"Hugo!"
Brak … brak … brak …"Hugo, cepat buka pintunya!"Charlotte menggedor pintu kamar hotel sambil berteriak memanggil nama suaminya. Orang-orang yang berjalan di sekitaran kamar tersebut terkejut mendengar suara pintu digedor dengan keras dan melihat Charlotte dengan tatapan aneh.Sambil berjalan mereka tampak berbisik membicarakan apa yang dilakukan Charlotte. Sedangkan Charlotte meski melihat dan mendengar apa yang mereka lakukan tampak tidak peduli dengan tatapan dan ucapan mereka.Brak … Brak … Brak ..Charlotte masih terus menggedor pintu hotel yang bertuliskan angka 403 itu karena masih belum dibuka juga."Hugo! Hugo!" teriak Charlotte lagi.Setelah menunggu beberapa saat akhirnya pintu tersebut terbuka. Charlotte dengan jelas melihat seorang pria yang ia kenal membuka pintu, dan ia juga melihat seorang perempuan di atas ranjang.Tanpa berpikir panjang, Charlotte yang sudah naik pitam segera menghampiri wanita yang ada di atas ranjang itu. Tidak disangka, Charlotte menjambak rambut wanita itu kuat-kuat hingga wanita itu berteriak, "Aaaaw … Sakit … Lepaskan!"Bukan melepaskan Charlotte justru semakin menjambak dengan keras. Wanita itu terus berteriak kesakitan."Siapa wanita ini?" bentak Charlotte pada pria yang membukakan pintu tanpa melepaskan tangannya dari rambut wanita yang sejak tadi masih di atas ranjang.Hugo yang membukakan pintu tersebut tidak berani mendekat dan menghentikan apa yang dilakukan Charlotte. Ia merasa dirinya ada pada posisi yang salah."Kenapa kamu disini?" Namun, bukannya menjawab pertanyaan Charlotte Hugo justru bertanya kepada Charlotte kembali.Mendengar jawaban Hugo, Charlotte semakin emosi, ia masih tidak mau melepaskan tangannya dari menjambak wanita dihadapannya."Harusnya aku yang bertanya begitu, apa yang kamu lakukan dengan wanita tidak tahu malu ini disini?" Charlotte bertanya dengan nada marah dan berteriak."Tutup mulutmu!" Bentak Hugo."Siapa dia sayang?" ucap wanita yang sejak tadi dijambak Charlotte."Apa? Sayang?" Betapa terkejutnya Charlotte mendengar panggilan sayang yang diucapkan wanita tersebut kepada suami sahnya."Sudah berapa lama?" Charlotte berusaha meminta penjelasan kepada kedua orang yang ada di dalam kamar hotel tersebut."Apa maksudmu?" Hugo bertanya seolah-olah tidak paham dengan pertanyaan Charlotte."Jangan pura-pura bodoh!" bentak Charlotte dengan raut wajah yang memerah padam karena amarahnya yang memuncak.Charlotte melepaskan tangannya dari rambut wanita itu lalu beralih mengambil benda yang ada di atas nakas. Sebuah asbak berbahan dasar kayu ia lemparkan tepat ke muka Hugo suaminya."Aaaah," teriak Hugo yang merasa kesakitan.Wanita di atas ranjang itu berlari mendekati Hugo dan memegang wajah Hugo. Wanita itu mengelus muka Hugo dengan lembut mencoba mengurangi rasa sakit yang dirasakan Hugo."Kamu tidak apa-apa sayang?" tanya wanita itu dengan mesranya.Charlotte melotot melihat kelakuan wanita tersebut dan semakin marah. Dan yang membuat Charlotte semakin tidak terima adalah suaminya tidak menolak perlakuan mesra wanita yang jelas-jelas bukan istrinya itu."Sejak kapan kamu berhubungan dengan wanita jal*ng ini?" tanya Charlotte lagi dengan berteriak untuk meminta penjelasan."Hei, apa maksudmu menyebutku begitu!" Wanita itu tampak marah dengan ucapan Charlotte dan menatap Charlotte dengan tatapan tajam."Kenapa? Apa aku salah? Wanita apa namanya yang bermalam di hotel bersama pria beristri jika bukan jal*ng!"Hugo mendekat ke arah Charlotte, dan.Plak.Tidak disangka ia menampar Charlotte hingga memberi bekas warna merah di pipi Charlotte. Charlotte pun terjatuh lalu menatap tajam kearah pria yang menamparnya itu.Charlotte tampak terkejut mendapat perlakuan tersebut hingga ia tak mampu berkata apa-apa lagi. Charlotte segera bangkit dan keluar dari kamar tersebut.Hugo tampak bingung dan menyesal telah melakukan itu pada Charlotte. Namun, Charlotte segera lari meninggalkan Hugo dan wanita yang disebut jal*ang tadi.Charlotte berlari menuju lift dan segera memencet tombol lift menuju lantai dasar hotel. Sesampainya di lantai dasar dan pintu lift terbuka, Charlotte segera berlari keluar dari hotel itu sambil menangis.Charlotte tidak peduli dengan tatapan heran orang-orang yang melihatnya. Ia seolah sedang lupa diri saat ini sedang berada dimana.Langkah kaki Charlotte membawanya sampai keluar gerbang hotel. Ia terus berlari tanpa melihat di sekitarnya.Charlotte berlari ke arah jalanan kota yang masih ramai dengan kendaraan. Sakit dalam hatinya sangat dalam sehingga ia tidak peduli dengan keadaan ramai di sekitarnya.Di dalam pikiran Charlotte masih tidak percaya bahwa suaminya tega menampar dirinya dihadapan wanita lain. Charlotte berlari dengan tatapan kosong tanpa tujuan seolah-olah akal sehatnya sudah hilang.Hingga akhirnya sebuah suara keras membuatnya terkejut hingga berteriak."Aaaaa …"Ciiit …Tiiiiiin …Namun, suara teriakannya kalah dengan bunyi klakson mobil yang lewat tepat di sebelahnya. Tubuhnya lumbung dan lututnya terasa lemas sehingga ia jatuh dengan posisi duduk tepat di depan mobil sport berwarna merah menyala itu."Wanita itu benar-benar gila!" umpat seorang pria dari dalam mobilnya bersamaan dengan tangannya yang menekan klakson.Untungnya mobil berhenti tepat pada waktunya dan belum sempat menyentuh tubuh Charlotte. Charlotte hanya bisa duduk lemas di depan mobil yang hampir saja menghilangkan nyawanya itu."Bisa-bisanya wanita itu malah duduk di situ," gerutu pria di dalam mobil itu."Hei, cepat minggir!" teriak pria itu lagi.Charlotte masih duduk lemas dan menundukkan kepalanya. Ia masih terkejut dengan apa yang baru saja menimpanya. Bahkan, ia sampai tidak sadar bahwa dirinya akan tertabrak mobil.Sesuatu yang baru saja menimpanya, jauh lebih mengerikan daripada tertabrak mobil sekalipun. Jika ia tertabrak mobil, maka fisiknya yang akan sakit. Atau bahkan tidak merasakan sakit sekali pun karena langsung meninggal seketika.Namun, yang menimpanya kali ini adalah sesuatu hal yang menyakiti hatinya. Ia bahkan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Dunianya serasa hancur saat tahu bahwa suaminya lebih membela wanita lain di depan mata kepalanya sendiri.Tatapan mata Charlotte tampak kosong dan ia juga tidak mampu mendengar serta menjawab teriakan-teriakan yang ditujukan padanya. Keramaian di sekitarnya seolah tidak berarti apa-apa buat Charlotte, nyawanya seperti sedang berada di tempat lain.Sementara itu, ada seorang pria yang menunggu Charlotte segera bangkit dari posisinya saat ini."Hei, apa kamu tidak mendengarkan!" teriak pria itu lagi dari dalam mobilnya.Tin … tin … tin …Kejadian itu menyebabkan kemacetan karena mobil lain di belakang mobil yang hampir menabrak Charlotte tidak bisa berjalan. Suara klakson saling bersahutan membuat suasana semakin ramai.Mau tidak mau, pria di dalam mobil merah yang hampir menabrak Charlotte harus turun. Ia menghampiri Charlotte dan berniat untuk menyuruhnya minggir.Namun, saat pria tersebut sudah dekat dengan posisi Charlotte, tiba-tiba Charlotte pingsan dan membuat pria tersebut panik."Hei, bangun!"Tin … tin … tin … Klakson dibunyikan beberapa kali oleh Malvin agar Charlotte segera minggir. Apalagi di belakang Malvin juga sudah berisik suara klakson dari kendaraan yang lainnya. Bukannya berdiri dan minggir, Charlotte justru pingsan. Ia tidak mampu lagi menahan sakit dikepalanya. Mengetahui hal itu, Malvin segera turun dari mobilnya dan menggendong Charlotte untuk masuk ke mobilnya. "Sial, ada-ada saja kejadian seperti ini!" umpat Malvin sambil menggendong Charlotte. Walau bagaimanapun, tadi Malvin hampir saja menabrak wanita itu. Ia tidak mau dianggap sebagai penabrak lari yang tidak bertanggung jawab oleh orang-orang yang lewat di jalanan tadi. Untuk itu, ia lebih memilih membawa Charlotte.Malvin kembali mengendarai mobilnya saat tubuh Charlotte telah ditidurkan di kursi penumpang mobil sport warna merah itu. Mobil-mobil lain yang sejak tadi antre di belakang mobil Malvin akhirnya bisa kembali berjalan juga. Situasi sudah jalanan kembali normal seperti semula. Untungnya
"Aku bisa membantumu menyelesaikan masalahmu, tetapi kamu juga harus membantuku." Charlotte menatap ke arah Malvin, ia tampak mengatakan itu dengan serius. "Apa rencanamu?" tanya Malvin yang menanggapi dengan serius. "Bantu aku memalsukan identitasku. Aku ingin dianggap mati dari kehidupanku sebelumnya. Dan aku ingin hidup sebagai orang lain." Charlotte berkata sambil menatap lurus ke depan. "Lalu? Apa untungnya buatku jika aku membantumu?" Malvin masih belum mengerti dengan rencana Charlotte. "Kamu bilang tadi didesak untuk segera menikah oleh orang tuamu," ucap Charlotte sambil menatap Malvin. "Lalu?" tanya Malvin lagi. "Kalau boleh tahu apa sebenarnya alasan kamu tidak ingin menikah?" tanya Charlotte berusaha mencari informasi. "Aku ini sudah terlalu sibuk dengan pekerjaan, jadi menurutku terlalu rumit jika harus memikirkan pernikahan. Apalagi jika harus memulai hubungan dari awal yaitu mulai mengenal dan lanjut hubungan lainnya. Aku tidak mau memikirkan itu," jawab Malvin.
“Kamu sudah pulang?”Malvin terkejut mendengar pertanyaan Charlotte. Ia lupa bahwa sekarang ada orang lain yang tinggal di tempat tinggalnya. “Ah, iya.Kamu sudah makan malam?” tanya Malvin.“Sudah, kebetulan aku tadi masak sayuran yang ada di dalam lemari pendingin. Kalau kamu belum makan itu masih ada makanan yang aku masak tadi.”“Kebetulan aku tadi belum sempat makan malam. Kalau begitu aku makan ya. Terima kasih sudah menyisakan untukku.”Charlotte tersenyum dan berlalu meninggalkan Malvin.“Tunggu,” cegah Malvin.Charlotte menghentikan langkahnya yang hendak menuju kamar.“Ada apa?” tanya Charlotte yang telah berbalik badan menghadap ke arah Malvin.“Besok kamu harus siap-siap karena akan ada pertemuan bisnis di rumah orang tuaku. Aku ingin mengenalkanmu sebagai calon istriku.”DegCharlotte terkejut dan hanya bisa terdiam mendengar ucapan Malvin.“Secepat ini ya,” gumam Charlotte lirih, tetapi Malvin dapat mendengarnya.“Iya, lebih cepat lebih baik. Aku sudah risih dengan desak
“Ya, Bapak Lroris adalah ayah mertuaku,” jawab Charlotte sambil tertunduk.Malvin terkejut mendengarnya, tetapi ia berusaha tetap tenang.“Tenang saja, sekarang kamu adalah orang lain. Nanti bersikaplah seolah kamu tidak mengenalnya. OK!”Charlotte mengangkat kepalanya lalu menghadap ke arah Malvin sambil tersenyum.“Sekarang, ayo kita keluar!” ajak Malvin.Malvin turun dari mobil dan berjalan menuju pintu di sebelah Charlotte. Ia membukakan pintu untuk Charlotte dan mengulurkan tangannya untuk membantu Charlotte keluar dari mobil.“Gandeng tanganku, tunjukkan bahwa kita adalah pasangan yang bahagia,” pinta Malvin saat Charlotte sudah berdiri di sampingnya.Charlotte mengangguk dan mematuhi permintaan Malvin. Mereka berdua berjalan menuju pintu masuk rumah keluarga Malvin sambil bergandengan tangan layaknya pasangan.Saat telah sampai ke dalam rumah, di sana telah banyak partner bisnis keluarga Malvin yang datang. Ini adalah acara rutin yang diadakan oleh keluarga Malvin untuk memperer
"Apa ini tidak terlalu cepat?" tanya Charlotte pada Malvin. "Justru lebih cepat lebih baik.""Benar, lebih cepat lebih baik. Tetapi aku l tidak menyangka jika akan secepat ini. Aku kira kita perlu meyakinkan orang tuamu dan tidak akan secepatnya mendapatkan restu mereka.""Aku juga tidak menyangka respons orang tuaku cukup baik menyambutmu. Waktu kita tinggal 1 bulan lagi menuju hari pernikahan. Sekarang tugasku adalah membuat dokumen pernikahan kita, jangan sampai ada yang tahu identitasmu sebenarnya." Malvin tampak serius dengan ucapannya. "Aku yakin kamu bisa mengurus itu dengan baik. Lalu apa tugasku?" tanya Charlotte. "Kamu harus ikut ibuku untuk mempersiapkan acara pernikahan kita nanti. Ikuti saja apa yang ibuku inginkan," jawab Malvin. "Baiklah," ujar Charlotte. Malvin mengambil sesuatu dari dalam tas kerjanya dan memberikannya kepada Charlotte. Sebuah amplop berwarna cokelat tampak berisi dokumen. "Apa ini?" Charlotte penasaran dan bertanya kepada Malvin. "Buka dan bac
"Apa kamu bilang? Charlotte pergi dan kamu tidak tahu kemana Dia?" Ayah Hugo terkejut mendengar bahwa Charlotte pergi dari rumah. Sementara itu, Hugo hanya bisa diam melihat tanggapan ayahnya yang tampak marah. "Apa sebenarnya yang kamu lakukan sehingga Charlotte pergi meninggalkanmu?" Ayah Hugo bertanya sambil berteriak karena marah. Rose, Jessie dan Marrie keluar dari kamar karena mendengar suara ayah mereka yang keras. Sedangkan Hugo masih tetap terdiam karena tidak tahu harus menjawab apa. "Cepat jawab!" bentak ayah Hugo yang semakin marah. "Tenanglah Ayah, biarkan Hugo menjelaskan terlebih dahulu." Ibu Hugo menghampiri suaminya untuk menenangkan. "Ah! Ini karena putramu itu sering kamu bela! Jadinya begini!" Tuan James Lloris semakin marah mendengar Nyonya Rose membela putranya. "Ayah tidak mau tahu, kamu harus mencari Charlotte. Jangan sampai membuat keluarga ini malu dengan hancurnya rumah tanggamu!" tambah
“Hah … hah …hah … “ Nafas memburu keluar dari mulut Charlotte.Mata Charlotte kembali terjaga setelah terpejam beberapa saat. Ia tersentak kaget saat tiba-tiba terbangun dan tersadar dari mimpi buruknya. “Jam berapa ini?” ucap Charlotte sambil tangannya berusaha meraih ponsel yang sejak tadi berada di atas nakas.Waktu menunjukkan pukul 02.35 pagi, Charlotte berusaha merubah posisinya dari yang semula berbaring menjadi duduk.“Untungnya cuma mimpi. Tetapi, mengapa hatiku rasanya sangat sakit sekali,” gumam Charlotte.Charlotte beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu kamar untuk keluar. Saat telah sampai d luar kamar, ternyata Malvin juga masih terjaga.“Kamu belum tidur?” tanya Charlotte.Malvin tampak terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan Charlotte karena sejak tadi Malvin fokus menatap layar laptop.“Ya, masih ada beberapa pekerjaan penting yang harus aku selesaikan. Kamu sendiri?”
"Selamat pagi, ini ayam pesanan Anda Tuan," ucap kurir di luar pintu apartemen Malvin. "Baik, terima kasih. Ini buatmu," jawab Malvin sambil memberikan selembar uang sebagai tips. "Terima kasih." Kurir itu berlalu meninggalkan tempat tinggal Malvin. Sementara Malvin menutup pintu dan masuk ke dalam. Malvin pergi ke dapur dan mengambil piring, lalu ia menaruh ayam goreng pesananannya ke dalam piring tersebut. Malvin mengambil satu potong ayam goreng dan ditaruhnya ke dalam piring lain. Lalu ia juga mengambil dua centong nasi hangat dari dalam magic com dimasukkan ke dalam piring.Setiap pagi ada asisten rumah tangga yang datang membersihkan rumah dan menanak nasi untuk Malvin. Tugas asisten rumah tangga itu hanya pagi hari sampai membangunkan Malvin dari tidurnya. Asisten rumah tangga itu sengaja diberi tahu password kunci rumah Malvin agar mudah saat datang di pagi hari sebelum Malvin bangun. Ia datang pukul 05.00 pagi dan