Share

2. Kecelakaan

Tin … tin … tin …

Klakson dibunyikan beberapa kali oleh Malvin agar Charlotte segera minggir. Apalagi di belakang Malvin juga sudah berisik suara klakson dari kendaraan yang lainnya.

Bukannya berdiri dan minggir, Charlotte justru pingsan. Ia tidak mampu lagi menahan sakit dikepalanya. Mengetahui hal itu, Malvin segera turun dari mobilnya dan menggendong Charlotte untuk masuk ke mobilnya.

"Sial, ada-ada saja kejadian seperti ini!" umpat Malvin sambil menggendong Charlotte.

Walau bagaimanapun, tadi Malvin hampir saja menabrak wanita itu. Ia tidak mau dianggap sebagai penabrak lari yang tidak bertanggung jawab oleh orang-orang yang lewat di jalanan tadi. Untuk itu, ia lebih memilih membawa Charlotte.

Malvin kembali mengendarai mobilnya saat tubuh Charlotte telah ditidurkan di kursi penumpang mobil sport warna merah itu. Mobil-mobil lain yang sejak tadi antre di belakang mobil Malvin akhirnya bisa kembali berjalan juga.

Situasi sudah jalanan kembali normal seperti semula. Untungnya tidak sampai ada polisi yang datang ke tempat kejadian sehingga membuat situasi semakin sulit.

Diperjalanan Malvin melihat kursi penumpang di belakang. Di situ masih ada Charlotte yang tergeletak tak sadarkan diri. Malvin bingung sendiri.

Malvin kembali melirik ke kaca spion dalam mobilnya untuk melihat Charlotte. Wanita itu masih terlelap dan belum sadar dari pingsannya. Malvin menggelengkan kepalanya, tidak percaya dengan yang dialaminya malam ini.

"Malam ini aku benar-benar sial. Bisa-bisanya aku membawa wanita yang tidak aku kenal seperti ini." Malvin terus saja bermonolog dengan dirinya sendiri. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana.

Mobil Malvin terus melaju membelah jalanan kota yang masih ramai. Banyak kendaraan berlalu-lalang dengan kesibukannya masing-masing. Gemerlap lampu kota terlihat sangat indah menghiasi tepi-tepi jalanan.

Ciiiit …

Terdengar suara mobil Malvin di rem saat memasuki parkiran apartemen. Ya, ia terlalu terburu-buru dan melaju dengan kecepatan cukup tinggi. Jadi, saat sampai pada tujuannya, mobilnya terkesan direm mendadak dan mengeluarkan bunyi yang cukup keras.

"Untung parkirannya sepi," gumam Malvin.

Ia segera menggendong tubuh Charlotte dan membawanya menuju apartemennya.

"Uh … Berat juga tubuh wanita ini," keluh Malvin.

Meski begitu ia tetap menggendongnya hingga sampai pada tujuan. Ia tampak kesusahan membuka kunci apartemennya karena harus menahan tubuh Charlotte agar tidak jatuh.

"Aah … Akhirnya," ucap Malvin yang merasa lega karena berhasil menurunkan tubuh Charlotte di atas kasur empuk miliknya.

Malvin melepas sandal yang digunakan Charlotte dan tidak lupa menutup tubuh Charlotte dengan selimut tanpa menyentuhnya sedikitpun.

Setelah itu Malvin keluar dari kamarnya dan merelakan kamar tidurnya ditempati orang yang baru saja ia temui di jalan. Malvin tidur di sofa ruang tengah.

"Dimana aku? Ini rumah siapa?" Charlotte yang baru saja bangun bertanya-tanya.

Charlotte baru saja tersadar dari pingsannya. Ia membuka matanya perlahan, saat telah bisa melihat seluruh isi ruangan ia pun terkejut dan bingung. Charlotte membuka selimut yang menutupi tubuhnya dan berusaha duduk, namun ia merasakan sakit dikepalanya.

"Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?" gumam Charlotte sambil berusaha mengingat-ingat kejadian yang menimpanya.

Namun, Charlotte belum mampu mengingat kejadian semalam. Dan yang ada, ia malah merasa sakit kepala saat berusaha memikirkan kejadian semalam.

"Aah … Sakit," keluh Charlotte.

Malvin yang mendengar suara wanita di dalam kamar segera bangkit dari tidurnya.

Ceklek

Malvin membuka pintu kamarnya, dan melihat Charlotte duduk dengan bersandar bantal di dalam kamar. Charlotte melihat ke arah pintu dan terkejut melihat keberadaan Malvin.

“Siapa kamu? Ngapain kamu di sini?

Charlotte ketakutan dan menutup badannya dengan selimut lagi.

“Hei, tenang dulu. Aku pemilik apartemen ini. Aku yang membawamu kemari.” Malvin berusaha menenangkan Charlotte.

“Jangan bohong, apa maumu?”

Charlotte mulai tidak bisa mengendalikan dirinya, ia melempari Malvin dengan bantal yang ada di sebelahnya.

“Hentikan!” teriak Malvin saat menerima lemparan bantal dari Charlotte.

“Keluar, kamu silakan keluar dulu!” pinta Charlotte.

“Hei, kau sudah gila! Ini kamarku dan tempat tinggalku, bisa-bisanya kamu menyuruhku keluar dari sini!” Malvin mulai kesal dengan sikap Charlotte.

“Aaah … Kepalaku sakit!” keluh Charlotte.

“Jangan mulai lagi, dasar kebanyakan drama!” ucap Malvin dengan penuh kekesalan.

Charlotte pingsan lagi, ia tidak kuat menahan rasa sakit dikepalanya. Sementara itu, Malvin justru menganggap bahwa Charlotte bersandiwara.

“Hei, bangun! Jangan drama lagi!” bentak Malvin sambil menggoyangkan tubuh Charlotte.

Namun, tidak ada jawaban dari Charlotte. Perempuan itu tidak berpura-pura, ia memang sedang tidak sadarkan diri. Badannya yang masih lemas, serta pikirannya yang kacau membuatnya tidak mampu mempertahankan kesadarannya.

“Sial, wanita ini benar-benar pingsan lagi!” Malvin masih kesal.

Malvin keluar lagi dari kamar itu, ia menuju ke dapur dan membuka lemari pendingin. Kejadian barusan cukup membuat emosinya naik. Ia berusaha menenangkan diri dengan mengambil minuman dingin di lemari pendingin.

“Wanita itu benar-benar gila, apa sebenarnya yang ada dipikirannya,” gumam Malvin sambil meneguk minuman dingin bersoda.

"Sekarang Dia malah pingsan lagi. Aku harus bagaimana?" Malvin bingung harus melakukan apa.

Malvin kembali ke kamar lagi, di sana masih ada Charlotte yang tidak sadarkan diri. Malvin mencoba mendekat dan membangunkannya tapi hasilnya nihil, Charlotte tetap tidak bangun.

Mata Malvin menyisir ke seluruh ruangan. Bantal-bantal berserakan di bawah dan selimutnya berantakan. Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat keadaan itu.

"Benar-benar wanita gila," gumamnya.

Malvin mengambil bantal yang jatuh satu persatu dan meletakkannya kembali ke atas ranjang. Ia juga merapikan selimut yang berantakan. Tidak lupa, Malvin juga menyelimuti tubuh Charlotte.

Namun, saat tangan Malvin yang memegang selimut berada tepat di dada Charlotte, Charlotte terbangun dari pingsannya. Charlotte terkejut dan menatap tajam ke arah Malvin.

"Kamu mau apa!" bentak Charlotte.

"Kamu sudah bangun, baguslah!" Malvin melepaskan tangannya dari selimut dan lekas berdiri.

Charlotte perlahan bangun dari posisi tidurnya. Malvin memperhatikan ke arah Charlotte.

"Jangan terlalu banyak gerak lagi, nanti kamu pingsan lagi!" cetus Malvin.

Charlotte yang masih lemah dan tidak berdaya dengan terpaksa menuruti ucapan Malvin. Ia duduk dengan menyandarkan punggungnya di dinding.

"Sebenarnya aku dimana?" tanya Charlotte dengan nada suara yang mulai merendah.

"Sekarang kamu benar-benar ingin tahu?" Malvin malah balik bertanya.

"Tentu saja, aku bingung."

"Baiklah, kamu sekarang ada di apartemenku."

"Kenapa bisa aku kesini?"

"Aku yang membawanya."

"Kenapa?"

"Karena kamu pingsan."

Charlotte menatap sambil melotot ke arah Malvin dan bertanya-tanya, "Aku? Pingsan?"

"Iya, kamu. Siapa lagi, dan aku yang menggendongmu kemari. Badanmu berat, bukanya berterima kasih, kamu malah melempariku dengan bantal pagi tadi." Malvin mengungkapkan kekesalannya pada sikap Charlotte.

Sementara itu, Charlotte hanya bisa diam mendengarkan ocehan Malvin. Ia mulai mencerna satu persatu kata yang diungkapkan Malvin. Charlotte juga berusaha mengingat kejadian semalam.

Ingatan Charlotte kembali pada saat dirinya menemui Hugo di hotel. Dan tiba-tiba Charlotte meneteskan air mata.

"Hiks … hiks … hiks … " Charlotte mulai terisak.

Malvin yang mendengar suara tangisan langsung menoleh ke arah Charlotte. Ia memperhatikan wanita tersebut. Malvin bingung karena tidak tahu kenapa Charlotte menangis.

"Drama apa lagi ini?" Malvin bertanya pada dirinya sendiri dengan suara lirih.

Sambil berkata begitu, mata Malvin tertuju pada wanita yang sedang menunduk sambil terisak itu. Dalam hatinya yang paling dalam sebenarnya ada rasa kasihan juga padanya. Namun, ia tidak tahu apa yang membuatnya tiba-tiba menangis seperti itu.

"Aku tidak drama!" Charlotte membentak Malvin di sela-sela tangisannya.

"Lalu apa ini? Kamu pura-pura pingsan di depan mobilku semalam. Bilang saja kalau kamu ingin memerasku kan? Berapa yang kamu inginkan?"

"Apa maksudmu? Hei, aku bukan wanita seperti itu ya!"

"Tapi ini kenyataanya! Kamu tiba-tiba berhenti dan pingsan di depan mobilku padahal mobilku tidak menyentuh tubuhmu sama sekali."

"Aku pingsan karena terkejut! Aku sama sekali tidak pura-pura pingsan. Kamu jangan asal tuduh!"

"Ah … Aku ini sedang ada masalah, jadi jangan menambah beban pikiranku!" bentak Malvin.

"Kamu yang mengajak berdebat dan menuduhku macam-macam," jawab Charlotte tidak mau kalah.

"Sudah diam! Aku pusing karena keluargaku terus memintaku menikah, sekarang kamu justru datang menambah masalah!" Malvin keceplosan mengatakan masalahnya pada Charlotte.

Mendengar apa yang diucapkan Malvin, Charlotte diam. Ia tampak memikirkan sesuatu.

"Kalau itu masalahmu, aku bisa membantu," ucap Charlotte.

Malvin terkejut dengan apa yang dikatakan Charlotte, ia menoleh ke arah wanita itu dan bertanya, "Apa maksudmu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status