Pikiran Fina seketika kacau, bahkan bibirnya kelu. Ia bingung harus menanyakan informasi apa lagi terkait itu. Belum lagi ia sudah telat pulang. Ia kepikiran dengan anaknya di rumah.
“Emm, Sin. Pikiran aku lagi kacau banget nih, boleh nanti aku kirimin foto itu ke aku. Kita lanjut obralan ini via chat atau besok lagi. Aku kepikiran sama anak aku di rumah, aku pulang dulu ya, maaf banget. Makasih juga udah kasih tau soal ini,” ucap Fina.
Sebelum pergi, terlebih dahulu Sindi memberikan pelukan. Sebenarnya Sindi ada cerita yang ingin ia sampaikan ke Fina saat itu juga. Tapi melihat Fina yang tak tenang seperti itu, memang baiknya ia menunda perbincangan itu.
“Hati-hati ya, aku minta maaf kalau buat kamu jadi kepikiran,” ucap Sindi melepas pelukannya.
“Its okey, kita lanjut nanti, aku pingin tau semua yang kamu tau,” balas Fina.
Fina pulang mengendarai motor maticnya. Selama dalam perjalanan pulang, s
Setelah kegelisahan selama sepekan ia rasakan sendiri. Hari ini, Fina meminta Sindi untuk menemaninya bertemu dengan Rini, sepupu Sindi. Fina sengaja berangkat pagi agar ia tak meninggalkan anaknya terlalu lama di rumah. Apalagi weekend adalah waktunya bersama anak-anak.Sepekan ini, Fina juga berusaha bersikap biasa kepada suaminya. Laki-laki yang sangat ia hormati sepanjang pernikahannya. Ia selalu berharap apa yang sepekan pikiran buruk mengenai suaminya tidak benar adanya.“Ada acara apa ke Lamongan?” tanya Ibu Hana saat Fina sibuk memompa asinya untuk stok kebutuhan Alfa hari ini.“Ada interview penting yang harus Fina lakukan. Ini nggak terikat sama waktu, jadi kalau interviewnya selesai, Fina bisa cepet pulang. Fina nggak enak kalau harus ninggalin Alfa lebih dari jam kerja biasanya,” jawab Fina.“Kesana ada teman kantor kamu juga kan?” Fina menganggukkan kepalanya. Dalam hati tak ingin sekalipun ia
“Aku kenal Mas Rama, saat aku baru masuk kuliah. Dari segi usia kita memang terpaut cukup jauh. Tapi Mas Rama selalu nyambung dengan obrolannya sama aku. Setelah mendengar kabar dari temen aku yang merupakan sepupu Mbak Rini, mengenai Mbak yang katanya istri Mas Rama dari puluhan tau lalu. Aku mulai tersadar dengan beberapa hal yang menganjal selama delapan tahun pernikahan,” ucap Fina. Ana fokus membaca berkas yang diberikan Fina kepadanya.Pertama, Rama datang melamarnya tanpa kehadiran sang ibu mertua. Pernikahan pun digelar secara terburu-buru. Selama pernikahan, Rama hanya sekali berkunjung ke rumah mertuanya. Disana pun ia menemukan beberapa baju perempuan di lemari kamar Rama.“Disana aku menyimpan baju-baju aku. Hubungan aku sama Mama memang juga tidak baik, tapi setiap tahun ataupun ada acara keluarga, aku pasti tinggal disana, sekalipun Mas Rama sibuk dengan pekerjaanya,” ucap Ana.Ana mulai mendengarkan apa yang d
Rama langsung mengejar Ana yang masuk ke dalam kamarnya. Ia merangkul istrinya dan tak henti meminta maaf. Ia mengaku salah karena tak meminta izin padanya kemudian menikahi Fina. Ia sangat mencintai Ana, dari awal bertemu hingga sekarang. Bertahun-tahun mengarungi bahtera rumah tangga bersamanya.Tak ada balasan ataupun perlawanan yang Ana berikan pada Rama. Pelukan itu selalu ia rindukan tatkala ia jauh dari suaminya. Disisi lain, pelukan itu juga suaminya berikan kepada perempuan lain. Ana perempuan biasa, ia juga kecewa dan hancur dengan apa yang dilakukan suaminya. Sama kecewa dan hancur seperti apa yang dirasakan oleh Fina.“Selesaikan urusanmu dengan Fina. Baru kamu selesaikan urusanmu dengan aku,” tegas Ana kemudian melepas pelukan Rama dan pergi ke kamar mandi.Rama benar-benar tak menyangka, semua akan berakhir juga. Bangkai yang ia sembunyikan bertahun tahun akhirnya tercium juga. Kebohongan kecil yang ia lakukan di awal, ber
Tidak ada tanda Rama akan datang kerumahnya. Fina memberanikan diri untuk menghubungi mertuanya dan berniat untuk bertemu. Begitupun Fina mengirim pesan untuk menemui dirinya di rumah orangtuanya. Rama tak memperlihatkan itikad baik kepada keluarganya. Bahkan setelah kejadian itu, Rama tak pernah sekalipun menghubunginya.Siang ini, mobil Fina dan keluarga sudah sampai di kediaman orangtua Rama. Disana Fina bisa melihat mobil suaminya. semua berkumpul di ruang tamu. Ingin sekali Fina memaki Ayah mertuanya, tapi emosi itu berusaha ia tahan.“Saya rasa, Bapak dan keluarga tau kehidupan Rama lebih baik daripada saya. Saya rasa, anda dan keluarga tentunya tau posisi Fina akan berstatus apa setelah menikah dengan Rama. Saya memang bukan dari keluarga kaya raya, tapi untuk urusan harga diri keluarga saya, itu akan tetap saya pertahankan.” Yadi mengatakan hal itu dengan suara berat. Tak sekalipun ia memandang lelaki yang sudah membohongi keluarganya.
Fina barusaja menerima surat cerai yang dikirimkan ke rumahnya. Pada akhirnya kisah cintanya berakhir sampai di lembar pernyataan cerai. Sebuah kisah yang tak pernah ada di dalam benaknya. Selembar kertas itu mengharusaka ia tetap kuat menjalani hidup kedepannya.Pengajuan hak asuh anak jatuh ke tangannya. Seperti apa yang sudah ia katakan, ia akan membersarkan anaknya sendiri. Ia akan menjadi ibu sekaligus Ayah untuk kedua anaknya. Kenyataan pahit itu membuatnya belajar banyak hal dalam memaknai hidup. Semua yang ada pada dirinya hanyalah titipan. Kapanpun sang pemilik harus memintanya kembali, hanya mengikhlaskan yang bisa Fina lakukan.Hubungannya dengan Rama, masih berjalan sebagaimana mestinya orangtua ada untuk anak-anaknya. Statusnya kini bukan suami istri lagi. Rama adalah mantan suaminya, begitupun sebaliknya dnegan Fina yang sebatas mantan istri.Tapi tak ada istilah manta Ayah dan Ibu juga mantan anak. Posisinya dan Rama masih sama menjadi orangtua un
Keputusan Fina untuk berpisah dengan Rama membuatnya harus semakin giat dalam bekerja. Kini ia menjadi tulang punggung utama dalam keluarganya. Kebahagiaan dan masa depan anak-anaknya berada ditangannya. Mereka sudah kehilagan sosok Ayah, tapi Fina tidak ada membiarkan anak-anaknya kekurangan kasih sayang. Hubungannya Rama ataupun Ana, masih terjalin baik. Meskipun Fina lebih menjaga jarak dengan mereka berdua. Semuak-muaknya Fina pada Rama, tetap saja ia adalah Ayah dari anak-anaknya. Sering kali Fina memilih menghubungi Ana jika anaknya minta untuk ngobrol dengan Ayahnya. Fina benar-benar berusaha menjaga nama baik dirinya di depan Ana. Ia tau posisinya sebagai mantan istri, ia takut membuat salah paham Ana jika ia sering menghubungi Rama. Sekalipun Ana pernah bilang, tidak akan mempermasalahkan jika Fina dan Rama saling menghubungi untuk urusan anak. Bahkan Ana pernah menanyakan, apakah tidak ada kesempatan untuk Rama kembali memperbaiki hubungan dengannya. Fina tidak tau kenapa
Pengalaman memang guru terbaik di setiap sesi kehidupan. Itulah yang kini Fina rasakan. Ia harus menelan pil pahit dari pernikahannya. Menerima luka dari laki-laki yang selalu ia banggakan ke semua orang. Kini ia hanya bisa menyesali disetiap mengingat semuanya. Bagaimana bisa dirinya yang polos, menjadi istri seorang laki-laki yang sudah bersuami dan memiliki anak.Cinta memang sudah membutakannya. Tapi kini giliran logika yang bekerja. Ia harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Waktunya membuka lembar baru dan menutup semua kisah yang telah lalu.Tinggal di desa membuatnya harus tebal telinga. Berita mengenai rumah tangganya sudah terdengar ke tetangga rumahnya. Banyak yang berempati padanya, banyak pula yang tertawa seolah menertawakan kebodohannya. Ia memang bukan dari keluarga berada, tapi dirinya sudah dipandang baik oleh semua orang disekitarnya."Ya, Allah Fin, aku bener-bener nggak tau kalau kamu ada masalah seperti itu sama suami kamu," ucap Tania, ia salah satu te
Fina menjalani hidupnya seperti semula. Tidak ada suami disisinya sudah menjadi hal biasa. Selama ia menjadi istri pun, ia juga sudah sangat jarang bertemu dengan suaminya. Kalaupun sekarang tidak ada, ia tidak ada masalah apapun. Selagi orang tua dan keluarga kecilnya selalu ada menghiasi hari-harinya, Fina akan terasa bahagia.Hari ini Fina memutuskan untuk ambil cuti, karena hari ini ada jadwal imunisasi putra keduanya, Alfa. Ia merasa bersalah kepada Alfa, karena selama mengandung hingga ia lahir, dirinya kurang memberikan perhatian. Tidak seperti pada saat kecilnya Ali, semua seolah ingin ia urus sendiri. Kini harta paling berhaga dalam hidupnya adalah kedua putranya, maka itu yang sekarang menjadi prioritasnya.Fina akan datang ke poliklinik di dekat rumahnya, bersama sang ibu. Ia juga sudah dengan sengaja mengatur jadwal dengan dokternya. Sebelum berangkat, Fina dibuat sibuk dengan mengurus Ali terlebih dahulu. Setiap pagi. Ibunya akan sibuk dengan urusan dapur, dan Fina yang a