Share

Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat
Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat
Author: Syavinkauthor

1. Ketahuan

"Hugo!"

Brak … brak … brak …

"Hugo, cepat buka pintunya!"

Charlotte menggedor pintu kamar hotel sambil berteriak memanggil nama suaminya. Orang-orang yang berjalan di sekitaran kamar tersebut terkejut mendengar suara pintu digedor dengan keras dan melihat Charlotte dengan tatapan aneh.

Sambil berjalan mereka tampak berbisik membicarakan apa yang dilakukan Charlotte. Sedangkan Charlotte meski melihat dan mendengar apa yang mereka lakukan tampak tidak peduli dengan tatapan dan ucapan mereka.

Brak … Brak … Brak ..

Charlotte masih terus menggedor pintu hotel yang bertuliskan angka 403 itu karena masih belum dibuka juga.

"Hugo! Hugo!" teriak Charlotte lagi.

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya pintu tersebut terbuka. Charlotte dengan jelas melihat seorang pria yang ia kenal membuka pintu, dan ia juga melihat seorang perempuan di atas ranjang.

Tanpa berpikir panjang, Charlotte yang sudah naik pitam segera menghampiri wanita yang ada di atas ranjang itu. Tidak disangka, Charlotte menjambak rambut wanita itu kuat-kuat hingga wanita itu berteriak, "Aaaaw … Sakit … Lepaskan!"

Bukan melepaskan Charlotte justru semakin menjambak dengan keras. Wanita itu terus berteriak kesakitan.

"Siapa wanita ini?" bentak Charlotte pada pria yang membukakan pintu tanpa melepaskan tangannya dari rambut wanita yang sejak tadi masih di atas ranjang.

Hugo yang membukakan pintu tersebut tidak berani mendekat dan menghentikan apa yang dilakukan Charlotte. Ia merasa dirinya ada pada posisi yang salah.

"Kenapa kamu disini?" Namun, bukannya menjawab pertanyaan Charlotte Hugo justru bertanya kepada Charlotte kembali.

Mendengar jawaban Hugo, Charlotte semakin emosi, ia masih tidak mau melepaskan tangannya dari menjambak wanita dihadapannya.

"Harusnya aku yang bertanya begitu, apa yang kamu lakukan dengan wanita tidak tahu malu ini disini?" Charlotte bertanya dengan nada marah dan berteriak.

"Tutup mulutmu!" Bentak Hugo.

"Siapa dia sayang?" ucap wanita yang sejak tadi dijambak Charlotte.

"Apa? Sayang?" Betapa terkejutnya Charlotte mendengar panggilan sayang yang diucapkan wanita tersebut kepada suami sahnya.

"Sudah berapa lama?" Charlotte berusaha meminta penjelasan kepada kedua orang yang ada di dalam kamar hotel tersebut.

"Apa maksudmu?" Hugo bertanya seolah-olah tidak paham dengan pertanyaan Charlotte.

"Jangan pura-pura bodoh!" bentak Charlotte dengan raut wajah yang memerah padam karena amarahnya yang memuncak.

Charlotte melepaskan tangannya dari rambut wanita itu lalu beralih mengambil benda yang ada di atas nakas. Sebuah asbak berbahan dasar kayu ia lemparkan tepat ke muka Hugo suaminya.

"Aaaah," teriak Hugo yang merasa kesakitan.

Wanita di atas ranjang itu berlari mendekati Hugo dan memegang wajah Hugo. Wanita itu mengelus muka Hugo dengan lembut mencoba mengurangi rasa sakit yang dirasakan Hugo.

"Kamu tidak apa-apa sayang?" tanya wanita itu dengan mesranya.

Charlotte melotot melihat kelakuan wanita tersebut dan semakin marah. Dan yang membuat Charlotte semakin tidak terima adalah suaminya tidak menolak perlakuan mesra wanita yang jelas-jelas bukan istrinya itu.

"Sejak kapan kamu berhubungan dengan wanita jal*ng ini?" tanya Charlotte lagi dengan berteriak untuk meminta penjelasan.

"Hei, apa maksudmu menyebutku begitu!" Wanita itu tampak marah dengan ucapan Charlotte dan menatap Charlotte dengan tatapan tajam.

"Kenapa? Apa aku salah? Wanita apa namanya yang bermalam di hotel bersama pria beristri jika bukan jal*ng!"

Hugo mendekat ke arah Charlotte, dan.

Plak.

Tidak disangka ia menampar Charlotte hingga memberi bekas warna merah di pipi Charlotte. Charlotte pun terjatuh lalu menatap tajam kearah pria yang menamparnya itu.

Charlotte tampak terkejut mendapat perlakuan tersebut hingga ia tak mampu berkata apa-apa lagi. Charlotte segera bangkit dan keluar dari kamar tersebut.

Hugo tampak bingung dan menyesal telah melakukan itu pada Charlotte. Namun, Charlotte segera lari meninggalkan Hugo dan wanita yang disebut jal*ang tadi.

Charlotte berlari menuju lift dan segera memencet tombol lift menuju lantai dasar hotel. Sesampainya di lantai dasar dan pintu lift terbuka, Charlotte segera berlari keluar dari hotel itu sambil menangis.

Charlotte tidak peduli dengan tatapan heran orang-orang yang melihatnya. Ia seolah sedang lupa diri saat ini sedang berada dimana.

Langkah kaki Charlotte membawanya sampai keluar gerbang hotel. Ia terus berlari tanpa melihat di sekitarnya.

Charlotte berlari ke arah jalanan kota yang masih ramai dengan kendaraan. Sakit dalam hatinya sangat dalam sehingga ia tidak peduli dengan keadaan ramai di sekitarnya.

Di dalam pikiran Charlotte masih tidak percaya bahwa suaminya tega menampar dirinya dihadapan wanita lain. Charlotte berlari dengan tatapan kosong tanpa tujuan seolah-olah akal sehatnya sudah hilang.

Hingga akhirnya sebuah suara keras membuatnya terkejut hingga berteriak.

"Aaaaa …"

Ciiit …

Tiiiiiin …

Namun, suara teriakannya kalah dengan bunyi klakson mobil yang lewat tepat di sebelahnya. Tubuhnya lumbung dan lututnya terasa lemas sehingga ia jatuh dengan posisi duduk tepat di depan mobil sport berwarna merah menyala itu.

"Wanita itu benar-benar gila!" umpat seorang pria dari dalam mobilnya bersamaan dengan tangannya yang menekan klakson.

Untungnya mobil berhenti tepat pada waktunya dan belum sempat menyentuh tubuh Charlotte. Charlotte hanya bisa duduk lemas di depan mobil yang hampir saja menghilangkan nyawanya itu.

"Bisa-bisanya wanita itu malah duduk di situ," gerutu pria di dalam mobil itu.

"Hei, cepat minggir!" teriak pria itu lagi.

Charlotte masih duduk lemas dan menundukkan kepalanya. Ia masih terkejut dengan apa yang baru saja menimpanya. Bahkan, ia sampai tidak sadar bahwa dirinya akan tertabrak mobil.

Sesuatu yang baru saja menimpanya, jauh lebih mengerikan daripada tertabrak mobil sekalipun. Jika ia tertabrak mobil, maka fisiknya yang akan sakit. Atau bahkan tidak merasakan sakit sekali pun karena langsung meninggal seketika.

Namun, yang menimpanya kali ini adalah sesuatu hal yang menyakiti hatinya. Ia bahkan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Dunianya serasa hancur saat tahu bahwa suaminya lebih membela wanita lain di depan mata kepalanya sendiri.

Tatapan mata Charlotte tampak kosong dan ia juga tidak mampu mendengar serta menjawab teriakan-teriakan yang ditujukan padanya. Keramaian di sekitarnya seolah tidak berarti apa-apa buat Charlotte, nyawanya seperti sedang berada di tempat lain.

Sementara itu, ada seorang pria yang menunggu Charlotte segera bangkit dari posisinya saat ini.

"Hei, apa kamu tidak mendengarkan!" teriak pria itu lagi dari dalam mobilnya.

Tin … tin … tin …

Kejadian itu menyebabkan kemacetan karena mobil lain di belakang mobil yang hampir menabrak Charlotte tidak bisa berjalan. Suara klakson saling bersahutan membuat suasana semakin ramai.

Mau tidak mau, pria di dalam mobil merah yang hampir menabrak Charlotte harus turun. Ia menghampiri Charlotte dan berniat untuk menyuruhnya minggir.

Namun, saat pria tersebut sudah dekat dengan posisi Charlotte, tiba-tiba Charlotte pingsan dan membuat pria tersebut panik.

"Hei, bangun!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status