“Kamu sudah pulang?”
Malvin terkejut mendengar pertanyaan Charlotte. Ia lupa bahwa sekarang ada orang lain yang tinggal di tempat tinggalnya.“Ah, iya.Kamu sudah makan malam?” tanya Malvin.“Sudah, kebetulan aku tadi masak sayuran yang ada di dalam lemari pendingin. Kalau kamu belum makan itu masih ada makanan yang aku masak tadi.”“Kebetulan aku tadi belum sempat makan malam. Kalau begitu aku makan ya. Terima kasih sudah menyisakan untukku.”Charlotte tersenyum dan berlalu meninggalkan Malvin.“Tunggu,” cegah Malvin.Charlotte menghentikan langkahnya yang hendak menuju kamar.“Ada apa?” tanya Charlotte yang telah berbalik badan menghadap ke arah Malvin.“Besok kamu harus siap-siap karena akan ada pertemuan bisnis di rumah orang tuaku. Aku ingin mengenalkanmu sebagai calon istriku.”DegCharlotte terkejut dan hanya bisa terdiam mendengar ucapan Malvin.“Secepat ini ya,” gumam Charlotte lirih, tetapi Malvin dapat mendengarnya.“Iya, lebih cepat lebih baik. Aku sudah risih dengan desakan ibuku untuk kencan buta.”“Ah, baiklah kalau begitu aku akan menyiapkan mentalku. Tapi, apa identitas baruku sudah siap?”“Tenang saja, semuanya sudah ada.”“Baik, terima kasih.”Charlotte hendak beranjak menuju kamar lagi, tetapi ia ingat sesuatu yang akan dikatakan pada Malvin.“Sepertinya aku butuh nomor telepon baru juga,” ucap Charlotte.“Oh iya, sebentar.” Malvin berjalan menuju ke ruang tamu, di sana sudah ada sebuah tas belanja yang berisi sesuatu.Malvin mengambil tas belanja tersebut dan menyerahkan kepada Charlotte.“Ini, aku sudah menyiapkannya. Aku juga bingung kalau tidak bisa menghubungimu. Disitu sudah tersimpan nomor teleponku juga. Kamu bisa menghubungiku jika ada sesuatu yang penting saat aku sedang di kantor.”Charlotte terkejut menerima pemberian Malvin, ia tidak menyangka Malvin membelikan handphone baru untuknya. Padahal Charlotte sebenarnya berniat mengganti nomor yang ada di ponselnya sebelumnya tanpa ganti ponsel baru.“Sekali lagi terima kasih banyak ya. Maaf aku terlalu banyak merepotkanmu, aku akan berusaha membantumu sebaik-baiknya,” kata Charlotte dengan tulus.“Tidak perlu begitu, lagian aku juga membutuhkanmu. Kita saling bekerja sama saja.”“Baiklah, kalau begitu aku istirahat dulu. Kamu silakan makan malam.”Kali ini Charlotte benar-benar meninggalkan Malvin di ruang makan. Charlotte menuju ke kamar Malvin untuk istirahat.Saat telah berada di dalam kamar, Charlotte membuka tas belanja yang diberikan Malvin. Di dalam tas belanja itu ada sebuah ponsel baru yang lebih canggih dari ponsel miliknya sebelumnya.“Waw!” seru Charlotte takjub.Charlotte mengambil ponsel miliknya sebelumnya yang ada di atas nakas. Ponsel tersebut sudah dimatikan sejak pagi tadi oleh Charlotte karena suaminya terus menghubunginya.“Terima kasih sudah menemaniku selama ini, sekarang saatnya kamu istirahat,” ucap Charlotte pada ponsel lamanya.“Sekarang saatnya kamu yang menemani hari-hariku,” ucap Charlotte lagi pada ponsel baru yang diberikan Malvin tadi.Setelah mengatakan itu, Charlotte menyimpan ponsel lamanya ke dalam tas yang digantungkan di belakang pintu kamar Malvin. Setelah itu Charlotte lanjut merebahkan dirinya untuk beristirahat.…Pagi harinya, Charlotte terkejut mendengar suara dering ponsel yang nyaring. Tangan Charlotte meraba-raba ke atas nakas untuk mengambil ponsel tersebut. Saat telah berhasil meraihnya Charlotte mengusap layar sehingga dering ponsel berhenti.“Halo,” ucap Charlotte sambil meletakkan ponsel ditelinganya.“Halo, identitas barumu sudah ada di atas meja makan. Siang nanti silakan siap-siap, karena akan ada yang menjemputmu.” Suara Malvin terdengar dari speaker ponsel.Charlotte yang tadinya masih memejamkan mata seketika membuka matanya karena terkejut mendengar ucapan Malvin.“Hah, ah iya.” Charlotte menanggapi ucapan Malvin sambil tergagap.Usai mendengar jawaban Charlotte Malvin memutus sambungan telepon tersebut.“Jam berapa ini?”Charlotte segera membenarkan posisinya yang semula masih rebahan beralih ke posisi duduk. ia melihat jam yang ada di ponselnya, ternyata sudah menunjukkan pukul 08.34.Charlotte turun dari ranjang dan keluar kamar menuju ke ruang makan. Di atas meja makan ada sebuah kartu identitas dan di sebelahnya ada piring berisi sandwich sayur.“Cynthia Aurelia.” Charlotte membaca nama yang tertulis di kartu identitas baru tersebut.Itu artinya, nama baru yang disiapkan Malvin untuknya adalah Chyntia.“Baiklah, ini nama baruku sekarang.”Charlotte berjalan menuju ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi ia bercermin dan mengatakan sesuatu pada dirinya sendiri.“Aku sekarang bukanlah Charlotte melainkan Chyntia. Chyntia tidak kenal lagi dengan yang namanya Hugo. Chyntia bukanlah Charlotte yang lemah dan tersakiti lagi. Namun, Chyntia adalah wanita hebat dan kuat sekarang.”…Tepat pukul 13.00 Charlotte dijemput oleh asisten Malvin. Charlotte di antar ke salon dan butik langganan keluarga Malvin untuk didandani secantik mungkin.“Wah … ini bagus sekali, aku jadi terlihat berbeda,” ucap Charlotte yang takjub melihat penampilannya sendiri di pantulan cermin.“Anda terlihat sangat cantik Nona, Tuan Malvin pasti puas dengan hasil dandanan ini. Mari saya antar menuju ke mobil. Tuan Malvin sudah menunggu Anda,” ucap asisten yang mengantarkan Charlotte tadi.Charlotte mengangguk dan patuh mengikuti asisten Malvin menuju mobil yang terparkir di halaman depan butik. Di dalam mobil, Malvin tampak terkesima melihat penampilan Charlotte sehingga tidak mampu berkata apa-apa.Asisten Malvin membukakan pintu mobil dan mempersilakan Charlotte duduk di sebelah kemudi yaitu tepat di samping Malvin. Tidak terasa mata Malvin terus menatap Charlotte sampai duduk di sebelahnya, saat sadar Malvin segera memalingkan wajahnya melihat lurus ke dapan.“Kamu sudah siap?” tanya Malvin.“Ya, aku siap” jawab Charlotte mantap.“Ingat, nama kamu sekarang adalah Chyntia, kamu harus memperkenalkan dirimu dengan nama itu. Kamu juga harus mengatakan bahwa kamu baru saja pulang dari Los Angeles untuk menempuh pendidikan S2. Serta bilang kalau orang tuamu masih tinggal di sana.”“Baik, tadi aku sudah mempelajari semua dokumen yang kamu berikan.”“Bagus.” Malvin mengatakan itu sambil tancap gas menuju ke kediaman orang tuanya.Tidak butuh waktu lama mereka akhirnya sampai ke rumah orang tua Malvin. Rumah yang megah dengan halaman yang sangat luas dengan taman yang ditumbuhi berbagai macam tanaman indah di tengah-tengahnya. Charlotte tampak takjub melihatnya, tetapi perhatiannya tertuju pada sebuah mobil yang ia kenali tengah terparkir di halaman rumah itu.“Apa keluarga Bapak Lroris juga hadir?” Charlotte memberanikan diri bertanya Malvin untuk menjawab rasa penasarannya.Pertanyaan Charlotte sontak membuat Malvin terkejut, meski begitu ia tetap mejawabnya, “Ya, Bapak Lroris adalah rekan bisnis ayahku. Kenapa, apa kamu kenal?”Mendengar jawaban Malvin tersebut Charlotte tampak terkejut sehingga menjawab pertanyaan Malvin dengan tergagap, “Ti- tidak apa-apa. Ah, iya maksudku aku kenal.”Mereka saling menatap satu sama lain dan Malvin mengerem mobilnya secara mendadak karena terkejut mendengar jawaban Charlotte barusan dan bertanya kembali, “Apa kehidupanmu sebelumnya berhubungan dengan keluarga Bapak Lroris?”Setelah Charlotte dan Malvin menyusuri jalan menuju pantai yang menawan itu, mereka tampak begitu menikmati momen yang sederhana, namun penuh arti. Angin laut yang sejuk menerpa wajah mereka, dan suara ombak yang menghantam pantai memberikan ketenangan yang jarang mereka rasakan. Charlotte berjalan sedikit lebih cepat, menikmati setiap detik kebersamaannya dengan Malvin. Tiba-tiba, dia berhenti dan berbalik ke arah Malvin yang sedikit tertinggal di belakang.“Kamu tahu, aku jarang sekali merasa seperti ini,” ujar Charlotte sambil tersenyum, “tenang, seperti semuanya berjalan dengan baik.”Malvin tersenyum mendengarnya. Wajahnya yang biasanya serius kini tampak lebih lembut. “Aku juga merasa seperti itu. Ada sesuatu yang berbeda di sini, Charlotte. Mungkin karena kita jauh dari semua masalah.”Charlotte menatap mata Malvin dengan penuh arti. Namun, kata-kata yang datang selanjutnya malah membuat hatinya sedikit ragu. “Tapi aku tahu, ini tidak akan bertahan lama. Kamu akan pergi bekerja
"Kamu mau pulang?" tanya Charlotte pada Malvin yang telah memutus sambungan telepon. "Iya, aku harus segera pulang. Ada masalah di pekerjaan," jawab Malvin."Apa tidak bisa diselesaikan asistenmu?" tanya Charlotte lagi. "Tidak, ini sudah masalah yang sangat fatal. Pihak klien meminta aku sendiri yang datang.""Lalu aku bagaimana?" tanya Charlotte dengan nada sedih. "Maaf, kamu boleh disini dulu atau mau jalan-jalan sebelum aku pulang?" tanya Malvin berusaha menghibur Charlotte. "Kalau kamu pulang mendingan aku ikut pulang juga. Aku bosan kalau tidak ada temannya disini," jawab Charlotte. "Baiklah, aku minta asistenku memesan dua tiket untuk pulang.Malvin mengambil handuk yang ada di ujung ranjang dan melingkarkan ke tempat tubuhnya bagian bawah, lalu ia berjalan menuju kamar mandi. Sementara itu, saat Malvin sudah masuk ke kamar mandi Charlotte mengambil handuk kimono yang ada di ujung ranjang.Ch
"Aaah …" teriak Charlotte.Bersamaan dengan itu Malvin berusaha menarik badan Charlotte ke dalam pelukannya. Namun, keseimbangan Malvin juga tidak kuat akhirnya mereka tercebur sama-sama ke dalam kolam renang yang penuh dengan kelopak mawar merah dan pink. Charlotte melingkarkan tangannya di leher Malvin untuk berpegangan. Sementara Malvin memegang pinggang Charlotte. Mereka saling berhadapan dan berpandangan satu sama lain. Malvin menatap wajah Charlotte lekat-lekat dalam jarak yang sangat dekat. Wajah Charlotte yang basah oleh air tampak begitu menarik bagi Malvin. Malvin memandang Charlotte sambil diam, Charlotte juga diam karena masih terkejut dengan kejadian yang baru saja menimpa mereka ia juga merasa salah tingkah karena dipandangi Malvin dalam jarak yang sangat dekat. Entah mengapa suasana berubah menjadi tegang. Detak jantung Malvin maupun Charlotte menjadi sangat cepat sampai-sampai mereka merasa detak jantung itu terdengar
"Sarapan sudah siap, sekarang kalian sarapan dulu lalu nanti segera siap-siap," ujar Nyonya Diana sambil tersenyum. "Tapi Bu, kita tidak butuh bulan madu," ujar Malvin. "Gak ada tapi-tapi, ini wajib. Ibu sudah membelikan tiketnya jadi kalian tinggal berangkat. Ok!" seru Nyonya Diana lagi sambil tersenyum bahagia. Malvin berjalan di belakang ibunya menuju ke ruang makan. Dia masih terus membujuk ibunya agar tidak jadi bulan madu. Namun, Nyonya Diana sudah bertekad bulat untuk meminta mereka bulan madu. Nyonya Diana telah membeli dua tiket menuju ke negara Italia sebagai tujuan bulan madu Malvin dan Chintya. Italia dipilih sebagai destinasi bulan madu karena menurut Nyonya Diana di sana banyak destinasi wisata romantis. Nyonya Diana berharap bisa segera menimang cucu dari Malvin dan Chintya. Tiga sandwich telah terhidang di meja makan sebagai menu sarapan pagi ini. Nyonya Diana sengaja menyiapkan sendiri dan mengunci anak d
“Aku tidur dulu ya,” ujar Nyonya Diana sambil melangkahkan kakinya menuju ke kamar yang biasa ditempati Malvin.“Iya Bu, selamat tidur. Semoga Ibu mimpi indah,” ucap Malvin sambil mendorong tubuh ibunya menuju kamar itu dengan perlahan.“Kamu juga lekas tidur, jangan gila kerja!” teriak Nyonya Diana, beliau menghentikan langkahnya.“Iya Bu, Malvin juga mau tidur ini,” ujar Malvin sambil menatap ibunya.“Sebentar, aku harus memastikan kamu masuk ke dalam kamar dulu.”“Bu!” teriak Malvin merajuk.“Sekarang juga kamu harus masuk ke kamar. Kamu juga Chyntia, kalian harus lekas tidur,” pinta Nyonya Diana.“Baik Bu,” jawab Malvin sambil melangkahkan kakinya menuju ke kamar.Sementara itu, Malvin mulai merebahkan dirinya di sofa ruang tengah. “Kamu mau tidur di sini? Kenapa tidak di dalam saja?” ujar Nyonya Diana dengan bersedekap dada.“Malvin ingin tidur di sini Bu, di dalam panas,” jawab Malvin, i
"Dari mana saja kamu? Istri baru ditinggalkan sendirian sampai larut malam!" ujar Nyonya Diana saat Malvin baru saja masuk ke dalam apartemennya. "Ibu! Kenapa disini?" tanya Malvin yang terkejut dengan keberadaan ibunya di rumah. "Jawab dulu, kamu darimana?""Maaf, tadi ada keperluan mendesak Bu, Malvin tadi lembur.""Lembur apanya, Ibu melihat di cctv kantor kamu tidak ada di sana!" "Hah, Ibu sampai mengecek?" tanya Malvin semakin terkejut dengan yang dilakukan ibunya. "Ya, karena aku mencarimu!" teriak Nyonya Diana."Tadi aku ke rumah sakit Bu, aku tidak sengaja menyerempet karyawanku," jawab Malvin jujur. "Siapa?""Bianca."Mendengar nama Bianca, Charlotte terkejut dan bergumam, "Jadi dia pulang larut malam karena mengantar Bianca.""Kenapa kamu tidak mengabari istrimu?"Mendengar pertanyaan itu Malvin menjadi semakin terkejut. Malvin menoleh ke arah Charlotte dan Char