Share

05 - Sosok

Layla menoleh dengan ekspresi datarnya. “Percayalah pada Tuan Eric, Nona. Ayah Anda akan baik-baik saja.”

“Tapi … Eric sama sekali tidak mengenal ayahku. Bagaimana dia bisa memastikan jika ayahku baik-baik saja?” tanya Caroline dengan wajah cemas. Susan bisa menghabisi ayahnya dengan mudah, terlebih tidak ada siapa pun yang melindunginya.

“Tuan Eric meminta Susan Boldaner untuk tidak menyakiti Tuan Anthony. Jika Susan berani melakukannya, Tuan Eric akan melemparnya ke penjara.”

“Benarkah?” Caroline tercenung selama beberapa waktu.

“Anda tidak perlu mengkhawatirkan ayah Anda lagi. Aku memastikan Anda bisa bertemu dengan Ayah Anda dalam waktu dekat.”

Caroline merasa sangat aneh dengan semua ini. Apa ia bisa mempercayai Eric?

“Aku meminta bukti.”

“Aku mengerti.” Layla menunjukkan sebuah video di mana Anthony tengah terbaring di ranjang rumah sakit dengan seorang dokter yang memeriksanya. “Apa ini cukup, Nona?”

“Ya, itu cukup membantuku.”

Mobil memasuki pusat kota Lovatown. Caroline mengamati keadaan kota yang cukup ramai. Semakin memikirkan Eric, semakin ia penasaran dengan siapa pria itu sebenarnya.

“Kita sudah sampai, Nona,” ujar Layla.

Caroline mengawasi keadaan sekeliling, keluar dari mobil setelah Layla membukakan pintu untuknya. Ia merasa canggung karena mendapatkan perlakukan selayaknya putri kerajaan.

“Bukankah ini adalah Mylux Mall, sebuah pusat perbelanjaan mewah yang hanya bisa dikunjungi oleh keluarga kelas atas saja?” Caroline mengawasi gedung megah nan mewah di depannya. Ia juga melihat deretan mobil mahal yang terpakir. “Aku rasa kita tidak perlu berbelanja di tempat ini. Harga-harganya pasti sangat mahal. Kita bisa memilih tempat lain.”

Caroline terdiam ketika melihat mobil yang dinaikinya. Ia tidak terlalu mengetahui soal kendaraan. Akan tetapi, ia bisa menebak jika mobil yang dinaikinya berharga mahal. “Siapa Eric sebenarnya?”

“Sebelum Anda berbelanja, Anda sebaiknya makan siang terlebih dahulu, Nona. Aku akan mengantar Anda ke salah satu restoran terbaik di mall ini.”

“Apa kau yakin kita harus memasuki mall ini, Layla?”

“Anda tidak perlu khawatir, Nona.”

Caroline memasuki mall, mengamati deretan toko dan orang-orang kelas atas dengan busana yang mewah. Ini pengalaman pertamanya mengunjungi Mylux Mall, dan ia takut membuat masalah di tempat ini.

Caroline dan Layla memasuki sebuah restoran, melewati beberapa pengunjung.

“Astaga, apa yang sebenarnya terjadi?” Caroline menyusul Layla. “Layla, apa kau tidak salah membawaku ke tempat ini?”

Dua pelayan wanita menyambut Caroline. Salah satu dari mereka berkata, “Selamat datang di Restoran Mylux. Kami sudah mempersiapkan ruangan VVIP untuk Anda.”

“Ruangan VVIP?” Caroline menoleh pada Layla. “Layla, siapa yang akan membayar semua biayanya?”

“Anda tidak perlu memikirkan hal itu, Nona.”

Caroline mengikuti dua pelayan ke sebuah ruangan mewah. Ia terpana dengan keindahan dekorasi ruangan. Sajian lezat sudah terhidang di atas meja.

“Makan siang Anda sudah siap. Jika Anda membutuhkan sesuatu, Anda bisa memanggilku, Nona.”

Caroline tercenung selama beberapa waktu, menatap sajian di meja meski ia sudah merasa lapar. Apa yang terjadi padanya sekarang? Kenapa dia berada di tempat ini? Apa jadinya jika ia membuat masalah?

“Apa Anda tidak menyukai makanannya, Nona?” tanya Layla, “jika iya, aku bisa mencari restoran lain untuk Anda.”

“Aku menyukai makanannya.” Caroline mulai menikmati hidangan meski agak ragu-ragu. “Makanan ini sangat lezat. Layla, makanlah bersamaku. Aku tidak akan bisa menghabiskan semua makanan ini sendirian.”

“Aku sudah makan siang sebelum kita pergi, Nona.”

“Kau yakin, Layla?”

Caroline menghabiskan makanan tanpa, membersihkan mulut dengan tisu. “Astaga, aku benar-benar kalap sampai menghabiskan semua makanan ini.”

“Nona Mayler, apa ada hal yang bisa kami lakukan lagi untuk Anda?” tanya seorang wanita yang merupakan manager restoran Mylux dengan hormat.

“Mayler?” Caroline tampak kebingungan. “Apa kau sedang berbicara denganku?”

Manager itu mengangguk.

“Aku tidak membutuhkan apa pun lagi.” Caroline berdiri, menoleh pada Layla. Ia baru mengingat jika Mayler adalah nama keluarga dari Eric. Jika pelayan itu memanggilnya dengan nama keluarga dari Eric, itu berarti pelayan itu sudah tahu bahwa ia adalah istri dari Eric.

“Astaga.” Caroline memijat keningnya. “Bagaimana ini bisa terjadi? Apa Eric sudah menyiapkan semua ini untukku?”

“Apa Anda baik-baik saja?” Layla tampak khawatir. “Aku akan memanggil dokter untuk mengecek kondisi Anda.”

Caroline menahan tangan Layla. “Kau tidak perlu melakukannya, Layla. Bawa aku keluar dari tempat ini sekarang juga.”

 Caroline keluar dari ruangan, berusaha mengabaikan beberapa pengunjung yang menoleh padanya. Manager restoran dan enam pelayan mengantarnya hingga keluar restoran.

Caroline mengamati penampilannya sekarang. “Mereka pasti terheran-heran karena aku keluar dari ruangan VVIP dengan penampilanku seperti ini.”

Caroline berbisik di telinga Layla. “Layla, bagaimana dengan biaya restorannya?”

“Tuan Eric sudah membayarnya, Nona.”

“Eric berhutang penjelasan padaku,” gumam Caroline.

Caroline fokus memperhatikan sekitar sehingga tidak sadar menabrak seseorang.

“Apa yang kau lakukan? Kau menjatuhkan tasku yang mahal!” teriak seorang wanita. Ia memelotot tajam pada Caroline, memperhatikan dari atas hingga bawah.

“Maafkan aku.” Caroline membungkuk singkat, mengulurkan tangan untuk mengambil tas yang terjatuh di lantai.

Wanita itu menepis tangan Caroline dengan kasar. “Jangan menyentuh tasku dengan tangan kotormu. Pergilah sebelum kau mendapatkan masalah besar dariku.”

“Anda harus menjaga kata-kata Anda pada tamu VVIP kami, Nona,” ujar si manager.

“Tamu VVIP?” Wanita itu menatap Caroline dari atas hingga bawah. “Kau pasti bercanda. Dia hanya memakai pakaian seharga beberapa ratus dolar ke tempat ini. Bagaimana mungkin dia menjadi tamu VVIP?”

Wanita itu sengaja menabrak Caroline, bergegas pergi. “Dasar menyebalkan! Bagaimana bisa para pelayan mengizinkan wanita sialan itu berada di restoran ini?”

“Wanita sialan?” Caroline seketika menoleh pada wanita tadi, mengepalkan tangan.

“Aku bisa menghajar wanita itu jika Anda mau,” ujar Layla, “Tuan Eric memerintahkanku untuk melindungi Anda.”

“Menghajar wanita itu?” Caroline terkejut, menoleh pada wanita tadi yang tengah menghubungi seseorang. Ia memang kesal dengan wanita itu, tetapi ia tidak ingin menimbulkan masalah. “Kau tidak perlu melakukannya, Layla.”

“Kami meminta maaf atas keteledoran kami, Nona.” Si manager dan keenam pelayan seketika membungkuk pada Caroline di pintu masuk. “Katakan apa yang bisa kami lakukan untuk membayar kesalahan kami.”

Caroline tampak kebingungan, tersenyum ketika mendapatkan sebuah ide. “Jika kalian tidak ingin mengecewakanku, kalian harus mengusir wanita itu dari restoran ini dan memasukkannya ke dalam daftar hitam di seluruh cabang restoran kalian.”

“Kami mengerti, Nona. Kami akan mengusir wanita itu sekarang juga.”

Caroline berada di gerbang restoran ketika melihat para pelayan mengusir wanita sombong tadi. “Apa Eric benar-benar bisa membantuku membalaskan dendam?”

“Kalian akan membayar mahal perlakukan kalian padaku!” teriak wanita itu ketika diserat paksa oleh beberapa pelayan keluar restoran. “Kalian harus tahu jika kekasihku adalah seorang CEO terkenal! Dia bisa menghancurkan restoran ini!”

 Seorang pria tiba-tiba mendekat pada wanita itu. “Luna, kenapa mereka mengusirmu dari restoran ini?”

“Ethan?” gumam Caroline dengan tatapan kesal.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status