Share

7. Kembali ke Sisi Gelap

last update Last Updated: 2024-01-19 20:45:58

"Apa kamu bilang? Charlotte pergi dan kamu tidak tahu kemana Dia?" Ayah Hugo terkejut mendengar bahwa Charlotte pergi dari rumah.

Sementara itu, Hugo hanya bisa diam melihat tanggapan ayahnya yang tampak marah.

"Apa sebenarnya yang kamu lakukan sehingga Charlotte pergi meninggalkanmu?" Ayah Hugo bertanya sambil berteriak karena marah.

Rose, Jessie dan Marrie keluar dari kamar karena mendengar suara ayah mereka yang keras. Sedangkan Hugo masih tetap terdiam karena tidak tahu harus menjawab apa.

"Cepat jawab!" bentak ayah Hugo yang semakin marah.

"Tenanglah Ayah, biarkan Hugo menjelaskan terlebih dahulu." Ibu Hugo menghampiri suaminya untuk menenangkan.

"Ah! Ini karena putramu itu sering kamu bela! Jadinya begini!" Tuan James Lloris semakin marah mendengar Nyonya Rose membela putranya.

"Ayah tidak mau tahu, kamu harus mencari Charlotte. Jangan sampai membuat keluarga ini malu dengan hancurnya rumah tanggamu!" tambah Tuan Lloris.

Usai mengatakan itu Tuan James segera berlalu meninggalkan Hugo di ruang tamu. Beliau berjalan menuju ke kamarnya diikuti Nyonya Rose. Jessie dan Marrie juga ikut masuk ke dalam kamar mereka sendiri.

Sementara itu Hugo masih terdiam seperti patung di tempat berdirinya tadi. Saat ini pikiran Hugo menjadi semakin kacau karena ayahnya ikut marah dengan kepergian Charlotte.

"Sial!" umpat Hugo sambil menyisir kasar rambutnya ke belakang menggunakan jari-jari kedua tangannya.

Hugo keluar rumah dan mengambil rokok dari dalam saku celananya. Ia duduk di kursi yang ada di teras sambil menghisap rokok untuk mencari ketenangan.

Usai menghisap beberapa batang rokok hingga putungnya terkumpul cukup banyak di asbak yang tersedia pada meja, Hugo masih merasa tidak tenang. Dia segera pergi ke garasi untuk mengambil motor besarnya.

Malam itu, Hugo pergi dari rumah mengendarai motor besar miliknya. Sudah lama ia tidak mengeluarkan motor besar itu. Namun, masalah yang sedang ia hadapi membuatnya ingin kembali ke dunia gelapnya dulu.

Sebenarnya, semenjak menikah dengan Charlotte, Hugo telah merubah gaya hidupnya. Dulu ia adalah pecinta motor besar dan ikut komunitas motor besar. Bahkan setiap tengah malam ia selalu ikut balapan motor besar liar.

Sepertinya sekarang Hugo ingin kembali menjalani kehidupan malam dengan bergabung komunitas motor besar lagi. Ia memacu kuda besinya itu dengan kecepatan tinggi menuju perkumpulan komunitas motor besar.

Sesampainya di tempat tujuan Hugo segera diteriaki oleh kawan-kawan lamanya.

"Hei Bro! Lama tidak berjumpa. Mimpi apa kamu tiba-tiba kembali datang kesini lagi?" tanya seorang pria berbadan kekar yang sedang duduk di atas motor besarnya.

"Apa aku sudah tidak boleh datang kesini lagi?" Hugo balik melempar pertanyaan kepada kawan-kawan lamanya.

"Tentu saja kamu sangat kami tunggu Bro, sudah lama sekali tidak balapan denganmu. Rasanya aku tidak sabar melihat kemampuanmu mengendarai motormu ini lagi," sahut pria yang duduk di trotoar jalan sambil menghisap rokoknya.

Dahulu Hugo terkenal sebagai seorang yang ahli balapan. Dia sering menang balapan dan disukai kawan-kawannya. Hugo sering mewakili komunitasnya yang bernama "Golden Road Bikers" dalam berbagai perlombaan balapan.

"Sepertinya sekarang Dia sudah siap balapan lagi Bro. Ayo kita ikutkan balapan, kebetulan Minggu depan ada balapan melawan Road Fire, Black Force dan Arm Road. Golden Road Bikers bisa mengandalkan Hugo lagi."

“Benar, sekarang ayo kita latihan dulu! Kita lihat bagaimana kemampuan Hugo lagi.” seru seorang pria berbadan tinggi dengan memakai jaket berwarna hitam.

Hugo pun bersiap untuk memacu motor besarnya bersandingan dengan dua pria lainnya yang sudah siap juga dengan motornya. Hugo tampak sudah tidak siap untuk melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Mata Hugo tampak fokus menatap jalanan, tetapi hati dan pikirannya sedang berada di lain tempat. Hugo hanya ingin melampiaskan emosinya dengan balapan. Ia berpikir balapan bisa membuatnya lupa dengan masalah yang sedang ia hadapi.

….

"Halo," ucap Charlotte yang telah meletakkan benda pipih canggih di telinga sebelah kanan.

"Lalu aku harus bagaimana? Bukankah kamu yang memancing emosiku!" bentak Charlotte.

Hugo menanggapi ucapan Charlotte dari balik sambungan telepon. Tanggapan Hugo membuat Charlotte semakin marah.

"Apanya yang mau dijelaskan? Semuanya sudah jelas!" ucap Charlotte dengan penuh emosi.

Hugo masih bersikeras membujuk Charlotte untuk bertemu hingga akhirnya Charlotte mengatakan, "Baiklah, kita bertemu di cafe. Aku akan mengirim alamatnya."

Usai mengatakan itu Charlotte memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Charlotte mendengar Hugo akan mengatakan sesuatu, tetapi ia memilih tidak mendengarnya dan memutus sambungan telepon tersebut.

Charlotte mengambil jaketnya digantungan baju. Ia memakai jaket tersebut dan bergegas keluar kamar. Charlotte tidak bisa berjalan dengan cepat karena sebenarnya kondisi tubuhnya belum sembuh betul.

Setelah berhasil keluar dari tempat tinggal Malvin, Charlotte segera berjalan menuju lift. Di dalam lift Charlotte memencet tombol dan tidak lama kemudian ia sudah sampai di lantai dasar.

Ting

Pintu lift terbuka dan Charlotte keluar dari lift. Charlotte berjalan menuju pintu keluar. Saat sudah di luar, Charlotte menengok ke kanan dan ke kiri. Ia tampak sedang mencari sesuatu.

Hingga akhirnya, mata Charlotte menangkap sebuah cafe di seberang gedung yang ia tinggalkan.

"Itu dia," ucap Charlotte sambil mengeluarkan ponselnya.

Charlotte mengirim pesan berisi share lokasi kepada Hugo. Setelah itu ia masuk ke dalam cafe dan memesan minuman.

Sekitar 15 menit Charlotte menunggu, Hugo pun datang. Hugo dapat menemukan lokasi yang dikirim Charlotte dengan tepat dan cepat.

Hugo masuk ke dalam cafe dan mencari keberadaan Charlotte. Ternyata orang yang dicarinya duduk di kursi samping jendela kaca. Charlotte fokus menikmati minumannya sehingga tidak menyadari kedatangan Hugo.

"Kenapa meminta bertemu disini?"

Pertanyaan Hugo membuat Charlotte terkejut dan menatap ke sumber suara.

"Kamu sudah datang?" Bukan menjawab Charlotte justru balik bertanya.

Hugo duduk di kursi yang ada di depan Charlotte. Di meja mereka sudah tersaji dua minuman, satu untuk Charlotte satu untuk Hugo.

"Kamu sudah memesankan aku kopi favoritku. Terima kasih," ucap Hugo sambil meminum kopinya.

"Kenapa kamu mengkhianatiku?" ucap Charlotte datar sambil menatap ke arah luar jendela.

"Apa maksudmu?" Hugo terkejut dengan ucapan Charlotte.

Charlotte mengambil ponselnya dan menunjukkan foto yang ia ambil semalam saat membuntuti Hugo.

"Itu, kamu mau mengelak lagi?"

Hugo semakin terkejut melihat apa yang ditunjukkan Charlotte. Hugo akan mengambil ponsel Charlotte yang diletakkan di meja, tetapi Charlotte mengambilnya lagi.

"Tidak perlu diambil, kamu cukup melihatnya saja," ucap Charlotte.

"Kamu membuntutiku? Kamu tidak percaya padaku hingga membuntuti kemanapun aku pergi?" Hugo justru balik memarahi Charlotte.

"Apa ini? Kamu kembali menyalahkan aku?" Charlotte geleng-geleng kepala mendengar ucapan Hugo.

"Aku sudah selesai bicara. Sepertinya memang kita lebih baik berpisah," ucap Charlotte lagi sambil berdiri dari tempat duduknya.

Charlotte berjalan meninggalkan Hugo, tetapi tangan Charlotte ditarik oleh Hugo.

"Kamu mau kemana? Ayo pulang!"

Charlotte berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman tangan kekar Hugo, tapi itu cukup sulit baginya.

Tanpa mereka sadari ternyata sedari tadi ada orang lain yang memperhatikan mereka berdua. Orang tersebut membentak, "Lepaskan, Dia tidak mau pulang denganmu!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    Rencana Tersembunyi

    Setelah Charlotte dan Malvin menyusuri jalan menuju pantai yang menawan itu, mereka tampak begitu menikmati momen yang sederhana, namun penuh arti. Angin laut yang sejuk menerpa wajah mereka, dan suara ombak yang menghantam pantai memberikan ketenangan yang jarang mereka rasakan. Charlotte berjalan sedikit lebih cepat, menikmati setiap detik kebersamaannya dengan Malvin. Tiba-tiba, dia berhenti dan berbalik ke arah Malvin yang sedikit tertinggal di belakang.“Kamu tahu, aku jarang sekali merasa seperti ini,” ujar Charlotte sambil tersenyum, “tenang, seperti semuanya berjalan dengan baik.”Malvin tersenyum mendengarnya. Wajahnya yang biasanya serius kini tampak lebih lembut. “Aku juga merasa seperti itu. Ada sesuatu yang berbeda di sini, Charlotte. Mungkin karena kita jauh dari semua masalah.”Charlotte menatap mata Malvin dengan penuh arti. Namun, kata-kata yang datang selanjutnya malah membuat hatinya sedikit ragu. “Tapi aku tahu, ini tidak akan bertahan lama. Kamu akan pergi bekerja

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    31. Kabar Mengejutkan

    "Kamu mau pulang?" tanya Charlotte pada Malvin yang telah memutus sambungan telepon. "Iya, aku harus segera pulang. Ada masalah di pekerjaan," jawab Malvin."Apa tidak bisa diselesaikan asistenmu?" tanya Charlotte lagi. "Tidak, ini sudah masalah yang sangat fatal. Pihak klien meminta aku sendiri yang datang.""Lalu aku bagaimana?" tanya Charlotte dengan nada sedih. "Maaf, kamu boleh disini dulu atau mau jalan-jalan sebelum aku pulang?" tanya Malvin berusaha menghibur Charlotte. "Kalau kamu pulang mendingan aku ikut pulang juga. Aku bosan kalau tidak ada temannya disini," jawab Charlotte. "Baiklah, aku minta asistenku memesan dua tiket untuk pulang.Malvin mengambil handuk yang ada di ujung ranjang dan melingkarkan ke tempat tubuhnya bagian bawah, lalu ia berjalan menuju kamar mandi. Sementara itu, saat Malvin sudah masuk ke kamar mandi Charlotte mengambil handuk kimono yang ada di ujung ranjang.Ch

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    30. Malam Tak Terduga

    "Aaah …" teriak Charlotte.Bersamaan dengan itu Malvin berusaha menarik badan Charlotte ke dalam pelukannya. Namun, keseimbangan Malvin juga tidak kuat akhirnya mereka tercebur sama-sama ke dalam kolam renang yang penuh dengan kelopak mawar merah dan pink. Charlotte melingkarkan tangannya di leher Malvin untuk berpegangan. Sementara Malvin memegang pinggang Charlotte. Mereka saling berhadapan dan berpandangan satu sama lain. Malvin menatap wajah Charlotte lekat-lekat dalam jarak yang sangat dekat. Wajah Charlotte yang basah oleh air tampak begitu menarik bagi Malvin. Malvin memandang Charlotte sambil diam, Charlotte juga diam karena masih terkejut dengan kejadian yang baru saja menimpa mereka ia juga merasa salah tingkah karena dipandangi Malvin dalam jarak yang sangat dekat. Entah mengapa suasana berubah menjadi tegang. Detak jantung Malvin maupun Charlotte menjadi sangat cepat sampai-sampai mereka merasa detak jantung itu terdengar

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    29. Dipaksa Ibu

    "Sarapan sudah siap, sekarang kalian sarapan dulu lalu nanti segera siap-siap," ujar Nyonya Diana sambil tersenyum. "Tapi Bu, kita tidak butuh bulan madu," ujar Malvin. "Gak ada tapi-tapi, ini wajib. Ibu sudah membelikan tiketnya jadi kalian tinggal berangkat. Ok!" seru Nyonya Diana lagi sambil tersenyum bahagia. Malvin berjalan di belakang ibunya menuju ke ruang makan. Dia masih terus membujuk ibunya agar tidak jadi bulan madu. Namun, Nyonya Diana sudah bertekad bulat untuk meminta mereka bulan madu. Nyonya Diana telah membeli dua tiket menuju ke negara Italia sebagai tujuan bulan madu Malvin dan Chintya. Italia dipilih sebagai destinasi bulan madu karena menurut Nyonya Diana di sana banyak destinasi wisata romantis. Nyonya Diana berharap bisa segera menimang cucu dari Malvin dan Chintya. Tiga sandwich telah terhidang di meja makan sebagai menu sarapan pagi ini. Nyonya Diana sengaja menyiapkan sendiri dan mengunci anak d

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    28. Permintaan Ibu

    “Aku tidur dulu ya,” ujar Nyonya Diana sambil melangkahkan kakinya menuju ke kamar yang biasa ditempati Malvin.“Iya Bu, selamat tidur. Semoga Ibu mimpi indah,” ucap Malvin sambil mendorong tubuh ibunya menuju kamar itu dengan perlahan.“Kamu juga lekas tidur, jangan gila kerja!” teriak Nyonya Diana, beliau menghentikan langkahnya.“Iya Bu, Malvin juga mau tidur ini,” ujar Malvin sambil menatap ibunya.“Sebentar, aku harus memastikan kamu masuk ke dalam kamar dulu.”“Bu!” teriak Malvin merajuk.“Sekarang juga kamu harus masuk ke kamar. Kamu juga Chyntia, kalian harus lekas tidur,” pinta Nyonya Diana.“Baik Bu,” jawab Malvin sambil melangkahkan kakinya menuju ke kamar.Sementara itu, Malvin mulai merebahkan dirinya di sofa ruang tengah. “Kamu mau tidur di sini? Kenapa tidak di dalam saja?” ujar Nyonya Diana dengan bersedekap dada.“Malvin ingin tidur di sini Bu, di dalam panas,” jawab Malvin, i

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    27. Permintaan Nyonya Diana

    "Dari mana saja kamu? Istri baru ditinggalkan sendirian sampai larut malam!" ujar Nyonya Diana saat Malvin baru saja masuk ke dalam apartemennya. "Ibu! Kenapa disini?" tanya Malvin yang terkejut dengan keberadaan ibunya di rumah. "Jawab dulu, kamu darimana?""Maaf, tadi ada keperluan mendesak Bu, Malvin tadi lembur.""Lembur apanya, Ibu melihat di cctv kantor kamu tidak ada di sana!" "Hah, Ibu sampai mengecek?" tanya Malvin semakin terkejut dengan yang dilakukan ibunya. "Ya, karena aku mencarimu!" teriak Nyonya Diana."Tadi aku ke rumah sakit Bu, aku tidak sengaja menyerempet karyawanku," jawab Malvin jujur. "Siapa?""Bianca."Mendengar nama Bianca, Charlotte terkejut dan bergumam, "Jadi dia pulang larut malam karena mengantar Bianca.""Kenapa kamu tidak mengabari istrimu?"Mendengar pertanyaan itu Malvin menjadi semakin terkejut. Malvin menoleh ke arah Charlotte dan Char

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    26. Kelicikan Bianca

    “Bagaimana Dokter, apa dia tidak apa-apa?” tanya Malvin pada dokter yang baru saja memeriksa Bianca.“Dia tidak apa-apa Tuan, kakinya hanya tergores sedikit mungkin terkena bagian mobil,” ucap dokter menjelaskan.“Syukurlah kalau begitu. Sudah bisa langsung pulang kan Dok?” tanya Malvin lagi.“Tentu saja, tadi lukanya sudah diobati dan nanti akan saya berikan obat pereda nyeri.”Malvin menghembuskan napas lega dan tidak lupa mengucapkan terima kasih pada dokter tersebut.“Baiklah, terima kasih Dok.”“Sama-sama Tuan, saya lanjut memeriksa pasien yang lain ya,” pamit dokter itu.Malvin mengangguk, dan dokter itu berlalu. Malvin menuju ke ruangan dimana Bianca tadi diperiksa.“Kamu sudah diperbolehkan pulang. Untuk obatnya nanti akan diberikan,” ucap Malvin pada Bianca yang duduk di atas ranjang dengan kaki diperban.“Terima kasih Tuan,” jawab Bianca.“Sama-sama, dan maaf karena tadi mobilku menye

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    25. Perpisahan

    "Ayo, Mama antar ke Papa!" ajak Charlotte pada putrinya sambil menuntunnya menuju ke lift. Mereka berdua baru saja melepas pelukan erat sebagai pelepas rindu. Nathalie menggangguk dan menuruti permintaan mamanya itu. Lift yang mereka naiki mengantar sampai ke lantai dasar. Bunyi denting lift mempersilakan Mama dan anak itu untuk keluar.Langkah kaki Charlotte membawanya sampai ke tempat parkir bersama Nathalie. Sampai di parkiran, ternyata Hugo telah menunggu dengan bersandar pada mobil BMWnya. Hugo segera berdiri tegap saat menyadari Charlotte dan Nathalie menghampirinya. Ia bersiap menyambutnya. "Sayang," ucap Hugo. "Papa," ucap Nathalie sambil berlari menghampiri papanya. Charlotte berhenti agak jauh dari mereka berdua dan memperhatikan kedekatan papa dan anaknya. "Pa, apa aku boleh ikut Mama?" tanya Nathalie pada papanya.Hugo menoleh ke arah Charlotte karena terkejut dengan pernyataan putrin

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    24. Pertemuan dengan Nathalie

    "Halo, Malvin sudah sampai di kantor," ucap Bianca yang berbicara dengan lawan bicaranya lewat sambungan telepon.Lalu, Bianca mendengarkan lawan bicaranya dari telepon yang tersambung dan diletakkan di telinganya itu. "Ok," jawab Bianca dilanjutkan dengan memutuskan sambungan telepon. Ponsel itu ia letakkan di atas meja kerjanya. Lalu, Bianca melihat ke arah ruangan Malvin yang di ruangan itu Malvin tampak sedang sibuk membaca dokumen. Di rumah Hugo, ia sedang bersiap-siap. Nathalie juga tengah bersiap-siap dibantu suster yang merawatnya. "Sudah siap?" tanya Hugo pada Nathalie saat ia telah keluar dari kamarnya dan masuk ke kamar Nathalie. "Sudah Papa," jawab Nathalie dengan senyuman bahagia. "Let's go!" ajak Hugo sambil menggendong putri semata wayangnya itu. "Kamu senang?" tanya Hugo pada Nathalie yang sedang berada di gendongannya. "Tentu Papa, aku sangat senang karena akan diajak jalan-jala

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status