Share

Bab 008

Penulis: Queen Moon
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-28 22:12:09

Setelah beberapa hari bekerja sebagai pengasuh dan ibu susu, Laras menyadari bahwa Winda kurang menaruh perhatian pada putrinya sendiri. Dia hampir keluar setiap hari bertemu dengan teman-temannya dan bekerja menjadi model iklan. 

Dia seorang wanita yang sangat sibuk dan terkenal di media sosial. Hampir setiap media sosialnya berisikan flexing gaya hidup sebagai sosialita. Sayangnya dia tidak bisa memamerkan suaminya yang seorang Presdir maupun anak yang baru dia lahirkan.

Winda memberi alasan di media sosialnya bahwa keluarga suaminya sangat menjaga privasi mereka.

"Dia benar-benar wanita yang beruntung." Laras mendesah ketika melihat iklan parfum Winda yang lewat di TV kamar Chloe. 

Bayi di pelukannya sedang menyusu di dadanya.

Sofia selalu mengeluh tentang sikap Winda, tapi Ardhan membiarkan istrinya melakukan apa yang dia inginkan dan memenuhi gaya hidupnya yang super mewah karena dia sudah melahirkan seorang anak. 

Dia adalah suami yang baik, yang membuat Winda bersikap semakin sombong di depan Sofia.

 Jika Sofia dan Winda berdebat, Ardhan akan membela istrinya.

Ardhan adalah suami dan ayah yang baik untuk anak dan istrinya.

Di rumah tangga Laras, dia dan mertuanya selalu ribut seperti Sofia dan Winda, namun bedanya Rizal lebih memilih membela keluarganya yang mengatai Laras perempuan mandul.

Hebatnya Laras bisa bertahan dengan suaminya dan keluarga mertuanya selama lima tahun.

"Aduh ...." Laras meringis menatap bayi di pelukannya merasakan puting susunya sakit karena digigit.

"Chloe, jangan menggigit ya ... Puting susu Bibi sakit ...."

Bayi Chloe hanya tersenyum polos memamerkan gigi ompongnya yang lucu, membuat Laras tidak bisa marah dan mendesah pasrah.

Dia melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 11 malam dan mendesah memandang bayi di pelukannya.

Winda sudah pulang sejam yang lalu dan sudah tidur nyenyak di kamarnya tanpa menengok putrinya. 

Sementara Laras terjaga dan begadang menyusu bayinya. Dia bahkan belum sempat mandi dari sejak sore.

"Udah jam segini, kenapa Chloe belum tidur .... Tidur, ya sayang. Bibi sangat mengantuk hmmm ...." 

Laras membujuk Chloe agar tidur selama hampir satu jam dan akhirnya anak itu tidur.

Dia dengan hati-hati meletakkan Chloe di box bayi.

"Akhirnya tidur juga." Laras meregangkan badannya lalu menuju ke kamar mandi untuk mandi.

Meski sudah tengah malam, Laras tidak nyaman tidur dengan perasaan belum mandi. 

Laras menghabiskan waktu hampir tiga puluh menit di kamar mandi. Kamar ini sangat mewah dan besar, memiliki air yang bisa diatur ke air hangat membuatnya nyaman setiap kali mandi malam.

Laras mengeringkan tubuhnya dengan handuk dan hendak berganti baju, tapi kemudian menyadari lupa membawa baju gantinya.

Laras mengusap rambut dalam kebingungan sambil menggigit bibir bawahnya. Dia menarik napas dalam-dalam lalu membalut tubuhnya dengan handuk.

"Hanya sekali ini saja. Aku hanya mau mengambil baju ganti. Lagipula ini udah tengah malam. Tuan Ardhan dan Nyonya Winda pasti sudah tidur di kamar mereka," gumamnya lalu melangkah keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk.

Laras melangkah dengan cepat menuju ke lemari pakaian untuk mengambil baju gantinya sambil menahan handuk dan menutupi belahan dadanya ada karena ada kamera CCTV di ruang itu. 

Saat dia hendak membuka lemari pakaian, tiba-tiba dia merasakan sebuah lengan memeluk tubuhnya dari belakang.

 Dada keras dan hangat menempel di punggung Laras. Suaranya yang serak berbisik di samping telinganya.

"Aku pulang ...." 

Laras seketika membeku. 

"Hmm, kamu baru saja mandi? Kamu wangi sekali ....."

Suara itu ... Itu Ardhan.

Laras tersadar dan meronta dengan perasaan cemas.

"Tuan Ardhan .... Ini aku Laras, bukan Nyonya Winda."

Tapi Ardhan seolah tidak mendengar dan mengendus-endus leher Laras.

" ... kamu mengganti sabunmu? Aroma mawar manis sekali .... Aku suka ...."

Laras mengepalkan tangannya dengan mata membelalak merasakan bibir Ardhan mengecup lehernya. Lidahnya menjilat dan menghisap kulit lehernya membuat tubuh Laras meremang.

Dia mulai meronta dengan panik namun tangan Ardhan memeluknya cukup erat, membuat Laras tak bisa bergerak.

Laras menoleh ke belakang, menatap wajah Ardhan yang terbenam di lehernya dengan mata terpejam. 

Cahaya lampu tidur di samping ranjang membuat kamar itu tampak remang-remang. Laras tidak bisa melihat wajah Ardhan sepenuhnya. Namun dia mencium bau alkohol pekat dari napasnya.

"Tu-tuan ... Apa kamu mabuk?"

"Hmm ...." Gumam Ardhan tak melepaskan bibirnya dari leher Laras. Salah satu tangannya bergerak mengelus perut Laras, merambat ke atas dan meremas salah satu buah dada Laras yang tertutup handuk.

"Ah—!" Laras langsung menggigit bibirnya menahan suara erangannya keluar.

"Tuan … tolong lepaskan saya. aku bukan Nyonya Winda ... Kamu salah masuk kamar ...."

Laras memohon sambil menahan salah tangan Ardhan yang mengusap paha bagian paha dalamnya, menyusup ke dalam handuk.

"Tuan Ardhan! Nghh .... tolong berhenti!" Wajah Laras memanas merasakan tangan pria mengusap bagian intim.

Sensasi telapak tangannya di kulitnya yang sensitif membuat tubuhnya menggigil karena sensasi asing mengalir di tubuhnya.

Laras menggelengkan kepala.

Ini tidak boleh. Ardhan sudah punya istri. Istrinya tepat sedang tidur di samping kamar ini.

"Tuan ... Tolong sadar! Ini aku Laras!" Laras berbisik dengan suara hanya bisa didengar oleh mereka berdua.

Ketakutan dan kecemasan memenuhi dadanya. Tubuhnya bergetar, namun ... dia merasakan sensasi menyenangkan di tubuhnya saat jari-jari Ardhan mengusap bagian sensitif tubuhnya yang mulai basah dan berkedut.

"Kamu sangat basah di sini ...." bisik suara serak Ardhan di tangannya. Lidahnya menjilat daun telinga Laras.

"Engh ... Ini tidak benar ... Tolong lepaskan aku ...." Laras merintih mencoba menahan suaranya erengannya. Dia berusaha keras meronta dalam pelukan erat Ardhan.

 "Tuan Ardhan ... Tolong sadarlah ... Istri kamu ada di kamar sebelah."

Seolah-olah tidak mendengarkan, Ardhan terus menjilat daun telinganya lalu mulai melepas handuk di tubuh Laras dan melemparkan handuk ke bawah, membuat wanita itu telanjang sepenuhnya.

Laras tersentak mencoba menutupi tubuhnya dengan tangannya panik dan memohon agar Ardhan melepaskannya.

"Tuan Ardhan tolong berhenti ... Ini aku Laras–"

Laras tak menyelesaikan kalimatnya karena bibir pria itu menutup mulutnya. 

"Uhm ...." Laras membelalak dengan wajah memerah, menatap wajah tampan Ardhan sementara bibir pria itu terus mencium bibirnya dengan nafsu. 

Bibirnya menghisap bibir Laras kuat lalu menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulutnya.

Laras hampir tak bisa bernapas, atau berteriak. Bibirnya terasa mati rasa karena ciuman panas dan membara Ardhan.

 Darahnya berdesir merasakan tonjolan keras yang menusuk perutnya sementara tangan Ardhan meremas pantatnya yang tak tertutup apapun sekarang.

"Tuan ... Ardhan ... aku mohon ...." Erangan putus asa Laras yang memohon tertelan dalam mulut Ardhan. 

Tangannya mendorong dada dan mencakar punggung pria namun tak membuat Ardhan melepaskannya.

Ardhan mendorong tubuhnya ke tempat tidur dan menindihnya dari atas.

 Saat dia menjauh untuk melepaskan kemejanya, Laras memanfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri darinya.

Ardhan menangkap pergelangan kakinya dan menariknya kembali ke bawah tubuhnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 054

    Mobil itu sangat familiar, seperti BMW hitam yang selalu dikendarai Ardhan.Ardhan memiliki kesukaan untuk mengoleksi mobil dari merek BMW. Bahkan garasi keluarga Wikrama lebih banyak terparkir mobil BMW dibandingkan jenis mobil merek lain yang dipakai anggota keluarga Wikrama yang lain.Laras sudah beberapa kali menaiki mobil itu dan akrab dengan mobil BMW yang dikendarai Ardhan Wikrama.Namun ketika dia melihat plat nomor mobil itu berbeda, Laras menghembuskan napas yang tanpa sadar di tahannya.Konyol jika dia berpikir Ardhan ada di sini sekarang.Namun mobil itu bukan mobil yang dipakai Sinta atau Dian. Mungkinkah mereka membeli mobil baru? Atau ada tamu yang datang berkunjung di rumah mereka?"Kak Laras, sedang apa?" Sandra berdiri di sampingnya lalu menatap mobil mewah yang terparkir di halaman rumah Shinta."Wah, itu mobil yang sangat mewah. Apa itu jenis mobil BMW keluaran terbaru? Aku bisa tahu karena salah satu teman kampusku punya mobil seperti itu. Sepertinya tetanggamu j

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 053

    "Hmm ...." Laras menanggapi dengan acuh tak acuh mulai berjalan mencari susu formula untuk Aidan."Baiklah, aku anggap Kak Laras sudah memaafkan kami," kata Sandra dengan riang lalu menyusul Laras."Wah, Aidan sudah tumbuh tambah besar dan gemuk. Lihat wajah lucu dan kulit putihnya, dia sangat mirip dengan Kak Rizal." Sandra mengulurkan tangannya untuk mencubit pipi Aidan di stroller.Laras langsung menahan tangannya."Apa yang kamu lakukan?" Tanyanya dengan waspada. "Aku hanya ingin memegang pipi Aidan.""Apa kamu sudah mencuci tangan?""Uhmm apa itu perlu?" Sandra mengernyit.Laras mendorong tangan Sandra menjauh dari wajah Aidan."Kulit anak-anak itu sensitif. Jadi jangan sembarang mencubit atau memegang Aidan," balas Laras datar.Sandra ingin memutar matanya mendengar kata-kata Laras. Namun karena dia sedang ingin berbaikan dengan Laras, dia menahan sikap yang seperti biasa."Oh, aku tidak tahu hehehe ... Omong-omong Kak Laras banyak uang ya? Kamu bahkan bisa membeli stroller yan

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 052

    Sebelum pulang, Laras singgah di sebuah toko supermarket untuk membeli kebutuhan popok dan susu untuk Aidan. Dia kebetulan bertemu Sandra, mantan adik iparnya."Kak Laras, apa kabar?" dia menyapa Laras dengan sikap yang sangat ramah.Laras menatapnya sesaat dengan sebelah alis terangkat.Sandra, adik iparnya yang dulu selalu bersikap ketus dan mengompori hubungan Laras dan Rizal agar mereka bertengkar, lalu menghasut ibu mertuanya untuk membenci Laras.Laras membuang muka dan mendorong stroller Aidan menjauh. Dia sudah memutuskan untuk menjauh dari keluarga mertuanya yang toxic dan tidak ingin terlibat apapun dengan mereka."Kak Laras, tunggu!" Sandra buru-buru mengejarnya lalu berjalan di sebelahnya. "Kak Laras, kapan pulang?" Dia bertanya dengan nada yang sangat ramah dan manis."Minggu lalu," balas Laras datar, malas meladeni mantan adik iparnya namun dia tidak mau bertengkar saat sedang berbelanja di supermarket karena dia tahu Sandra tidak akan berhenti meski dia mengabaikannya.

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 051

    “Sa-sayang aku ….”“Pertimbangkan pilihan yang aku berikan padamu. Mulai sekarang aku akan membekukan seluruh kartu kredit yang aku berikan padamu.”“Kenapa kamu seperti ini? Padahal semuanya baik-baik saja dan Chloe tidak rewel ….”Tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi dari kamar sebelah.Tak lama kemudian, pintu kamar mereka diketuk dari luar dengan keras dan mendesak.“Tuan! Nyonya! Tolong keluar sebentar!”Ardhan hanya menatap pintu kamar dengan dingin dan tak beranjak dari tempatnya.Winda dengan kesal berdiri lalu menuju pintu kamar dan membuka pintu.Vina, pengasuh baru Chloe berdiri di depan pintu mereka dengan campur aduk kesal, lelah dan tak berdaya.“Apa yang terjadi?”“Nyonya, Nona Chloe mulai demam.”“Lalu kenapa kamu tidak mengurusnya? Beri obat atau telpon Dokter Andrew untuk memeriksa Chloe.”“Tapi Nyonya ….”Winda berdecak dan mengusir Vina karena tidak tahan mendengar tangisan anaknya.“Bawa Chloe pergi. Bukankah tugas kamu untuk menenangkannya? Kenapa kamu membawa

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 050

    Ketika Winda pulang pada pukul 12 malam, dia melihat Ardhan belum tidur. Suaminya duduk di sofa dan laptop yang terbuka di atas meja dalam kamar mereka.Dia melipat tangan di depan dada dan mendongak dengan tatapan tajam di matanya saat Winda masuk ke kamar mereka.“Sayang, kamu sudah pulang? Kenapa belum tidur?” Winda menyisir rambutnya dan bertanya dengan lembut sambil mendekati Ardhan.“Kamu dari mana?” Suara Ardhan terdengar dingin dan menusuk.“Uhm … aku ada syuting iklan tadi siang lalu bertemu dengan teman-temanku. Maaf ya, aku pulang agak telat. Aku lupa waktu, hehe jangan marah, ok?” Dia duduk di samping Ardhan sambil tersenyum manis meraih lengan suaminya.“Winda ….” Ardhan memanggilnya dengan suara rendah.“Kamu pergi seharian tapi sama sekali tak memedulikan Chloe?”“Apa maksudmu? Tentu saja aku peduli pada Chloe. Lagipula bukankah ada pengasuh yang selalu menjaga Chloe?”“Kamu meninggalkan Chloe pada pengasuh yang baru kamu kenal?” Suara Ardhan terdengar semakin dingin.

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 049

    Ketika Ardhan pulang kerja pada pukul 10 malam dan pergi ke kamar Chloe untuk memeriksa putrinya, dia melihat seorang wanita paruh baya dengan seragam babysitter sedang menggendong putrinya yang menangis dan memaksanya minum susu dari dot.Dia tak melihat keberadaan Laras di kamar itu."Kamu siapa?" Ardhan bertanya dengan suara tajam. "Apa yang kamu lakukan pada putriku?!""Halo Tuan, aku Vina, pengasuh baru yang dipekerjakan Nyonya Winda." Pengasuh memperkenalkan dirinya dan berhenti memaksakan dot susu pada bayi perempuan di pelukannya."Pengasuh baru? Lalu di mana Laras?""Laras? Maksud Tuan pengasuh Nona Chloe sebelumnya? Dia sudah diberhentikan. Jadi aku pengasuh baru Nona Chloe. Nyonya Winda tidak memberitahumu, Tuan?"Raut wajah Ardhan berubah membeku sesaat lalu mengerutkan kening dengan ekspresi keras.Jadi sekarang Laras tidak berada di mansion ini lagi. Ardhan merasakan perasaan aneh mendengar pengasuh muda putrinya itu sudah tidak ada lagi di rumah ini, dan tidak akan melih

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status