Share

05 - Sosok

Author: Ramdani Abdul
last update Last Updated: 2024-03-21 16:38:38

Layla menoleh dengan ekspresi datarnya. “Percayalah pada Tuan Eric, Nona. Ayah Anda akan baik-baik saja.”

“Tapi … Eric sama sekali tidak mengenal ayahku. Bagaimana dia bisa memastikan jika ayahku baik-baik saja?” tanya Caroline dengan wajah cemas. Susan bisa menghabisi ayahnya dengan mudah, terlebih tidak ada siapa pun yang melindunginya.

“Tuan Eric meminta Susan Boldaner untuk tidak menyakiti Tuan Anthony. Jika Susan berani melakukannya, Tuan Eric akan melemparnya ke penjara.”

“Benarkah?” Caroline tercenung selama beberapa waktu.

“Anda tidak perlu mengkhawatirkan ayah Anda lagi. Aku memastikan Anda bisa bertemu dengan Ayah Anda dalam waktu dekat.”

Caroline merasa sangat aneh dengan semua ini. Apa ia bisa mempercayai Eric?

“Aku meminta bukti.”

“Aku mengerti.” Layla menunjukkan sebuah video di mana Anthony tengah terbaring di ranjang rumah sakit dengan seorang dokter yang memeriksanya. “Apa ini cukup, Nona?”

“Ya, itu cukup membantuku.”

Mobil memasuki pusat kota Lovatown. Caroline mengamati keadaan kota yang cukup ramai. Semakin memikirkan Eric, semakin ia penasaran dengan siapa pria itu sebenarnya.

“Kita sudah sampai, Nona,” ujar Layla.

Caroline mengawasi keadaan sekeliling, keluar dari mobil setelah Layla membukakan pintu untuknya. Ia merasa canggung karena mendapatkan perlakukan selayaknya putri kerajaan.

“Bukankah ini adalah Mylux Mall, sebuah pusat perbelanjaan mewah yang hanya bisa dikunjungi oleh keluarga kelas atas saja?” Caroline mengawasi gedung megah nan mewah di depannya. Ia juga melihat deretan mobil mahal yang terpakir. “Aku rasa kita tidak perlu berbelanja di tempat ini. Harga-harganya pasti sangat mahal. Kita bisa memilih tempat lain.”

Caroline terdiam ketika melihat mobil yang dinaikinya. Ia tidak terlalu mengetahui soal kendaraan. Akan tetapi, ia bisa menebak jika mobil yang dinaikinya berharga mahal. “Siapa Eric sebenarnya?”

“Sebelum Anda berbelanja, Anda sebaiknya makan siang terlebih dahulu, Nona. Aku akan mengantar Anda ke salah satu restoran terbaik di mall ini.”

“Apa kau yakin kita harus memasuki mall ini, Layla?”

“Anda tidak perlu khawatir, Nona.”

Caroline memasuki mall, mengamati deretan toko dan orang-orang kelas atas dengan busana yang mewah. Ini pengalaman pertamanya mengunjungi Mylux Mall, dan ia takut membuat masalah di tempat ini.

Caroline dan Layla memasuki sebuah restoran, melewati beberapa pengunjung.

“Astaga, apa yang sebenarnya terjadi?” Caroline menyusul Layla. “Layla, apa kau tidak salah membawaku ke tempat ini?”

Dua pelayan wanita menyambut Caroline. Salah satu dari mereka berkata, “Selamat datang di Restoran Mylux. Kami sudah mempersiapkan ruangan VVIP untuk Anda.”

“Ruangan VVIP?” Caroline menoleh pada Layla. “Layla, siapa yang akan membayar semua biayanya?”

“Anda tidak perlu memikirkan hal itu, Nona.”

Caroline mengikuti dua pelayan ke sebuah ruangan mewah. Ia terpana dengan keindahan dekorasi ruangan. Sajian lezat sudah terhidang di atas meja.

“Makan siang Anda sudah siap. Jika Anda membutuhkan sesuatu, Anda bisa memanggilku, Nona.”

Caroline tercenung selama beberapa waktu, menatap sajian di meja meski ia sudah merasa lapar. Apa yang terjadi padanya sekarang? Kenapa dia berada di tempat ini? Apa jadinya jika ia membuat masalah?

“Apa Anda tidak menyukai makanannya, Nona?” tanya Layla, “jika iya, aku bisa mencari restoran lain untuk Anda.”

“Aku menyukai makanannya.” Caroline mulai menikmati hidangan meski agak ragu-ragu. “Makanan ini sangat lezat. Layla, makanlah bersamaku. Aku tidak akan bisa menghabiskan semua makanan ini sendirian.”

“Aku sudah makan siang sebelum kita pergi, Nona.”

“Kau yakin, Layla?”

Caroline menghabiskan makanan tanpa, membersihkan mulut dengan tisu. “Astaga, aku benar-benar kalap sampai menghabiskan semua makanan ini.”

“Nona Mayler, apa ada hal yang bisa kami lakukan lagi untuk Anda?” tanya seorang wanita yang merupakan manager restoran Mylux dengan hormat.

“Mayler?” Caroline tampak kebingungan. “Apa kau sedang berbicara denganku?”

Manager itu mengangguk.

“Aku tidak membutuhkan apa pun lagi.” Caroline berdiri, menoleh pada Layla. Ia baru mengingat jika Mayler adalah nama keluarga dari Eric. Jika pelayan itu memanggilnya dengan nama keluarga dari Eric, itu berarti pelayan itu sudah tahu bahwa ia adalah istri dari Eric.

“Astaga.” Caroline memijat keningnya. “Bagaimana ini bisa terjadi? Apa Eric sudah menyiapkan semua ini untukku?”

“Apa Anda baik-baik saja?” Layla tampak khawatir. “Aku akan memanggil dokter untuk mengecek kondisi Anda.”

Caroline menahan tangan Layla. “Kau tidak perlu melakukannya, Layla. Bawa aku keluar dari tempat ini sekarang juga.”

 Caroline keluar dari ruangan, berusaha mengabaikan beberapa pengunjung yang menoleh padanya. Manager restoran dan enam pelayan mengantarnya hingga keluar restoran.

Caroline mengamati penampilannya sekarang. “Mereka pasti terheran-heran karena aku keluar dari ruangan VVIP dengan penampilanku seperti ini.”

Caroline berbisik di telinga Layla. “Layla, bagaimana dengan biaya restorannya?”

“Tuan Eric sudah membayarnya, Nona.”

“Eric berhutang penjelasan padaku,” gumam Caroline.

Caroline fokus memperhatikan sekitar sehingga tidak sadar menabrak seseorang.

“Apa yang kau lakukan? Kau menjatuhkan tasku yang mahal!” teriak seorang wanita. Ia memelotot tajam pada Caroline, memperhatikan dari atas hingga bawah.

“Maafkan aku.” Caroline membungkuk singkat, mengulurkan tangan untuk mengambil tas yang terjatuh di lantai.

Wanita itu menepis tangan Caroline dengan kasar. “Jangan menyentuh tasku dengan tangan kotormu. Pergilah sebelum kau mendapatkan masalah besar dariku.”

“Anda harus menjaga kata-kata Anda pada tamu VVIP kami, Nona,” ujar si manager.

“Tamu VVIP?” Wanita itu menatap Caroline dari atas hingga bawah. “Kau pasti bercanda. Dia hanya memakai pakaian seharga beberapa ratus dolar ke tempat ini. Bagaimana mungkin dia menjadi tamu VVIP?”

Wanita itu sengaja menabrak Caroline, bergegas pergi. “Dasar menyebalkan! Bagaimana bisa para pelayan mengizinkan wanita sialan itu berada di restoran ini?”

“Wanita sialan?” Caroline seketika menoleh pada wanita tadi, mengepalkan tangan.

“Aku bisa menghajar wanita itu jika Anda mau,” ujar Layla, “Tuan Eric memerintahkanku untuk melindungi Anda.”

“Menghajar wanita itu?” Caroline terkejut, menoleh pada wanita tadi yang tengah menghubungi seseorang. Ia memang kesal dengan wanita itu, tetapi ia tidak ingin menimbulkan masalah. “Kau tidak perlu melakukannya, Layla.”

“Kami meminta maaf atas keteledoran kami, Nona.” Si manager dan keenam pelayan seketika membungkuk pada Caroline di pintu masuk. “Katakan apa yang bisa kami lakukan untuk membayar kesalahan kami.”

Caroline tampak kebingungan, tersenyum ketika mendapatkan sebuah ide. “Jika kalian tidak ingin mengecewakanku, kalian harus mengusir wanita itu dari restoran ini dan memasukkannya ke dalam daftar hitam di seluruh cabang restoran kalian.”

“Kami mengerti, Nona. Kami akan mengusir wanita itu sekarang juga.”

Caroline berada di gerbang restoran ketika melihat para pelayan mengusir wanita sombong tadi. “Apa Eric benar-benar bisa membantuku membalaskan dendam?”

“Kalian akan membayar mahal perlakukan kalian padaku!” teriak wanita itu ketika diserat paksa oleh beberapa pelayan keluar restoran. “Kalian harus tahu jika kekasihku adalah seorang CEO terkenal! Dia bisa menghancurkan restoran ini!”

 Seorang pria tiba-tiba mendekat pada wanita itu. “Luna, kenapa mereka mengusirmu dari restoran ini?”

“Ethan?” gumam Caroline dengan tatapan kesal.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Pewaris Rahasia   67. Rencana

    Rombongan mobil bergerak sangat cepat di sebuah jembatan. Dari kejauhan, terlihat gedung-gedung pencakar langit dan sebuah pesawat terbang. Di salah satu mobil, Susan dan Rebecca berada. Kedua wanita itu tertidur nyaris di sepanjang perjalanan.Susan mulai membuka mata, memijat keningnya beberapa kali. “Di mana aku sekarang?”Susan tercengang saat melihat pemandangan kota asing di jendela. Ia menoleh pada dua pria di kursi depan, beralih pada Rebecca yang masih tertidur.Susan mengguncang tubuh putrinya berkali-kali. “Rebecca, bangunlah sekarang! Rebecca.”Rebecca mengerjap, membuka mata perlahan. Ia merenggangkan badan beberapa kali, dan terdiam saat mengingat kejadian beberapa waktu lalu. “Apakah kita sudah sampai di kediaman Caroline dan si rentenir tua itu, Bu?”“Apa maksudmu, Rebecca?” Susan berkata dengan suara kecil, nyaris seperti bisikan. “Orang-orang asing yang kita temui di depan rumah itu membawa kita ke tempat asing.”“Apa?” Rebecca seketika menegakkan punggung, membuka m

  • Terjerat Pesona Pewaris Rahasia   66. Kesepakatan 2

    Susan tampak cemas saat beberapa mobil kembali menepi dan orang-orang berpakaian hitam terus bermunculan. “Sialan, siapa mereka sebenarnya?” gumamnya. Para pengawal Susan dan Rebecca segera bersiaga. Mereka tampak ragu karena kalah jumlah dengan orang-orang asing itu.“Apa kepentingan kalian di tempat ini?” tanya salah satu pria berseragam hitam. “Jika kalian tidak memiliki kepentingan apa pun, kalian harus segera pergi dari tempat ini sebelum aku dan para bawahanku bertindak kasar.”Susana mengamati orang-orang berseragam hitam yang sudah mengelilinginya dan Rebecca. Ia berusaha tenang, berjalan selangkah meski Rebecca tidak melepaskan tangannya. “Aku sedang mencari putriku yang menurut kabar berada di rumah ini, Tuan. Kami akan segera pergi karena rumah ini tampak kosong,” kata Susan setenang mungkin. Orang-orang berseragam itu saling bertatapan sesaat. Si pemimpin memberikan tanda pada bawahannya dengan anggukan kepala.Susan dan Rebecca semakin tegang, menoleh pada seorang pria

  • Terjerat Pesona Pewaris Rahasia   65. Kesepakatan

    Ethan mulai mengerjap, membuka mata perlahan. Pria itu berusaha membiasakan diri dengan cahaya yang menyilaukannya. Ia meringis kesakitan, merasakan kepalanya sangat sakit.“Di mana aku sekarang?” Ethan memaksakan diri untuk duduk, mengamati keadaan sekeliling. “Aku berada di rumah sakit?”Ethan termenung saat mengingat kejadian semalam. Ia berlari dari kejaran para berandal. Saat menyeberang, sebuah mobil mendadak muncul dan menabraknya sehingga ia terlempar dan tidak sadarkan diri di jalan.“Dasar brengsek! Badanku terasa sangat sakit.” Ethan memijat kening beberapa kali, menggelengkan kepala. Ia menoleh ke arah pintu saat seseorang memasuki ruangan. “Siapa kau?”“Aku kira kau akan tertidur selamanya, sialan! Aku adalah orang yang sudah menabrakmu,” ujar slah satu anggota pasukan yang dikerahkan Daniel, Donald, dan Dennis.“Dasar bajingan!” teriak Ethan tiba-tiba, “apa kau tidak bisa menyetir mobil dengan baik, hah? Kau membuatku menderita. Kau harus bertanggung jawab dan memberikan

  • Terjerat Pesona Pewaris Rahasia   64. Pemeriksaan

    Rebecca seketika terdiam, menjatuhkan tubuh di sofa. Ia meremas bantal dan gaun, menyumpahi Caroline saat melihat deretan foto yang wanita itu kirimkan padanya. Dadanya amat sesak karena amarah.“Jika tahu kejadiannya seperti ini, akulah yang sebaiknya dijual pada si rentenir tua itu. Aku benar-benar iri pada Caroline. Dia membeli sebuah toko mewah seharga seratus juta dolar secara tunai dan sekarang dia tinggal di sebuah rumah megah dengan barang-barang mewah.”Rebecca melempar bantal saking kesal dengan kenyataan yang terjadi. Wanita itu menarik-narik rambut, bergegas mendekati jendela. Sialnya, ia justru disambut dengan petir menggelegar.“Ah!” Rebecca sontak berteriak saat petir menyambar sebuah pohon. Ia berjongkok sambil menutup kedua telinganya.Susan mendengkus kesal, menatap Rebecca sekilas. Wanita itu berjalan mondar-mandir, berharap sebuah rencana muncul. Foto-foto yang ia lihat di ponsel Rebecca tadi membuatnya semakin jengkel.“Terkutuklah kau, Caroline!” pekik Rebecca.“

  • Terjerat Pesona Pewaris Rahasia   63. Berita Baru

    Serombongan mobil mewah tiba di depan kediaman lama Eric dan Caroline. Sekitar seratus orang berpakaian hitam seketika keluar dari kendaraan, bergegas memasuki halaman dan rumah. Mereka seperti semut yang mengerumuni sesuatu. Selepas lima belas menit berlalu, mereka kembali berkumpul di halaman.“Tuan Eric dan orang-orangnya kemungkinan sudah meninggalkan rumah ini sejak kemarin. Kita akan pergi ke lokasi selanjutnya,” ujar pemimpin rombongan.Orang-orang itu memasuki mobil kembali, meninggalkan kediaman mewah di tengah hutan itu. Dalam waktu cukup singkat, mereka sudah menjauh dari kediaman.Tidak lama setelahnya, seorang pria muncul dari balik pohon, mengamati rumah dengan teropong. “Siapa orang-orang itu? Mereka datang dengan puluhan mobil mewah yang aku aksir harganya bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan dollar.”Steve melompat turun. “Aku beruntung karena orang-orang itu tidak menyadari keberadaanku. Selain kaya, mereka juga terlihat berbahaya.”Steve mengawasi keadaan sekeli

  • Terjerat Pesona Pewaris Rahasia   62. Keadaan

    Caroline bangun dengan keadaan segar bugar. Ia terkejut ketika melihat keadaan kamar mandi yang begitu mewah, ditambah ruangan khusus di mana beragam pakaian dan aksesoris yang tersusun sangat rapi di lemari-lemari kaca. “Apakah semua ini milikku, Layla?”“Tentu saja, Nona. Tuan Eric menyediakan semuanya untuk Anda,” jawab Layla.Caroline mengamati keadaan sekeliling, memandang dengan takjub. Mulutnya terbuka dan matanya memercik kekaguman yang luar biasa ketika ia mengelilingi satu per satu rak. “Astaga, ini seperti yang aku lihat di film-film dan video orang-orang kelas atas.”Caroline menatap pantulan dirinya di kaca, menampar pipi beberapa kali. “Ini semua bukanlah mimpi. Astaga, kenapa aku baru menyadari hal ini.”Caroline tiba-tiba tersenyum. “Aku tahu harus berbuat apa sekarang.”“Layla, panggilkan beberapa pengawal wanita untuk membantuku memilih pakaian dan aksesoris yang cocok untukku. Aku ingin mengejutkan Eric.”“Aku mengerti, Nona.” Layla segera menghubungi bawahannya.Em

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status