Seharian Rama tak ada kabar juga tak bisa dihubungi. Entah kemana perginya sang suami. Ia jadi ingat kejadian waktu sebelum Rama melamarnya. Ia menghilang tidak ada kabar. Terus sekarang kemana laki-laki berstatus suaminya itu?
Berada di depan televisi terlihat raut wajah Fina sedang tak bersahabat. Ditemani camilan ditangannya, ia beberapa kali membuang napasnya berat. Ibu Hana keluar dari dapur dan menghampiri Fina.
“Mau ibu temenin ke dokter?” tanya Ibu Hana. Fina hanya diam tanpa menjawab, pandangannya pun masih fokus ke layar kaca.
Namun pada akhirnya ia memberikan jawaban, “Nggak usah, udah aku batalin juga,” jawab Fina terdengar ketus.
Hormon hamil memang membuat Fina moodswing. Bu Hana pun sedikit heran dengan tingkah Fina yang tak seperti biasanya. Meskipun demikian, beliau sangat berusaha mengembalikan mood Fina.
“Udah jangan berpikir aneh-aneh soal suami kamu. Kamu bilang Rama ada ur
Waktu berjalan terasa sangat cepat. Sudah hampir sebulan Fina mengambil cuti menuju lahiran anak pertamanya. Usia kandungannya sudah masuk sembilan bulan. Kalau kata orang jawa, tinggal nunggu siang atau malam sang bayi keluar.Sementara Fina sudah mendapat cuti, tapi tidak dengan Rama. Karena memang Fina yang hamil bukan Rama. Di masa dirinya hamil tua, ingin sekali Rama ada disisinya untuk mendampingi, tapi sayangnya tuntutan pekerjaan membuatnya tak bisa siap siaga menemani sang istri.Sambil duduk menonton tayang televisi, ia juga sibuk dengan ponselnya. Awal bulan waktunya membayar semua cicilan yang menjadi tanggungan. Termasuk cicilan mobil Rama, Fina yang mengatur semua keuangannya.Tiba-tiba perutnya terasa sangat sakit karena kontraksi. Fina berusaha menenangkan dirinya dengan mengatur nafas teratur. Minggu ini memang diperkirakan dirinya akan lahiran. Karena memang melalui jalan normal, maka tidak ada kepastian waktu kapan dia akan ter
Gema takbir berkumandang di segala penjuru dunia. Hari kemenangan bagi umat muslim kini tiba waktunya. Lebaran kali ini menjadi lebaran kedua bagi Fina bersama suami dan putra kecilnya. Ali sudah berumur setahun enam bulan. Lelaki mungil itu sudah mulai bisa memijakkan kakinya di bumi.Mengenakan setelan baju koko berwarna hijau lengkap dengan penutup kepalanya, Ali terlihat sangat mengemaskan. Safa yang menemani sang keponakan berulang kali membidik Ali dengan kamera ponselnya. Senyum dengan lesung pipi membuat ia semakin terlihat manis.“Ali, sini liat ate,” ucap Safa berusaha mencari angel yang tepat untuk keponakannya.Fina keluar dari rumahnya, melihat putranya bermain dengan adiknya. Ia dan suami sudah siap untuk berangkat ke masjid menunaikan sholat ied. Fina mengandenga tangan Ali, menuntunnya perlahan sambil mengajari putranya berjalan.Suasana desa menjadi ramai. Semua orang berbondong-bondong menuju masjid. Kali ini
Waktu berjalan dengan cepatnya. Tak terasa kini Ali sudah berumur empat tahun. Rencananya, awal tahun ajaran baru Fina akan memasukkan anaknya ke jenjang taman kanak-kanak. Selain belajar setiap malam bersamanya, belajar bersama teman sebayanya juga bagus untuk melatih sosialnya.Beberapa bulan belakangan Rama disibukkan dengan proyeknya di kantor. Hal itu kerap kali membuat Fina susah untuk menghubungi suami. Setiap malam biasanya Rama menemani Ali belajar, tapi akhir-akhir ini tidak. Ali keburu ngantuk menunggu Ayahnya bisa dihubungi.Tidak hanya dirasakan oleh Ali saja. Fina juga merasakan ada yang berbeda dengan suaminya. Saking sibuknya, ia susah untuk dihubungi. Tak jarang Fina menjadi merasa kesal dengan sikap suaminya itu. Tapi lagi-lagi ia berusaha kuat, meski poin kedua yaitu komunikasi sedang tidak baik. Setidaknya poin pertama dan ketiga tetap ia kuatkan.“Mama, Ayah kemana?” tanya Ali yang duduk disebelahnya sambil sibuk
Usai sarapan, Fina dan rombongan berangkat jalan-jalan. Di dalam mobil sudah banyak camilan untuk menemani perjalanan. Itu semua sudah disipakan Rama sebelum ia pulang. Di dalam mobil, Ali yang duduk di bangku depan dipanguan Fina, menceritakan banyak hal kepada sang Ayahnya.Sambil konsentrasi dengan kemudianya, Rama juga mendengarkan celotehana jagoannya. Ia merasa sangat ketinggalan dengan perkembangan sang buah hati. Jagoannya itu kini sudah tumbuh besar dan cerdas. Belum lagi, sebentar lagi ia juga akan di daftarkan ke taman kanak-kanak.“Ayah, temen-temen Ali tuh udah banyak yang punya adik, Ali kapan punya adik, Yah?” pertanyaan polos Ali membuat Rama dan Fina saling berpandangan. Begitupun dengan Safa dan Laras di bangku belakang.“Kata ate Safa, kalau Ali pengen punya adik, Ayah harus sering pulang. Supaya Ali cepat punya adik, itu benar, Yah,” pertanyaan kedua Ali langsung membuat Fina dan Rama menoleh ke belakan
Tahun ini menjadi tahun ke 6 pernikahan Rama dan Fina. Fina sangat bersyukur bisa menjaga keluarganya sejauh ini. Pernah ia mendengar ujian pernikahan itu akan ada di lima tahun pertama. Dengan penuh syukur, Fina bisa melalui lima tahun itu dengan semua cerita di dalamnya. Tahun ini Ali sudah mulai masuk taman kanak-kanak. Fina dan Rama memutuskan agar Ali sekolah di sekolah swasta tak jauh dari rumahnya. Keputusan itu ia ambil karena ia ataupun Rama tidak bisa menemani Ali bersekolah. Lagi-lagi Ibu Hana yang menjadi garda terdepan yang menemani Ali bersekolah. Dua hari lagi, Laras akan menikah. Semua keluarga besar sudah sibuk membantu persiapan. Fina yang tak bisa mengambil cuti lama, ia hanya bisa mengikuti acara waktu hari h. Lagi pula ia juga merasa malas jika harus berkumpul dengan tetangga lainnya. Pasti ada banyak hal yang mereka kepo dari kehidupannya. Apalagi seminggu sebelumnya ia sudah memberi tahukan mengenai hal itu kepada Rama.
Setelah kepulangan Rama dua bulan lalu yang cukup lama berada di rumah. Pagi ini Fina merasakan ada yang berbeda dengan dirinya. Ia merasa lebih sensitif, apalagi kalau suaminya tak cepat membalas pesannya. Sebenarnya ia tidak begitu heran dengan satu sifatnya ini, biasanya sifat ini muncul saat menjelang haid.“Ali, kalau Mama bilang nggak boleh, nggak ya!!”Sepagi ini Ali sudah membuatnya sedikit menarik urat-uratnya. Dua hari lalu, Ali bilang giginya sakit, dan benar saja setelah diperiksa ke doktor gigi, ada lubang digigi susunya. Karna hal itu, Fina melarang Ali memakan makanan yang manis. Terutama permen, karena kali ini Ali ketahuan makan permen di belakang Fina.“Ini permen dapat dari mana? Kalau ditanya Mama, jawab ya, yang jujur nggak boleh bohong,” ucap Fina dengan nada suara ynag terdengar tinggi. Ali tidak menjawab, justru ia merajuk dan ingin menangis.“Mama nggak suka kalau Ali nggak dengerin Ma
“Serius hamil?” Balasan pesan dari Rama membuat Fina sedikit bingung. Mengapa seolah ia bingung dengan kehamilannya. Fina mengirimkan foto testpecknya kepada Rama. Setelah Fina melihat dua centang biru pada gambar yang ia kirimkan. Seketika panggilan video masuk dari Rama.Terlihat raut wajah Rama bahagia. Kebahagian itu tak hanya ia yang merasakan, tapi juga suaminya. Rama sedikit bercanda dengan mengoda Fina. Ternyata tinggal beberapa hari dengan Fina dua bulan lalu membuahkan hasil yang sempurna.“Jaga kesehatan kamu ya,” ucap Rama kemudian menutup panggilannya.Fina tersenyum bahagia. Karena masih berselancar di dunia chatting. Ia terlebih dahulu menghubungi dokter kandungannya untuk membuat janji. Setelahnya ia melanjutkan aktivitasnya untuk bersih diri.***Setelah pemeriksaan Fina ke dokter kandungan. Berdasarkan pemeriksaan ia sedang mengandun
Diusia kehamilan yang sudah memasuki minggu ke 32. Fina ingin mengabadikan momen kehamilan keduanya ini dengan melakukan foto maternity. Ia sudah menghubungi salah satu studio foto untuk membuat janji.Fina juga sudah menyiapkan dres berwarna hitam yang sekarang ia kenakan. Dengan make up tipis karyanya ia tampil cantik dengan rambut tergerai. Ditemani oleh Safa ia datang ke studio foto. Iya, Safa, bukan Rama. Fina sudah kesal meminta suaminya untuk meluangkan waktu bersamanya.Hampir tiap kali telefon dengan Rama ia selalu ribut. Jika nanti waktu persalinan Rama tak menemaninya, lengkap sudah perjalanan kehamilan ke dua Fina tidak didampingi oleh sang suami. Sengaja Fina tak mengajak Ali untuk ikut foto. Aneh rasanya kalau ia foto bersama Ali juga tapi tidak dengan suaminya.“Suaminya nggak ikut, Kak?” tanya fotografer.“Belum nemuin waktu yang pas, jadi aku berangkat sendiri dulu aja, ntar kalau ditunda-tunda keburu dia