Share

6. Perjanjian

last update Last Updated: 2024-01-18 22:52:48

"Apa ini tidak terlalu cepat?" tanya Charlotte pada Malvin.

"Justru lebih cepat lebih baik."

"Benar, lebih cepat lebih baik. Tetapi aku l tidak menyangka jika akan secepat ini. Aku kira kita perlu meyakinkan orang tuamu dan tidak akan secepatnya mendapatkan restu mereka."

"Aku juga tidak menyangka respons orang tuaku cukup baik menyambutmu. Waktu kita tinggal 1 bulan lagi menuju hari pernikahan. Sekarang tugasku adalah membuat dokumen pernikahan kita, jangan sampai ada yang tahu identitasmu sebenarnya." Malvin tampak serius dengan ucapannya.

"Aku yakin kamu bisa mengurus itu dengan baik. Lalu apa tugasku?" tanya Charlotte.

"Kamu harus ikut ibuku untuk mempersiapkan acara pernikahan kita nanti. Ikuti saja apa yang ibuku inginkan," jawab Malvin.

"Baiklah," ujar Charlotte.

Malvin mengambil sesuatu dari dalam tas kerjanya dan memberikannya kepada Charlotte. Sebuah amplop berwarna cokelat tampak berisi dokumen.

"Apa ini?" Charlotte penasaran dan bertanya kepada Malvin.

"Buka dan baca dengan teliti!" pinta Malvin.

Charlotte membuka amplop tersebut dan mengeluarkan dokumen yang ada di dalamnya. Ada dua bendel dokumen yang isinya sama.

"Perjanjian pernikahan," ucap Charlotte yang membaca judul dokumen tersebut.

"Ya, aku sudah menyiapkannya. Bukankah ini yang kamu inginkan?"

"Benar, aku ingin dan butuh ini."

"Silakan dibaca tiap poinnya dengan teliti. Ada dua dokumen, satu untukku dan satu lagi untu kamu simpan."

Charlotte mengangguk mendengar penjelasan Malvin. Ia mulai membaca poin-poin yang ada pada perjanjian pernikahan yang dibuat oleh Malvin tersebut.

Setelah membacanya, Charlotte tampak manggut-manggut tanda setuju. Ia pun segera menandatangani kedua perjanjian tersebut.

"Ini, aku sudah menandatanganinya. Sekarang giliran kamu yang tanda tangan."

Charlotte memberikan kedua dokumen yang telah ditandatanganinya kepada Malvin. Malvin menerimanya sambil tersenyum dan segera menandatangani dokumen itu.

"Ok, sekarang ini sudah beres. Kamu simpan ini dan yang satu ini akan aku simpan," ujar Malvin sambil memberikan satu dokumen kepada Charlotte.

Charlotte menerima dokumen tersebut sambil mengangguk.

"Baiklah, sekarang aku mau istirahat dulu," ucap Charlotte sambil berlalu meninggalkan Malvin menuju ke kamar.

Malvin menanggapinya dengan anggukan.

Sementara itu, Hugo yang baru saja sampai di rumahnya usai menghadiri acara makan malam di rumah keluarga Liavin tampak kebingungan. Hugo sangat yakin bahwa wanita yang dikenalkan Malvin dengan nama Cynthia itu adalah Charlotte.

"Kamu kenapa Hugo?" tanya ibu Rose yang sejak tadi memperhatikan anak laki-lakinya itu.

"Ah, ibu mengagetkanku saja," jawab Hugo yang terkejut.

"Dari tadi ibu memperhatikanmu tampak kebingungan. Apa kamu sedang memikirkan wanita tadi?"

Hugo menatap ibunya dan bertanya, "Apa ibu juga memiliki pikiran yang sama denganku?"

"Ya, ibu juga berpikir itu istrimu. Tetapi, kenapa anak Tuan Lavin menyebut namanya Chyntia. Lalu, dari penampilannya wanita itu juga sangat berbeda dengan penampilan istrimu yang kusam dan berantakan."

"Tetap saja, Dia sangat mirip dengan Charlotte Bu," bantah Hugo.

"Kamu sudah menghubunginya?"

"Sudah ribuan kali Bu, tetapi sekarang justru nomornya tidak aktif lagi."

"Lalu kemana perginya wanita itu?"

Hugo diam mendengar pertanyaan ibunya karena ia juga tidak bisa menjawabnya. Pria itu justru beranjak dari tempat duduknya yang sejak tadi berada di ruang makan menuju ke lemari es untuk mengambil minuman kaleng.

"Ibu, Kakak, kalian sudah pulang?" Jassie datang menyapa ibu dan saudara laki-lakinya.

"Ya, seperti yang kamu lihat," jawab Hugo.

"Bagaimana acaranya Bu? Seru? Wah, sayang sekali aku tidak diajak." Jessie menanyakan sambil merengek ingin ikut ke acara makan malam rutin yang diadakan keluarga Liavin itu.

"Ini acara penting, tidak sembarangan yang bisa ikut. Ayahmu akan malu jika mengajak terlalu banyak anggota keluarga." Bu Rose menanggapi rengekan putrinya.

"Tapi kenapa hanya Hugo yang selalu diajak. Kan bisa gantian Bu?" protes Jessie lagi.

"Jessie benar, aku juga ingin ikut Bu. Kan kita bisa gantian," timpal Marrie.

"Tenanglah, nanti ayahmu akan marah jika mendengar apa yang kalian katakan ini." Ibu Rose berusaha menenangkan kedua putrinya.

"Tapi Bu, kenapa selalu Hugo." Lagi-lagi rengekan keluar dari mulut putri Rose, kali ini Marrie yang merengek.

"Apa sih yang kalian ributkan!" bentak Hugo yang mulai emosi.

"Aku juga ingin bisa ikut ke pesta sepertimu!" Jassie balik membentak Hugo.

"Untuk apa kalian ikut? Kalian tidak akan paham mengenai bisnis Ayah!" Hugo semakin emosi.

"Sudah diam, jangan ribut! Jessie, Marrie kalian tidak tahu apa-apa soal bisnis." Kali ini Ayah mereka yang angkat bicara.

Mendengar ayahnya yang berbicara seketika Jessie dan Marrie tidak berani membantah lagi. Mereka berdua meninggalkan ruang tengah menuju ke kamarnya masing-masing.

Ibu Rose yang sejak tadi duduk bersama Hugo di ruang tengah mengikuti kedua putrinya yang sedang merajuk. Beliau berusaha menenangkan dan membujuk putri kesayangannya itu agar tidak merajuk lagi.

Sementara itu, Hugo meletakkan kedua tangannya pada kepala. Ia tampak merasa sangat frustasi karena mendengar ocehan adik-adiknya yang menurut Hugo tidak masuk akal.

"Mereka sudah gila!" umpat Hugo sambil meneguk minuman kaleng yang sejak tadi dipegangnya.

"Lama-lama aku juga bisa ikut gila jika terus di rumah ini!"

Hugo beranjak dari tempat duduknya, ia berjalan menuju ruang tamu. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar ayahnya bertanya, "Mau kemana kamu?"

"Aku ingin mencari udara segar Yah," jawab Hugo singkat sambil terus berjalan menuju pintu.

"Bagaimana kabar istrimu? Kapan Dia akan pulang?" tanya ayahnya lagi.

Hugo menghentikan langkahnya dan berbalik badan menghadap ayahnya yang berdiri di ruang tengah.

"Aku sedang berusaha mencarinya Yah," ujar Hugo sambil menatap ayahnya.

"Jadi selama ini kamu tidak tahu keberadaannya?"

Hugo kebingungan mendengar pertanyaan ayahnya. Ia berusaha mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut.

"Maksud Hugo, Charlotte. Ah, Charlotte sedang ingin bertemu keluarganya Yah. Ya, Dia akan segera kembali ke rumah ini secepatnya." Hugo berusaha mencari alasan hingga tergagap menjawab pertanyaan ayahnya.

"Benarkah? Kalau begitu telepon Dia. Suruh segera pulang," perintah ayah Hugo.

Hugo kebingungan lagi mencari alasan. Namun, ia tidak bisa menolak perintah ayahnya. Ia pun segera mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi nomor Charlotte yang sudah tidak aktif lagi.

"Kenapa?"

"Tidak diangkat Yah. Mungkin Charlotte sudah tidur. Ini sudah larut malam," ujar Hugo.

"Mana ponselmu," pinta ayah Hugo.

"Untuk apa Yah?"

"Sudah jangan banyak tanya."

"Tapi …"

Ayah Hugo mendekat ke arah Hugo dan mengambil ponsel Hugo. Beliau mencari nomor Charlotte dan menekan tombol dial. Tombol speaker diaktifkan oleh ayah Hugo sehingga mereka berdua bisa mendengar bahwa nomor yang dihubungi tersebut sudah tidak aktif.

Ayah Hugo menatap tajam ke arah anak laki-lakinya itu sambil berkata, "Jawab jujur, ada apa sebenarnya?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    Rencana Tersembunyi

    Setelah Charlotte dan Malvin menyusuri jalan menuju pantai yang menawan itu, mereka tampak begitu menikmati momen yang sederhana, namun penuh arti. Angin laut yang sejuk menerpa wajah mereka, dan suara ombak yang menghantam pantai memberikan ketenangan yang jarang mereka rasakan. Charlotte berjalan sedikit lebih cepat, menikmati setiap detik kebersamaannya dengan Malvin. Tiba-tiba, dia berhenti dan berbalik ke arah Malvin yang sedikit tertinggal di belakang.“Kamu tahu, aku jarang sekali merasa seperti ini,” ujar Charlotte sambil tersenyum, “tenang, seperti semuanya berjalan dengan baik.”Malvin tersenyum mendengarnya. Wajahnya yang biasanya serius kini tampak lebih lembut. “Aku juga merasa seperti itu. Ada sesuatu yang berbeda di sini, Charlotte. Mungkin karena kita jauh dari semua masalah.”Charlotte menatap mata Malvin dengan penuh arti. Namun, kata-kata yang datang selanjutnya malah membuat hatinya sedikit ragu. “Tapi aku tahu, ini tidak akan bertahan lama. Kamu akan pergi bekerja

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    31. Kabar Mengejutkan

    "Kamu mau pulang?" tanya Charlotte pada Malvin yang telah memutus sambungan telepon. "Iya, aku harus segera pulang. Ada masalah di pekerjaan," jawab Malvin."Apa tidak bisa diselesaikan asistenmu?" tanya Charlotte lagi. "Tidak, ini sudah masalah yang sangat fatal. Pihak klien meminta aku sendiri yang datang.""Lalu aku bagaimana?" tanya Charlotte dengan nada sedih. "Maaf, kamu boleh disini dulu atau mau jalan-jalan sebelum aku pulang?" tanya Malvin berusaha menghibur Charlotte. "Kalau kamu pulang mendingan aku ikut pulang juga. Aku bosan kalau tidak ada temannya disini," jawab Charlotte. "Baiklah, aku minta asistenku memesan dua tiket untuk pulang.Malvin mengambil handuk yang ada di ujung ranjang dan melingkarkan ke tempat tubuhnya bagian bawah, lalu ia berjalan menuju kamar mandi. Sementara itu, saat Malvin sudah masuk ke kamar mandi Charlotte mengambil handuk kimono yang ada di ujung ranjang.Ch

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    30. Malam Tak Terduga

    "Aaah …" teriak Charlotte.Bersamaan dengan itu Malvin berusaha menarik badan Charlotte ke dalam pelukannya. Namun, keseimbangan Malvin juga tidak kuat akhirnya mereka tercebur sama-sama ke dalam kolam renang yang penuh dengan kelopak mawar merah dan pink. Charlotte melingkarkan tangannya di leher Malvin untuk berpegangan. Sementara Malvin memegang pinggang Charlotte. Mereka saling berhadapan dan berpandangan satu sama lain. Malvin menatap wajah Charlotte lekat-lekat dalam jarak yang sangat dekat. Wajah Charlotte yang basah oleh air tampak begitu menarik bagi Malvin. Malvin memandang Charlotte sambil diam, Charlotte juga diam karena masih terkejut dengan kejadian yang baru saja menimpa mereka ia juga merasa salah tingkah karena dipandangi Malvin dalam jarak yang sangat dekat. Entah mengapa suasana berubah menjadi tegang. Detak jantung Malvin maupun Charlotte menjadi sangat cepat sampai-sampai mereka merasa detak jantung itu terdengar

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    29. Dipaksa Ibu

    "Sarapan sudah siap, sekarang kalian sarapan dulu lalu nanti segera siap-siap," ujar Nyonya Diana sambil tersenyum. "Tapi Bu, kita tidak butuh bulan madu," ujar Malvin. "Gak ada tapi-tapi, ini wajib. Ibu sudah membelikan tiketnya jadi kalian tinggal berangkat. Ok!" seru Nyonya Diana lagi sambil tersenyum bahagia. Malvin berjalan di belakang ibunya menuju ke ruang makan. Dia masih terus membujuk ibunya agar tidak jadi bulan madu. Namun, Nyonya Diana sudah bertekad bulat untuk meminta mereka bulan madu. Nyonya Diana telah membeli dua tiket menuju ke negara Italia sebagai tujuan bulan madu Malvin dan Chintya. Italia dipilih sebagai destinasi bulan madu karena menurut Nyonya Diana di sana banyak destinasi wisata romantis. Nyonya Diana berharap bisa segera menimang cucu dari Malvin dan Chintya. Tiga sandwich telah terhidang di meja makan sebagai menu sarapan pagi ini. Nyonya Diana sengaja menyiapkan sendiri dan mengunci anak d

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    28. Permintaan Ibu

    “Aku tidur dulu ya,” ujar Nyonya Diana sambil melangkahkan kakinya menuju ke kamar yang biasa ditempati Malvin.“Iya Bu, selamat tidur. Semoga Ibu mimpi indah,” ucap Malvin sambil mendorong tubuh ibunya menuju kamar itu dengan perlahan.“Kamu juga lekas tidur, jangan gila kerja!” teriak Nyonya Diana, beliau menghentikan langkahnya.“Iya Bu, Malvin juga mau tidur ini,” ujar Malvin sambil menatap ibunya.“Sebentar, aku harus memastikan kamu masuk ke dalam kamar dulu.”“Bu!” teriak Malvin merajuk.“Sekarang juga kamu harus masuk ke kamar. Kamu juga Chyntia, kalian harus lekas tidur,” pinta Nyonya Diana.“Baik Bu,” jawab Malvin sambil melangkahkan kakinya menuju ke kamar.Sementara itu, Malvin mulai merebahkan dirinya di sofa ruang tengah. “Kamu mau tidur di sini? Kenapa tidak di dalam saja?” ujar Nyonya Diana dengan bersedekap dada.“Malvin ingin tidur di sini Bu, di dalam panas,” jawab Malvin, i

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    27. Permintaan Nyonya Diana

    "Dari mana saja kamu? Istri baru ditinggalkan sendirian sampai larut malam!" ujar Nyonya Diana saat Malvin baru saja masuk ke dalam apartemennya. "Ibu! Kenapa disini?" tanya Malvin yang terkejut dengan keberadaan ibunya di rumah. "Jawab dulu, kamu darimana?""Maaf, tadi ada keperluan mendesak Bu, Malvin tadi lembur.""Lembur apanya, Ibu melihat di cctv kantor kamu tidak ada di sana!" "Hah, Ibu sampai mengecek?" tanya Malvin semakin terkejut dengan yang dilakukan ibunya. "Ya, karena aku mencarimu!" teriak Nyonya Diana."Tadi aku ke rumah sakit Bu, aku tidak sengaja menyerempet karyawanku," jawab Malvin jujur. "Siapa?""Bianca."Mendengar nama Bianca, Charlotte terkejut dan bergumam, "Jadi dia pulang larut malam karena mengantar Bianca.""Kenapa kamu tidak mengabari istrimu?"Mendengar pertanyaan itu Malvin menjadi semakin terkejut. Malvin menoleh ke arah Charlotte dan Char

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    26. Kelicikan Bianca

    “Bagaimana Dokter, apa dia tidak apa-apa?” tanya Malvin pada dokter yang baru saja memeriksa Bianca.“Dia tidak apa-apa Tuan, kakinya hanya tergores sedikit mungkin terkena bagian mobil,” ucap dokter menjelaskan.“Syukurlah kalau begitu. Sudah bisa langsung pulang kan Dok?” tanya Malvin lagi.“Tentu saja, tadi lukanya sudah diobati dan nanti akan saya berikan obat pereda nyeri.”Malvin menghembuskan napas lega dan tidak lupa mengucapkan terima kasih pada dokter tersebut.“Baiklah, terima kasih Dok.”“Sama-sama Tuan, saya lanjut memeriksa pasien yang lain ya,” pamit dokter itu.Malvin mengangguk, dan dokter itu berlalu. Malvin menuju ke ruangan dimana Bianca tadi diperiksa.“Kamu sudah diperbolehkan pulang. Untuk obatnya nanti akan diberikan,” ucap Malvin pada Bianca yang duduk di atas ranjang dengan kaki diperban.“Terima kasih Tuan,” jawab Bianca.“Sama-sama, dan maaf karena tadi mobilku menye

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    25. Perpisahan

    "Ayo, Mama antar ke Papa!" ajak Charlotte pada putrinya sambil menuntunnya menuju ke lift. Mereka berdua baru saja melepas pelukan erat sebagai pelepas rindu. Nathalie menggangguk dan menuruti permintaan mamanya itu. Lift yang mereka naiki mengantar sampai ke lantai dasar. Bunyi denting lift mempersilakan Mama dan anak itu untuk keluar.Langkah kaki Charlotte membawanya sampai ke tempat parkir bersama Nathalie. Sampai di parkiran, ternyata Hugo telah menunggu dengan bersandar pada mobil BMWnya. Hugo segera berdiri tegap saat menyadari Charlotte dan Nathalie menghampirinya. Ia bersiap menyambutnya. "Sayang," ucap Hugo. "Papa," ucap Nathalie sambil berlari menghampiri papanya. Charlotte berhenti agak jauh dari mereka berdua dan memperhatikan kedekatan papa dan anaknya. "Pa, apa aku boleh ikut Mama?" tanya Nathalie pada papanya.Hugo menoleh ke arah Charlotte karena terkejut dengan pernyataan putrin

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    24. Pertemuan dengan Nathalie

    "Halo, Malvin sudah sampai di kantor," ucap Bianca yang berbicara dengan lawan bicaranya lewat sambungan telepon.Lalu, Bianca mendengarkan lawan bicaranya dari telepon yang tersambung dan diletakkan di telinganya itu. "Ok," jawab Bianca dilanjutkan dengan memutuskan sambungan telepon. Ponsel itu ia letakkan di atas meja kerjanya. Lalu, Bianca melihat ke arah ruangan Malvin yang di ruangan itu Malvin tampak sedang sibuk membaca dokumen. Di rumah Hugo, ia sedang bersiap-siap. Nathalie juga tengah bersiap-siap dibantu suster yang merawatnya. "Sudah siap?" tanya Hugo pada Nathalie saat ia telah keluar dari kamarnya dan masuk ke kamar Nathalie. "Sudah Papa," jawab Nathalie dengan senyuman bahagia. "Let's go!" ajak Hugo sambil menggendong putri semata wayangnya itu. "Kamu senang?" tanya Hugo pada Nathalie yang sedang berada di gendongannya. "Tentu Papa, aku sangat senang karena akan diajak jalan-jala

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status