Share

Bab 007

Penulis: Queen Moon
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-28 00:02:01

"Bu! Jangan ngomong sembarangan!" Laras bergegas menghampiri Yanti dan menarik tangannya menjauh dari Ardhan.

Yanti menepis tangannya dan terus bicara dengan Ardhan. "Tuan, perempuan ini benar-benar murahan sekali."

"Ibu!" Laras membentak dengan mata memerah. Malu dan marah karena Yanti mempermalukannya di depan majikannya, meski kata-kata itu tidak benar. Dia tidak berani menatap Ardhan.

Ardhan meliriknya, lalu mengalihkan pandangannya ke Yanti. "Lalu apa urusannya dengan kamu?"

Yanti sejenak tertegun dan mengerjap. "Tuan ...."

"Bukankah kamu yang harus mengurus anakmu sendiri karena berselingkuh? Mendengar anakmu berselingkuh, sepertinya Laras sudah benar mencari orang lain yang lebih baik dari suaminya, benar?"

Laras menoleh menatap Ardhan, tertegun. Dia tidak tahu harus merasa lega atau malu. Ardhan tampak percaya dengan ucapan Yanti dan membelanya.

"Tuan, apa perempuan ini mengatakan sesuatu menjelekkan aku? Itu tidak benar, jangan percaya dengan ucapan perempuan murahan ini. Dia tidur dengan pria lain dan melahirkan anak haram. Jangan mempekerjakannya! Dia bisa membawa sial pada keluargamu.” Yanti tergagap dan tidak puas.

"Itu adalah urusan rumah kami untuk mempekerjakan siapa pun yang kami mau. Sebaliknya, kamu menerobos masuk ke rumah orang dan membuat keributan. Kami akan melaporkanmu ke polisi atas keributan dan penganiayaan ke pekerja kami," ujar Ardhan melirik pipi kiri Laras yang memiliki tanda telapak tangan merah.

Laras mengusap pipinya dengan kepala tertunduk, merasa tatapan intens dan dingin Ardhan di wajahnya. 

"La-lapor polisi ...." Yanti membelak cemas mendengar dirinya akan dilaporkan ke polisi.

"Pak Yusuf!" Suara Ardhan terdengar tajam memanggil satpam tadi.

Pak Yusuf bergegas menghampiri dengan cemas, merasakan kemarahan Ardhan. 

“Apa mansion Wikrama bisa dimasuki oleh sembarang orang? Mengapa kamu membiarkan orang asing membuat onar dan menganiaya pekerja kami?!”

"Maaf, Tuan. Ini salahku karena Ibu ini menerobos masuk."

"Dan kamu diam saja saat dia memukul pengasuh anakku?"

"Maaf, Tuan. Tidak seperti itu ...."

"Cepat bawa wanita tua ini keluar dan laporkan ke polisi atas kekerasan terhadap pekerja dan menerobos ke rumah orang!"

"Ba ... Baik, Tuan Ardhan!" Yusuf bergegas meraih tangan Yanti dan menyeretnya pergi dengan kasar.

Yanti panik mendengar dia akan dibawa ke kantor polisi. Dia mencoba melepaskan tangannya dari cekraman Pak Yusuf dan memohon pada Ardhan. "Tuan! Ini salah paham! Aku cuma mendidik menantuku yang kurang ajar!"

"Itu bukan hakmu mendidik Laras dengan kekerasan! Lagipula dia bukan anakmu, kamu tidak berhak memukul atau mendidiknya. Lebih baik didik anakmu sendiri."

"Tuan, aku hanya seorang janda. Anakku sudah meninggal gara-gara perempuan sial ini! aku mohon jangan bawa aku ke kantor polisi."

Ardhan tidak peduli dengan permohonan Yanti. "Sepertinya ini bukan pertama kali kamu memukul Laras. Kalau tidak diberi jera, kamu akan terus mengganggu hidupnya."

"Kenapa kamu sangat peduli dengan perempuan sial ini!" Yanti berseru. "Apa perempuan murahan ini merayumu agar tidur dengannya?!"

"Bu! Jangan bicara sembarangan!" Laras berseru marah.

Ekspresi Ardhan semakin dingin. "Pak Yusuf, tambahkan laporan untuk pencemaran nama baik dan ganti rugi 50 juta. Jangan bebaskan sebelum dia ganti rugi."

Yanti menjadi pucat mendengar ganti rugi 50 juta dan badannya lemas. 

“Tuan … Tuan Wikrama, tolong Tuan ... aku hanya janda miskin. Aku tidak punya uang ...."

"Oh kamu tahu sekarang ini tempat tinggal keluarga Wikrama dan tetap membuat ulah?” Ardhan mencibir dengan dingin. “Maka kamu harus belajar agar tidak sembarangan memukul dan menfitnah orang lain,” lanjut Ardhan dengan ekspresi tidak peduli dan berbalik masuk ke dalam rumah.

Dia berhenti sejenak, lalu berbalik memandang Laras. 

Laras tampak melamun dan tak bisa berkata-kata mendengar hukuman ibu mertuanya yang selalu membuatnya menderita, akan dipenjara dan harus ganti rugi 50 juta.

"kamu tidak masuk? Chloe terus menangis."

Laras tersadar mendengar suara Ardhan dan menoleh. Mata gelap dan acuh tak acuh Ardhan menatapnya.

 "Ah, ya, Tuan ...." Laras mematuhinya, berjalan mendekatinya, lalu mengikutinya saat Ardhan berbalik masuk ke dalam rumah.

Dia sejenak menoleh ke belakang, melihat Yanti yang terduduk lemas di tanah.

Yusuf menegurnya dengan kesal. "Makanya, Bu, jangan sembarangan bertindak di rumah orang. Apalagi memukul dan menfitnah menantumu di depan Tuan Ardhan. Untungnya Tuan Ardhan hanya tuntut ganti rugi 50 juta, dan bukan 500 juta."

Yanti semakin lemas. "Kalian orang kaya yang cuma menindas orang miskin macam aku! Aku hanya janda miskin, dan anakku sudah meninggal." Dia meratap keras.

"Kalau kamu tahu kamu miskin dan tidak mampu, pakailah otakmu dengan benar sebelum membuat onar di rumah lain, apalagi keluarga Wikrama. Kamu sungguh cari mati. Sudahlah, ikut aku ke kantor polisi." Yusuf menarik Yanti dengan paksa dan menyeretnya pergi.

Yanti meronta dan berteriak tidak mau ke kantor polisi. "Laras! Laras! Ini semua salah kamu!"

Laras berbalik ke depan dengan wajah tanpa ekspresi, mencoba untuk tidak kasihan pada ibu mertuanya. Tapi tiba-tiba wajahnya menabrak punggung kekar dan keras pria di depan.

"Aduh ... Maaf, Tuan Ardhan...." Laras meringis kesakitan sambil memegang jidatnya, tapi tidak berani menegur Ardhan karena tiba-tiba berhenti.

Ardhan berbalik dengan tatapan tajam pada Laras. Matanya melirik pipi kirinya yang tampak mulai membengkak.

 "Kamu ... Kenapa kamu diam saja saat mertuamu menamparmu!"

Laras mengusap belakang kepalanya dan meliriknya. Mata Ardhan sangat tajam dan marah menatap Laras. 

"Aku tidak sempat mengelak. Aku tidak akan menyangka dia akan memukulku tanpa melihat tempat,” balas Laras pelan.

"Seharusnya kamu membalasnya. Sepertinya bukan pertama kali kamu dipukul seperti itu dan kamu diam saja."

"Ah, tidak seperti itu juga. Aku memang sering melawan sejak awal menikah. Ibu mertuaku mulai menggunakan kekerasan sejak anaknya meninggal. Tapi bukan berarti aku tidak bisa melawan ...."

"Kamu sangat pandai menjawabku tapi kamu tidak berdaya melawan ibu mertuamu." Tatapan Ardhan semakin tajam.

Laras terdiam sambil mengusap belakang kepalanya. 

"Melawan sikap ibu mertua yang seperti itu terus-menerus dan tidak pernah berubah hanya membuat lelah. Aku hanya ingin menyelesaikan masalah dengan tenang karena berada di rumah orang lain," gumam Laras lalu mendongak menatap Ardhan. 

Karena tinggi badan mereka membuatnya harus mendongak untuk berbicara dengan pria itu.

"Maaf, Tuan Ardhan. Ibu mertuaku sudah membuat keributan di tempat ini karena masalah kami. Tapi ucapan ibu mertuaku bahwa aku tidur dengan pria lain tidak benar, aku bukan wanita seperti itu ...."

Laras menundukkan kepala dengan ekspresi cemas. Takut dia akan dipecat karena dicap buruk atas ucapan Yanti. Ucapan Yanti ada yang sebagian benar, bahwa dia tidur dengan seorang pria selain suaminya. Tapi itu adalah kecelakaan, kan?

Ekspresi Ardhan sedikit berubah. "Ucapan ibu mertuamu tidak benar? Hmm ...."

Laras mendongak dengan ekspresi cemas.

 "Itu bagus." Ardhan berdeham, saat matanya melihat tanda merah di pipi Laras, ekspresi wajahnya menjadi gelap. Tangannya terangkat hendak menyentuh pipi Laras.

Laras mengerjap, agak memundurkan kepalanya menjauh dari tangan Ardhan. 

Orang lain akan salah paham jika melihat majikannya menyentuh pipi pengasuh anaknya.

"Itu ...."

"Apa sakit? Jangan sampai terluka lagi. Rawat pipimu karena sudah mulai memar, jangan membuat anakku takut nanti." Setelah mengatakan itu, Ardhan berbalik pergi meninggalkan Laras di pintu.

Laras menatap punggung Ardhan lalu mengangkat tangannya menyentuh pipinya yang mulai terasa panas. Jantungnya berdebar. 

Sikap Ardhan hari ini ... agak perhatian padanya.

Laras langsung menggelengkan kepalanya dan bergumam pada dirinya

sendiri. 

"Mungkin karena Tuan Ardhan sangat baik. Semua pekerja di rumah ini juga pasti diperlakukan sama."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 054

    Mobil itu sangat familiar, seperti BMW hitam yang selalu dikendarai Ardhan.Ardhan memiliki kesukaan untuk mengoleksi mobil dari merek BMW. Bahkan garasi keluarga Wikrama lebih banyak terparkir mobil BMW dibandingkan jenis mobil merek lain yang dipakai anggota keluarga Wikrama yang lain.Laras sudah beberapa kali menaiki mobil itu dan akrab dengan mobil BMW yang dikendarai Ardhan Wikrama.Namun ketika dia melihat plat nomor mobil itu berbeda, Laras menghembuskan napas yang tanpa sadar di tahannya.Konyol jika dia berpikir Ardhan ada di sini sekarang.Namun mobil itu bukan mobil yang dipakai Sinta atau Dian. Mungkinkah mereka membeli mobil baru? Atau ada tamu yang datang berkunjung di rumah mereka?"Kak Laras, sedang apa?" Sandra berdiri di sampingnya lalu menatap mobil mewah yang terparkir di halaman rumah Shinta."Wah, itu mobil yang sangat mewah. Apa itu jenis mobil BMW keluaran terbaru? Aku bisa tahu karena salah satu teman kampusku punya mobil seperti itu. Sepertinya tetanggamu j

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 053

    "Hmm ...." Laras menanggapi dengan acuh tak acuh mulai berjalan mencari susu formula untuk Aidan."Baiklah, aku anggap Kak Laras sudah memaafkan kami," kata Sandra dengan riang lalu menyusul Laras."Wah, Aidan sudah tumbuh tambah besar dan gemuk. Lihat wajah lucu dan kulit putihnya, dia sangat mirip dengan Kak Rizal." Sandra mengulurkan tangannya untuk mencubit pipi Aidan di stroller.Laras langsung menahan tangannya."Apa yang kamu lakukan?" Tanyanya dengan waspada. "Aku hanya ingin memegang pipi Aidan.""Apa kamu sudah mencuci tangan?""Uhmm apa itu perlu?" Sandra mengernyit.Laras mendorong tangan Sandra menjauh dari wajah Aidan."Kulit anak-anak itu sensitif. Jadi jangan sembarang mencubit atau memegang Aidan," balas Laras datar.Sandra ingin memutar matanya mendengar kata-kata Laras. Namun karena dia sedang ingin berbaikan dengan Laras, dia menahan sikap yang seperti biasa."Oh, aku tidak tahu hehehe ... Omong-omong Kak Laras banyak uang ya? Kamu bahkan bisa membeli stroller yan

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 052

    Sebelum pulang, Laras singgah di sebuah toko supermarket untuk membeli kebutuhan popok dan susu untuk Aidan. Dia kebetulan bertemu Sandra, mantan adik iparnya."Kak Laras, apa kabar?" dia menyapa Laras dengan sikap yang sangat ramah.Laras menatapnya sesaat dengan sebelah alis terangkat.Sandra, adik iparnya yang dulu selalu bersikap ketus dan mengompori hubungan Laras dan Rizal agar mereka bertengkar, lalu menghasut ibu mertuanya untuk membenci Laras.Laras membuang muka dan mendorong stroller Aidan menjauh. Dia sudah memutuskan untuk menjauh dari keluarga mertuanya yang toxic dan tidak ingin terlibat apapun dengan mereka."Kak Laras, tunggu!" Sandra buru-buru mengejarnya lalu berjalan di sebelahnya. "Kak Laras, kapan pulang?" Dia bertanya dengan nada yang sangat ramah dan manis."Minggu lalu," balas Laras datar, malas meladeni mantan adik iparnya namun dia tidak mau bertengkar saat sedang berbelanja di supermarket karena dia tahu Sandra tidak akan berhenti meski dia mengabaikannya.

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 051

    “Sa-sayang aku ….”“Pertimbangkan pilihan yang aku berikan padamu. Mulai sekarang aku akan membekukan seluruh kartu kredit yang aku berikan padamu.”“Kenapa kamu seperti ini? Padahal semuanya baik-baik saja dan Chloe tidak rewel ….”Tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi dari kamar sebelah.Tak lama kemudian, pintu kamar mereka diketuk dari luar dengan keras dan mendesak.“Tuan! Nyonya! Tolong keluar sebentar!”Ardhan hanya menatap pintu kamar dengan dingin dan tak beranjak dari tempatnya.Winda dengan kesal berdiri lalu menuju pintu kamar dan membuka pintu.Vina, pengasuh baru Chloe berdiri di depan pintu mereka dengan campur aduk kesal, lelah dan tak berdaya.“Apa yang terjadi?”“Nyonya, Nona Chloe mulai demam.”“Lalu kenapa kamu tidak mengurusnya? Beri obat atau telpon Dokter Andrew untuk memeriksa Chloe.”“Tapi Nyonya ….”Winda berdecak dan mengusir Vina karena tidak tahan mendengar tangisan anaknya.“Bawa Chloe pergi. Bukankah tugas kamu untuk menenangkannya? Kenapa kamu membawa

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 050

    Ketika Winda pulang pada pukul 12 malam, dia melihat Ardhan belum tidur. Suaminya duduk di sofa dan laptop yang terbuka di atas meja dalam kamar mereka.Dia melipat tangan di depan dada dan mendongak dengan tatapan tajam di matanya saat Winda masuk ke kamar mereka.“Sayang, kamu sudah pulang? Kenapa belum tidur?” Winda menyisir rambutnya dan bertanya dengan lembut sambil mendekati Ardhan.“Kamu dari mana?” Suara Ardhan terdengar dingin dan menusuk.“Uhm … aku ada syuting iklan tadi siang lalu bertemu dengan teman-temanku. Maaf ya, aku pulang agak telat. Aku lupa waktu, hehe jangan marah, ok?” Dia duduk di samping Ardhan sambil tersenyum manis meraih lengan suaminya.“Winda ….” Ardhan memanggilnya dengan suara rendah.“Kamu pergi seharian tapi sama sekali tak memedulikan Chloe?”“Apa maksudmu? Tentu saja aku peduli pada Chloe. Lagipula bukankah ada pengasuh yang selalu menjaga Chloe?”“Kamu meninggalkan Chloe pada pengasuh yang baru kamu kenal?” Suara Ardhan terdengar semakin dingin.

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 049

    Ketika Ardhan pulang kerja pada pukul 10 malam dan pergi ke kamar Chloe untuk memeriksa putrinya, dia melihat seorang wanita paruh baya dengan seragam babysitter sedang menggendong putrinya yang menangis dan memaksanya minum susu dari dot.Dia tak melihat keberadaan Laras di kamar itu."Kamu siapa?" Ardhan bertanya dengan suara tajam. "Apa yang kamu lakukan pada putriku?!""Halo Tuan, aku Vina, pengasuh baru yang dipekerjakan Nyonya Winda." Pengasuh memperkenalkan dirinya dan berhenti memaksakan dot susu pada bayi perempuan di pelukannya."Pengasuh baru? Lalu di mana Laras?""Laras? Maksud Tuan pengasuh Nona Chloe sebelumnya? Dia sudah diberhentikan. Jadi aku pengasuh baru Nona Chloe. Nyonya Winda tidak memberitahumu, Tuan?"Raut wajah Ardhan berubah membeku sesaat lalu mengerutkan kening dengan ekspresi keras.Jadi sekarang Laras tidak berada di mansion ini lagi. Ardhan merasakan perasaan aneh mendengar pengasuh muda putrinya itu sudah tidak ada lagi di rumah ini, dan tidak akan melih

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status