Share

Rama Menghilang

Author: aifanzl
last update Last Updated: 2021-10-26 11:50:47

Beberapa bulan lalu, Fina telah diwisuda, yang menandakan perjuangannya di bangku kuliah telah ia selesaikan. Level baru dalam hidupnya kini harus ia mulai. Menjadi fresh graduate membuatnya berjuang keras untuk mendapatkan pekerjaan. Sebuah tanggung jawab baru kini berada di pundaknya. Bapak sudah banting tulang untuk pendidikannya. Kini saatnya ia meringankan beban orangtuanya.

Hari ini menjadi jadwal interview di tempat ia melamar pekerjaan. Jantungnya berdebar kencang, rasa deg-degan kembali ia rasakan. Ditemani Rama yang setia mengiringi langkahnya membuat Fani merasa sedikit lebih tenang. “Relaks aja, jangan dibikin tegang, kamu pasti bisa,” balas Rama.

Fina berulang kali bertanya mengenai pengalaman pertama Rama saat melakukan wawancara. Rama memang lebih dahulu memiliki pengalaman itu. Saat ini ia juga sudah menjadi staff tetap di salah satu perusahaan konstruksi. Sidang tesisnya sudah selesai dia lakukan, kini hanya tinggal wisudanya. Dan selanjutnya ia akan berjuang bersama Fina untuk meraih masa depan.

Fina dipanggil untuk masuk ke ruang HRD untuk dilakukan wawancara. Beberapa menit setelahnya ia keluar dengan perasaan lega. Hal itu terlihat dari pancaran wajahnya yang sumringah. Rama langsung berdiri menyambut Fina. Pertanyaan mengenai apa hasilnya langsung terlontar dari bibir Rama.

“Gimana?” tanya Rama.

“Alhamdulillah aku langsung diterima,” jawab Fina sedikit histeris, namun ia sadar bahwa ia masih berada di depan pintu HRD.

“Wah, selamat sayang,” ucap Rama kemudian mengajak Fina untuk keluar dari tempat itu.

Fina diterima bekerja di kantor jasa arsitektur. Sebuah pekerjaan yang sesuai dengan bidang yang ia kuasai. Mulai senin besok ia sudah bisa mulai bekerja. Melihat kekasihnya diterima kerja membuat Rama juga turut bahagia. Bahkan sebuah pelukan ia hadiahkan untuk gadis yang ia cintainya itu saat keduanya berada di dalam mobil.

“Makasih banyak ya mas,” ucap Fina pada Rama saat masih dalam pelukannya.

“Besok aku mau pulang ke jawa tengah, insyaallah, sepulang dari sana aku mau melamar kamu Fin,” ucap Rama membuat Fina langsung mengurai pelukannya.

Fina kaget dengan ucapan Rama mengenai keinginan untuk melamar dirinya. Pasalnya Rama belum pernah memperkenalkan dirinya pada keluargnya. Ia hanya sedikit tau mengenai keluarga Rama dari penuturan dan cerita Rama. Bahkan untuk ngobrol via sambungan telepon pun tak pernah.

“Kamu belum memperkenalkan aku sama orangtua mu mas, yakin kamu mau langsung melamar aku?” tanya Fina.

“Aku sudah sering menceritakan kamu kepada Mama juga Ayah. Aku yakin, mereka akan mendukung keputusan aku. Aku sangat mencintai kamu Fin, cuma kamu yang aku mau. Kalau bukan kamu yang menjadi ibu dari anak-anak aku nanti, aku lebih memilih untuk membangun rumah tangga dengan siapapun,” ucap Rama.

Lagi-lagi Fina dibuat terharu dengan apa yang dilakukan Rama kepadanya. Terlihat dari perlakuannya, Rama sangat tulus mencintainya. Begitupun dengan ia yang juga sangat mencintai Rama. Fina berharap niat baik Rama akan dipermudahkan. Orangtua Rama menerima begitupun orangtuanya juga menyetujui.

***

Sudah lebih dari seminggu dari kepergian Rama untuk pulang ke rumahnya. Selama itu juga Fina tak mendapat kabar dari sang kekasih. Ponselnya tak bisa dihubungi membuatnya semakin khawatir. Bahkan sosial medianya juga sudah lama tak aktif. Hampir semua cara ia lakukan untuk mendapatkan kabar dari Rama. Dari mengirim pesan melalui w******p, dm i*******m, inbox f******k bahkan sms singkat. Tak ada yang berhasil ia lakukan.

Fina juga beberapa kali menghubungi teman-teman Rama, berharap ia mendapat kabar dari sana. Tapi nyatanya juga sama, Rama seolah hilang dari kehidupan. Tak meninggalkan jejak apapun selain pertemuan terakhir sehari sebelum ia pulang ke kampung halamannya.

Tak ingin terlalu pusing memikirkan sang kekasih yang sudah seperti bang toyip yang tak pulang-pulang. Fina memilih untuk kembali fokus dengan pekerjaan yang harus segera ia selesaikan. Ia tak ingin berprasangka buruk kepada Rama. Karena prasangka itu hanya akan membuat batinya tersakiti.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Beberapa orang sudah mulai berdiri dari tempat duduknya. Delapan jam sudah mereka memenuhi tuntutan jam kerja. Fina segera menutup komputernya. Kemudian juga mengemas barang-barangnya. Chika, teman dekatnya sudah menunggu dirinya untuk pulang bersama.

“Wajah kusut gitu, capek ya?” tanya Chika membuat Fina memasang wajah jeleknya untuk merespon pertanyaan Chika yang tak ingin ia jawab dengan kata-kata. Bukan capek fisik yang ia rasakan tapi batinnya yang kini merasa lelah. Lelah karena tak mendapat kabar dari Rama. Ia merasakan apa yang namanya ghosting.

Sebelum pulang ke tempat masing-masing. Chika mengajak Fina untuk makan bareng di salah satu restoran. Bukan Chika kalau ia tidak kepo dengan urusan semua orang, termasuk sekarang dengan urusan Fina. Chika dari kemaren sudah melihat Fina ynag tak bersemangat dalam berkeja. Ia mengira Fina pasti ada masalah namun tak mau diceritakan kepada siapa-siapa.

“Kalau ada masalah tuh cerita aja kali Fin, jangan dipendem sendiri,” ucap Chika sambil bersiap untuk menyantap makanannya.

“Kamu pernah ngerasain di ghosting?” tanya Fina membuat Chika sejenak berpikir kemudian menggelengkan kepalanya.

“Itu yang sekarang aku rasain. Setelah kemaren dibuat senang dengan harapan untuk di lamar, eh justru sekarang di ghosting,” balas Fina sambil menyantap makanannya.

Rasa penasaran Chika semakin bertambah. Chika tau jika Fina sudah memiliki kekasih, tapi ia baru tau kalau Fina sudah diberi harapan untuk dilamar. Chika jadi penasaran dengan sosok kekasih Fina yang berani-beraninya berlaku seperti itu pada temannya. Fina sedikit terbuka kepada Chika mengenai masalahnya. Chika juga memberikan respon juga masukan yang membuatnya sedikit lebih tenang.

“Yang sabar ya sayang. Semoga nanti pulang-pulang dari sana, dia langsung membawa rombongan keluarga datang ke rumahmu,” ucap Chika berusaha menguatkan.

“Ihh, jangan bikin orang makin berharap tau,” balas Fina.

Usai makan malam bersama, keduanya tak lantas langsung pulang. Untuk mengurangi rasa stres karen pekerjaan ataupun masalah lainnya. Mereka memutuskan untuk sekedar jalan-jalan mengelilingi mal. Meskipun tak belanja, itu juga bisa menaikkan moodnya. Fina sangat bersyukur bisa ditemukan dengan teman sebaik Chika. Meskipun pertemanannya masih terbilang baru, tapi Chika sangat mengerti dirinya. Begitupun Ia juga berharap kehadirannya juga mampu membantu Chika. Karna pada dasaranya seperti itulah prinsip persahabatan selalu ada dalam posisi roda berputar disisi mana saja.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ternyata Aku Madunya   Denias dan Rama

    Setelah beberapa waktu berlalu, hari ini Denias mendapat pesan masuk dari Rama yang tidak lain adalah ayah kandung dari anak-anak sambungnya. Denias tau betul konflik yang masih berkelanjutan antara istrinya dan mantan suami. Denias tidak bisa langsung menyalahkan sikap Fina, karena bagaimana pun tidak mudah berada di posisi istrinya tersebut. Begitupun dengan Rama, sikap Fina kepadanya adalah konsekuensi dari perbuatannya dimasa lalu."Sorry Den, aku Rama, ayah dari Ali dan Alfa. Kalau nggak keberatan apa bisa kita bertemu?" pesan Rama pada Denias melalui aplikasi chat.Sebenarnya Denias sudah menerima pesan tersebut dari tadi, hanya saja ia baru memiliki jawaban untuk pesan tersebut. Ia berusaha untuk tenang menyikapi pesan tersebut. Denias juga tidak buru-buru menceritakan hal tersebut kepada Fina."Iya Ram, boleh, kapan?" balas Denias langsung.Tidak butuh waktu lama, pesan tersebut langsung dibalas oleh Rama."Malam ini kalau bisa, kebetulan sekarang masih ada di Malang," balas R

  • Ternyata Aku Madunya   Belum Bisa Berdamai

    Sebenarnya Fina sudah sangat lelah dengan masa lalunya itu. Setelah ia membangun rumah tangga baru, ia kira hidupnya akan lepas dari bayang-bayang masa lalu, namun nyatanya tidak. Rama masih saja mengusik hidupnya. Andai saja perpisahan dirinya dengan Rama tidak meninggalkan luka, mungkin Fina sudah berdamai dengan Rama. Ia bisa mengesampingkan egonya demi anak-anak. Tapi nyatanya tidak, perpisahannya dengan Rama hanya menyisakan luka, air mata dan trauma bagi Fina.Bagaimana tidak, sepanjang pernikahan pertamanya, ia tidak diterima di keluarga Rama. Jangankan diterima, restu saja tidak ia peroleh, bahkan di hari pernikahannya, sang ibu mertuanya tidak hadir. Saat pertama kali datang ke rumah mertuanya tersebut, ia seolah tidak dianggap, tidak diterima dengan baik. Bahkan selama menikah dengan Rama, status dirinya bukanlah istri pertama, melainkan istri kedua tanpa sepengetahuannya.Masa lalu seperti itu yang bisa Fina terima? tentu tidak. Fina sudah cukup menderita selama pernikahan

  • Ternyata Aku Madunya   Drama Mantan

    "Fin, ikut gabung makan siang sama kita yuk, kita mau makan di kafe belakang kantor," ajak Dita, teman kantor Fina."Sorry, lain kali aja deh kayaknya, aku masih ada kerjaan urgent nih, kebetulan aku juga bawa bekal, kalian duluan aja," balas Fina menolak ajakan Dita."Projeknya sama Pak Aris ya?" tanya Dita memastikan.Fina hanya menganggukan kepalanya sembari tersenyum. Ekspresi senyum Fina membuat Dita seolah paham, perempuan itu sedang butuh disemangatin. Dita sudah pernah turut mengerjakan projek dari Pak Aris yang orangnya super duper teliti, banyak mau dan perfeksionis."Semangat sayang, jangan lupa makan siang ya," ucap Dita memberikan semangat kepada Fina."Sekarang mau kemana? keluar?" lanjut tanya Dita."Iya nih, barusan Pak Aris ngabarin Reno ngajak ketemuan untuk bahas progressnya, dan Reno lagi ada meeting sama klient lain, jadi karna aku yang lagi free, jadi aku yang berangkat," jelas Fina."Udah dulu ya, liat nih, udah di telfon mulu sama Pak Aris, aku berangkat dulu,"

  • Ternyata Aku Madunya   Keluarga Bahagia

    Fina merasa hidupnya kembali sempurna, hari-harinya selalu diselimuti perasaan bahagia. Anak-anaknya tumbuh dengan baik. Sekolah mereka juga berjalan dengan lancar. Perkerjaan Fina dan Denias juga alhamdulillah berjalan dengan baik. Semua terasa indah dan sempurna. Jika mengingat beberapa waktu lalu, rasanya kebahagiaan ini seolah tak akan menghampiri dirinya. Tapi Allah selalu memiliki rencana yang lain. Rencana yang selalu indah, di luar perkiraan yang selalu ia takutkan.Belajar dari pengalaman hidupnya selama ini, Fina selalu ingat bahwa kebahagiaan akan selamanya ada, dan kesedihan juga tidak akan selamanya menghampiri. Hidup yang telah ditentukan oleh sang pencipta selalu seimbang. Saat kebahagian datang menghampiri, pasti akan selalu ada kesedihan yang bergantian akan menghampiri. Untuk itu, Fina tidak ingin terlalu terlena dengan kebahagiaan yang kini ia rasakan. Karna mungkin saja, sebentar lagi kesedihan akan menghampirinya.Pagi ini, seperti biasa, sebelum berangkat kerja,

  • Ternyata Aku Madunya   Galau

    Menikah dengan Denias merupakan suatu hal yang sangat Fina syukuri dalam hidupnya. Hari-harinya kini selalu dihiasi dengan perasaan senang dan bahagia. Namun kini Fina tengah bingung untuk mengambil keputusan dimana ia dan suami akan tinggal. Selama hampir sebulan ini, ia dan suami masih hrus bolak balik dari rumah Fina ke rumah Denias. Anak pertama Fina masih harus menyelesaikan sekolahnya di dekat rumah Fina. Kemudian anak keduanya juga sangat dekat dengan sang nenek, setiap kali jauh dari neneknya, Alfa selalu bingung mencari sang nenek. Itu sebabnya Fina masih belum bisa tinggal menetap di rumah Denias.Begitupun sebaliknya dengan Denias. Jika ia sering tinggal di rumah Fina, ia tidak tega jika harus selalu menitipkan anak-anaknya kepada sang ibu. Terutama Adit yang masih SD, ia juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang penuh darinya. Tidak jarang, mereka harus pulang ke rumah masing-masing. Mereka seperti itu mungkin untuk beberapa bulan ke depan, mengingat Ali sebentar lagi lu

  • Ternyata Aku Madunya   Panas

    Fina segera meninggalkan Denias yang masih setia menatap langit malam. Ia masuk ke dalam kamar hotel. Tidak lupa menekan tombol yang secara otomatis menutup tirai jendela besar yang memisahkan kamar hotel dengan balkon. Denias yang dengan cepat menangkap sinyal yang diberikan oleh istrinya segera masuk ke dalam kamar hotel. Ia tidak mendapati Fina di dalam sana.Denias memilih menunggu Fina dengan duduk dipinggir ranjang sambil menikmati secangkir minuman yang ia bawa dari balkon. Tidak butuh waktu lama, ia melihat Fina berjalan menuju arahnya menggunakan ligerai seksi yang telah ia pilihkan sebelumnya."Sempurna," gumam Denias saat menatap Fina berjalan ke arahnya.Jalan Fina yang melikuk, membuat Denias ingin sekali segera menerkam dan memangsa habis-habisan istrinya itu. "You look so beautyfull, honey," ucap Denias sambil meletakkan dagunya di atas bahu Fina.Seperti biasa, aroma parfum apel milik Fina membuat Denias semakin tergoda. Ia menghirup aroma tersebut, menyusuri setiap in

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status