu tentang luka Fi, dulu lo bisa bahkan berkorban sampai sebegitunya. gue yakin kedepan lo bisa lakukan hal yang sama dengan cara menyikapi yang lebih dewasa. Lo pasti lebih pintar mengelola perasaan lo sekarang. Yang sekarang lo harus lakuin adalah berdamai sama hati lo. Lo nggak bisa benci hati lo yang punya rasa cinta buat seseorang nantinya." Ujar Ipeh memberi pengertian pada Fio

"Gini aja, setelah ini siapapun cowok yang kontak lo pertama. Mau nggak kalau lo coba buat dekat sama dia?" Ucap Ijul memberi tantangan.

"Tantangan macam apa ini?" Ucap Fio malas.

"Cuma mencoba Fi. Latihan buat buka hati. Mau ya? Kita pengen lo juga ngerasain cinta lagi kaya dulu." Ucap Ijul lagi berusaha mendorong Fio.

"Okey-okey. Tapi kalau gue nggak suka sama orangnya, kalian nggak akan maksa gue buat jalanin kan?" Ujar Fio sambil menghela nafas panjang.

"Nggak akan. Kita cuma minta lo bersedia untuk menerima seseorang buat ngedeketin lo itu aja. Please jangan tolak semua orang wak." Kata Ipeh 

Tak lama berselang ponsel Fio bergetar menunjukkan sebuah notifikasi pesan masuk. Fio segera mengecek isi pesannya, takutnya ada panggilan darurat dari rumah sakit.

"Hai.. Maaf aku belum bisa minta maaf langsung ke kamu. Kamu sudah terima bunga yang aku kirim? MA" Fio membaca isi pesan itu dan jantungnya berdegup kencang.

"Siapa?" tanya Ijul

"MA"

"MA? Yang kirim buket pagi ini?" seru Ijul lagi

"Heeh. Nih." Ujar Fio sambil menunjukkan isi pesan di ponselnya kepada Ipeh dan Ijul.

"Okey, kita coba sama dia. Tetap responi dia dengan baik ya Fi. Apa lagi dia mau minta maaf ke lo." kata Ipeh mengarahkan

"Lo ngerasa nggak sih kalau MA ini orang yang kita sama-sama kenal?" Ucap Ijul tiba-tiba

"Siapa?" Seru Fio dan Ipeh bersama

"Mungkin nggak kalau dia Matheo Aderald?" Kata Ijul ragu-ragu

"MA... Matheo Aderald.. Iya juga sih." Ucap Ipeh sambil memikirkan kemungkinan itu.

"Gimana Fi?" Tanya Ijul sambil menatap Fio 

"Kenapa harus dia sih."

"It's okey, niatan baik lebih penting saat ini. Coba lo bales." Ujar Ipeh memberi semangat.

"gue mesti bales apa?"

"Jawablah bilang lo udah terima bunganya atau apa kek terserah lo deh."

"gue kok berat yah?"

"Awalnya selalu begitu Fi. Tapi coba aja dulu."

Belum sempat membalas pesan dari MA, tiba-tiba telephone Fio berdering dan membuatnya agak terkejut. Nama Dr. Lionel muncul di layar ponselnya. Fio segera mengangkat panggilan itu.

"Hallo, gimana dok?"

"Fi, kamu sibuk nggak hari ini?" Kata Lio di seberang sambungan telepon 

"Kenapa ya dok?"

"Saya mau ajak kamu dinner?" Ucap Lio yang membuat mata Fio setengah membulat menatap Ipeh dan Ijul bergantian. Perasaan tak enak menggelayut dalam hati Fio.

"Ehm..." Gumam Fio untuk ragu untuk mengiyakan ajakan Lio.

"Ada yang mau saya bicarakan dengan kamu." Kata Lio lagi

"Tentang?"

"Kita." Kata Lio kali ini benar-benar membuat perasaan Fio tak enak. Fio tau bahwa Dr. Lio memang menyukainya, namun Fio berusaha untuk mengabaikannya karena tak ingin melukai perasaan Ipeh sahabatnya.

"Ketemu di rumah sakit aja gimana?" Ucap Fio akhirnya. Dia bertekad untuk mengakhiri perasaan Lio padanya dengan mengatakan yang sebenarnya.

"Okey, kita jalannya barengan aja kalau gitu."

"Okey." Ucap Fio lalu mematikan sambungan telepon

"Siapa?" tanya Ipeh

"Lio."

"Ada emergency?" Ganti Ijul bertanya.

"Nggak, dia mau ketemu gue, ngajak dinner. Kalian tau kan kalau dia salah satu secret admirer gue. gue yakin lo tau Peh. Dan hari ini gue berencana buat ngomong ke dia kalau gue nggak bisa terima perasaannya. gue nggak mau sakitin perasaan lo Peh."

"Jangan gitu dong Fi." Ujar Ipeh yang tak enak hati dengan Fio.

"gue udah mutusin, kan kalian yang minta kalau orang pertama yang kontak gue, dia adalah orang yang akan gue terima buat ngedeketin gue. So gue akan skip Lio, gue juga nggak niat PHP in dia kok."

"Lo yakin? Kalau dia beneran Matheo gimana?" Tanya Ipeh masih tak enak hati.

"It's Okay kan kata lo? gue buka  perempuan pecundang yang bisanya menghindari masalah. gue juga mau buktiin ke lo berdua, bukannya gue nggak mau move on."

"Lo yakin Fi?" Tanya Ijul ragu

"Yakin." Ucap Fio dengan mata berapi-api.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status