Share

3. Kesepakatan

"Aku bisa membantumu menyelesaikan masalahmu, tetapi kamu juga harus membantuku." Charlotte menatap ke arah Malvin, ia tampak mengatakan itu dengan serius.

"Apa rencanamu?" tanya Malvin yang menanggapi dengan serius.

"Bantu aku memalsukan identitasku. Aku ingin dianggap mati dari kehidupanku sebelumnya. Dan aku ingin hidup sebagai orang lain." Charlotte berkata sambil menatap lurus ke depan.

"Lalu? Apa untungnya buatku jika aku membantumu?" Malvin masih belum mengerti dengan rencana Charlotte.

"Kamu bilang tadi didesak untuk segera menikah oleh orang tuamu," ucap Charlotte sambil menatap Malvin.

"Lalu?" tanya Malvin lagi.

"Kalau boleh tahu apa sebenarnya alasan kamu tidak ingin menikah?" tanya Charlotte berusaha mencari informasi.

"Aku ini sudah terlalu sibuk dengan pekerjaan, jadi menurutku terlalu rumit jika harus memikirkan pernikahan. Apalagi jika harus memulai hubungan dari awal yaitu mulai mengenal dan lanjut hubungan lainnya. Aku tidak mau memikirkan itu," jawab Malvin.

"Bagaimana kalau kita menikah kontrak. Jadi aku akan membantumu dengan berpura-pura menjadi pasanganmu, dengan begitu kamu tidak akan pernah didesak untuk menikah lagi oleh orang tuamu."

Malvin diam mendengar apa yang dikatakan Charlotte. Ia tampak berpikir cukup serius. Lalu, ia menatap ke arah Charlotte dan memandangnya dengan tatapan serius.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Charlotte yang penasaran dengan tatapan Malvin.

"Tidak apa-apa. Aku hanya sedang mempertimbangkan tawaran mu," jawab Malvin.

"Lalu bagaimana, apa kamu setuju?"

"Apa kamu benar-benar yakin akan menikah denganku?"

"Kita tidak benar-benar menikah. Kita hanya pura-pura saja. Aku melakukannya untuk menghilangkan jejak dari kehidupanku sebelumnya dan kamu bisa memanfaatkanku agar orang tuamu tidak menyuruhmu menikah lagi."

"Kamu benar, aku memang sudah muak dengan permintaan orang tuaku."

"Jadi, kamu setuju?" tanya Charlotte.

"Tetapi aku punya syarat."

"Apa itu?"

"Kita menikah kontrak, jadi sebelum pernikahan aku akan membuat perjanjian yang berisi beberapa hal yang akan kita lakukan sesudah menikah. Aku akan mengabulkan permintaanmu untuk membuat identitas baru, tetapi aku ingin kamu mematuhi beberapa hal yang aku pinta nantinya." Malvin berusaha menjelaskan apa yang dia inginkan pada Charlotte.

"Baiklah, aku setuju," jawab Charlotte dengan mantap.

Malvin mengangguk sambil tersenyum mendengar jawaban Charlotte.

"By the way, apa tadi kamu melihat tas yang kubawa?" tanya Charlotte yang ingat bahwa dirinya tadi membawa tas.

"Aku menaruhnya di sana," jawab Malvin sambil menunjuk ke tas yang ada di atas nakas.

"Oh, baiklah. Terima kasih," ucap Charlotte.

Charlotte mengambil tas yang ditunjukkan Malvin, ia tampak mencari sesuatu di dalamnya.

"Silakan lanjut istirahat, aku juga akan lanjut istirahat," ucap Malvin yang beranjak keluar dari kamarnya.

"Eh, maaf ini kamarmu. Apa tidak sebaiknya aku saja yang keluar?"

"Tidak, kamu yang lebih membutuhkan kamar ini karena kondisi fisikmu masih lemah."

Malvin melangkah menuju keluar kamar meninggalkan Charlotte sendirian.

"Kalau begitu terima kasih," ucap Charlotte saat Malvin sudah membuka pintu kamar.

Malvin lanjut keluar kamar tanpa menjawab ucapan Charlotte. Sementara Charlotte tampak mengeluarkan benda pipih canggih miliknya dari dalam tas.

"Ah, baterainya habis."

Charlotte beranjak dari tempat tidur, ia berjalan menuju pintu kamar. Ia membuka pintu kamar dan keluar menuju sofa ruang tengah untuk menghampiri Malvin.

"Maaf mengganggu, apakah kamu sudah tidur?" tanya Charlotte saat dirinya sudah berada di dekat Malvin.

Malvin membuka matanya dan mengganti posisinya menjadi duduk.

"Ada apa?" Malvin balik bertanya.

"Apa aku boleh meminjam charger ponselmu? Kebetulan baterai ponselku habis."

Malvin beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju laci yang ada di ruang tengah. Ia mengambil charger miliknya dan menyerahkan pada Charlotte sambil berkata, "Ini."

"Terima kasih," ucap Charlotte sambil berlalu menuju ke dalam kamar lagi.

"Semoga saja charger ini cocok dengan ponselku," ucap Charlotte yang membawa charger di tangannya.

Charlotte segera mencolokkan charger ke ponselnya. Dan ternyata, "Syukurlah, charger ini cocok." Charlotte mengatakan itu saat telah mencobanya.

Untungnya di atas nakas ada colokan listrik sehingga Charlotte bisa segera mengecharge ponselnya. Sambil menunggu baterai ponselnya terisi penuh, Charlotte memilih merebahkan tubuhnya di tempat tidur.

Setelah merebahkan tubuhnya, ternyata Charlotte tidak tertidur. Pikiran Charlotte kembali mengingat tentang kejadian demi kejadian yang ia alami semalam. Bagaimana ia keluar rumah, mengetahui mobil suaminya hingga mengikutinya sampai ke hotel.

Charlotte ingat betul bagaimana saat suaminya bermesraan dengan wanita lain.

"Kamu benar-benar tega!" ucap Charlotte dengan kesalnya.

"Bisa-bisanya kamu menghianatiku!" lanjut Charlotte masih dengan emosi yang membara.

"Selama ini aku sudah sabar menerima perlakuan keluargamu, tapi ini justru kamu juga menghianatiku! Aku benar-benar tidak bisa memaafkanmu Hugo!"

Sambil berkata begitu Charlotte duduk dan meraih ponselnya. Ia mencoba menghidupkan ponselnya yang baterainya sudah terisi sedikit.

Usai menghidupkan benda canggih itu Charlotte meletakkannya kembali di atas nakas. Beberapa saat kemudian, benda pipih pintar milik Charlotte itu tampak sibuk dengan beberapa notifikasi.

Charlotte melirik ke ponsel yang terus bergetar dan berkedip di atas nakas tanpa menyentuhnya. Ia membiarkan semua notifikasi masuk tanpa melihatnya dahulu. Hingga akhirnya ia tertidur di atas kasur empuk yang ada di kamar Malvin.

tok … tok … tok …

Suara ketukan pintu membuat Charlotte terbangun dari tidur pulasnya.

“Apa kamu sudah bangun?” tanya Malvin dari balik pintu kamarnya.

“Ah, iya aku sudah bangun,” jawab Charlotte setengah tergagap karena terkejut baru terbangun.

“Aku sudah menyiapkan sarapan, kamu bisa sarapan dahulu. Sekarang aku pamit berangkat ke kantor dulu. Nanti aku akan menyiapkan dokumen identitas baru yang kamu inginkan,” ucap Malvin.

Charlotte beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju ke arah pintu lalu membukanya. ia melihat Malvin yang tengah berdiri di depan pintu kamar itu.

“Baiklah, terima kasih banyak.” Charlotte menanggapi apa yang dikatakan Malvin tadi.

“Nanti aku juga akan menyiapkan dokumen perjanjian kontrak pernikahan kita sehingga kamu tinggal menandatanganinya.”

“Baik.”

“Kalau begitu aku berangkat ke kantor dulu, nanti kalau kamu butuh minuman atau makanan ringan semuanya sudah ada di dalam lemari pendingin. Kamu tidak berencana akan keluar kan?”

“Tidak, aku akan tetap di dalam sini dan tidak akan keluar sebelum identitas baruku jadi.”

“Baiklah kalau begitu, jaga dirimu baik-baik” ucap Malvin sambil beranjak meninggalkan Charlotte.

Charlotte mengangguk menanggapi ucapan Malvin lalu kembali masuk ke dalam kamar. Saat telah berada di dalam kamar, mata Charlotte tertuju ke benda pipih canggih di atas nakas yang masih tersambung dengan charger. Benda pipih itu tampak menyala dari kejauhan sehingga Charlotte mendekat untuk melihatnya.

Saat melihat layar ponselnya Charlotte tampak terkejut karena melihat nama kontak di ponselnya, "Astaga, aku lupa belum memblokir nomornya!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status