Share

Temu Orangtua

Suasana sejuk pedesaan mulai kembali Fina rasakan saat perjalanan pulang bersama Rama sudah tinggal beberapa kilometer lagi. Meskipun masih berada di wilayah yang sama, kota dan desa sangatlah berbeda. Suhu di kota memang sering kali terasa dingin, tapi tak terasa sejuk.

Hamparan sawah yang ditanami padi baru saja Fina lewati bersama Rama. Ada rasa senang bisa mengenalkan sang pujaan hati kepada orang tua. Sebenarnya tak jarang juga Fina menceritakan mengenai Rama kepada orangtuannya. Tapi tak pernah ia bercerita bahwa laki-laki itu adalah kekasihnya.

“Di depan belok kiri mas,” ucap Fina memandu arah.

Tak jauh dari itu, ucapan selamat datang di desa Bahagia tertulis disana. Fina merasa sangat senang, sudah tak sabar ia untuk pulang. Sudah cukup lama juga ia tak pulang ke kampung halaman. Jalanan masih terbilang sepi. Jalanan desa memang tak pernah ramai, terlebih ini masih terbilang pagi.

Motor Rama berhenti di depan rumah khas pedesaan. Rumah kecil namun terlihat rapi. Halaman depannya dipenuhi bunga-bunga membuat suasana rumah itu semakin sejuk. Fina langsung turun dari motornya kemudian berlari masuk melalui pintu samping. Ditemuinya kedua orangtuanya yang kaget dengan kepulangan anak gadisnya.

“Masyaallah Fina,” ucap Ibu Hana kemudian memeluk putrinya. “Pak, Fina pulang nih,” teriak Ibu Hana memanggil suaminya yang tak lain adalah Ayahnya.

Yadi keluar dari kandang ternaknya kemudian masuk menemui putrinya. Fina langsung menjabat tangan Yadi kemudian menciumnya. Pertanyaan Yadi mengenai kepulangannya mengendarai apa membuat Fina langsung teringat dengan sosok laki-laki yang ia tinggalkan di depan.

“Astaghfirullah Fina lupa, temen Fina masih di luar,” ucap Fina kemudian buru-buru masuk ke dalam rumah dan membukakan pintu rumahnya.

“Ya allah mas, maaf aku sampe lupa ninggalin mas disini, ayo masuk mas,” ajak Fina kepada Rama yang duduk dibangku teras rumah.

Rumah Fina sama persis dengan foto yang pernah diberikan kepada Rama saat Fina berniat untuk membuat desain rumahnya nanti. Kesederhanaan Fina yang membuat Rama kagum dan menaruh hati pada gadis berkulit kuning langsat itu. Kebaikan, keramahan, kecerdasan dan kepolosan Fina membuat Rama merasa beruntung menjadi laki-laki terdekat gadis itu.

Fina mengajak Rama masuk. Bersamaan dengan itu, Ibu dan Bapak Fina ikut keluar menemui tamunya. Dengan sopan Rama bersalaman dengan kedua orangtuanya.

“Maaf ya mas, ya begini ini keadaan Fina di kampung,” ucap Ibu Hana merendahkan diri.

“Tidak perlu minta maaf Ibu, saya tidak pernah mempermasalahkan itu,” jawab Rama.

Fina terlebih dahulu sibuk dibelakang untuk menyiapkan suguhan di depan. Sedangakan Rama duduk di depan ditemani oleh Bapak. Ibu pun kembali ke dapur melanjutkan menyiapkan sarapan. Ibu tersenyum sumringah melihat putri bungsunya pulang membawa teman laki-lakinya.

“Itu tah yang selalu kamu ceritain ke Ibu?” tanya Ibu Hana dan Fina mengangguk saja.

“Ganteng pilihanmu, ibu lihat anaknya juga sopan,” lanjut Ibu, Fina hanya merespon dengan senyuman. Malu rasanya kalau membahas mengenai mas Rama.

Bapak Yadi sangat antusias dengan kedatangan Rama. Kepulangan Fina bersama laki-laki itu membuat Yadi berpikir bahwa dia laki-laki pilihan putrinya. Itu sebabnya, ia menceritakan banyak hal mengenai semua tentang Fina. Mengenai kesehariannya, prestasinya waktu di sekolah dan semua hal yang membuat orangtuanya bangga.

“Kalau bapak sama ibunya Fina ini kan petani, kalau orangtua kamu pekerjaannya apa, Ram?” tanya Pak Yadi, Fina yang berada di sampingnya hanya menyimak.

“Ayah pegawai negeri pak, kalau Mama, ibu rumah tangga,” jawab Rama.

“Kamu berapa bersaudara?” tanya Bapak Yadi

“Tunggal, Pak,” jawab Rama.

Terlihat dari gaya hidup Rama di kampus, lelaki itu memang memiliki latar belakang status sosial yang berbeda dengan Fina yang hanya anak petani. Belum lagi ia juga anak tunggal, semua kebutuhannya pasti dicukupkan oleh orangtuanya. Terlepas dari itu, Fina juga tau bahwa Rama adalah sosok yang pekerja keras.

Sambil menyelesaikan S2 nya, Rama juga bekerja disalah satu tempat yang kerjanya paruh waktu. Itu juga yang menjadi alasan Fina jatuh hati dengan lelaki asal jawa tengah itu. Di ruang tamu itu, Rama terlihat seperti sedang di interview oleh Bapaknya. Beruntung Fina sudah memberitahukan hal itu pada Rama.

Obrolan santai mereka harus terhentikan saat Hana memanggil mereka untuk sarapan. Mereka semua berpindah ke meja belakang. Menu sarapan sudah tersaji di atas meja. Cukup banyak menurut Fina, seolah Ibunya sudah tau bahwa ia akan pulang hari itu.

“Ibu biasanya masak segini banyak? Kan cuma dimakan berdua?” tanya Fina menghidupkan suasana meja makan yang sangat sunyi.

“Enggak, biasanya dikit, nggak tau kenapa tadi lagi pengen masak banyak aja gitu,” jawab Ibu.

“Itulah filing seorang Ibu,” balas Rama membuat Fina mengangguk paham.

Di meja makan Bapak Yadi kembali menceritakan keluarga juga kesehariannya. Ia bercerita pada Rama bahwa Fina ini merupakan anak sulung dari dua bersaudara. Adiknya kini masih berada di bangku SMA yang setahun lagi akan masuk ke jenjang kuliah. Ia sudah habis-habisan membiayai Fina untuk terus melanjutkan pendidikannya. Karena Fina sudah mau lulus, Ia berkeinginan agar Fina bisa membantunya untuk membiayai keluarganya. Setidaknya lulus kuliah, Yadi ingin Fina berkarir telebih dahulu dan membantu kuliah adiknya.

Rama mengangguk paham. Ia menangkap bahwa Bapak Yadi meminta agar Fina berkarir terlebih dahulu. Ungkapan itu mengisyaratka seolah dirinya jangan telebih dahulu meminang Fina. Hal itu juga membuat Rama mengungkapkan keseriusan hubungannya dengan Fina kepada orangtuanya.

“Mohon maaf sebelumnya Pak, mungkin Fina belum atau sudah bercerita mengenai saya. Maaf kalau saya lancang, saya suka sama anak Bapak, kami juga sudah menjalin hubungan sedari lama. Ya, kami sudah sama-sama dewasa, tujuan kami juga lanjut ke jenjang yang lebih serius. Saya ingin sekali menikahi Fina. Tapi juga tidak lepas dari keinginan Bapak tadi, saya pasti akan mengizinkan dan mendukung Fani untuk berkarir terlebih dahulu, jika diizinkan saya juga siap membantu Fani meringankan Bapak,” ucap Rama dengan tenang.

Semua orang yang ada di ruang makan mendengarkan dengan seksama penuturan Rama. Fina yang duduk bersebelahan dengan Rama merasa terharu. Hatinya bergetar mendengarkan setiap kata yang diucapkan oleh laki-laki di sampingnya. Secara tak langsung, ia seperti di lamar oleh Rama.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status