“Emran, Widuri mana? Apa dia belum bangun?” tanya Nyonya Sari pagi itu.
Nyonya Sari terlihat sedang duduk di teras sambil menikmati teh manis hangat dan beberapa kudapan. Emran yang baru saja keluar kamar terlihat bingung hendak menjawab. Ia mengacak rambutnya sambil berjalan mendekat. Itu salah satu kebiasaan Emran jika gugup.
“Eng ... Widuri gak enak badan, Bu. Dia masih tidur.”
Akhirnya terpaksa Emran berkata bohong. Padahal semalam mereka tidak tidur bersama, selain itu Emran tidak tahu apa yang dikerjakan Widuri saat ini. Bisa jadi dia masih marah padanya dan memilih tidur sepanjang hari. Sayangnya Emran tidak melihat ke arah garasi, di sana tidak ada motor matic istrinya.
Emran ikut duduk berhadapan dengan ibunya menikmati teh hangat dan kudapan. Tuan Sastro juga ada di sana, tapi kali ini pria paruh baya itu terlihat asyik membaca pesan di ponselnya. Kemudian Emran mengarahkan pandangannya ke garasi dan langsung terjingkat k
“Widuri ... tentang tadi malam. Aku minta maaf ... ,” tutur Mawar dengan suara lembutnya.Widuri hanya diam bergeming di depan pintu tanpa menanggapi ucapan Mawar. Melihat reaksi Widuri, Mawar langsung meraih tangan Widuri dan menggenggamnya. Namun, Widuri buru-buru menepisnya. Ia sudah kerepotan membawa kotak berisi makanan yang baru saja diberikan Mawar. Kenapa kini malah mempersulit genggamannya.“Mamaku dan Tante Sari memang berteman akrab. Gara-gara itu juga aku kenal Emran, lalu kami saling jatuh cinta dan ---““CUKUP!!!” Widuri sudah mengangkat tangan ke atas membuat Mawar berhenti bicara. Mawar gegas mengatupkan rapat bibirnya saat melihat ekspresi wajah Widuri.Wanita manis berhijab itu tidak terlihat marah, bahkan tatapan matanya sangat lembut. Namun, entah mengapa Mawar sangat ketakutan kali ini.“Aku tidak tanya tentang sejarah kalian. Jadi aku rasa sudah cukup. Terima kasih makanannya. Aku ngan
“Kamu dari mana, Mas?” tanya Mawar.Emran baru saja masuk ke kamar usai bicara dengan Widuri tadi. Emran naik ke atas kasur lalu berbaring di sebelah Mawar. Pria tampan itu langsung memeluk Mawar sambil sesekali mengecup keningnya.“Tidurlah, sudah malam. Kamu besok harus kerja, kan?” Emran malah mengalihkan topik pembicaraan dan tidak mau menjawab pertanyaan Mawar.Mawar tersenyum sambil menganggukkan kepala. Kemudian dia sudah memejamkan mata dalam sekejap. Sementara Emran, dia belum bisa terpejam sama sekali. Ucapan Widuri yang terakhir masih terngiang di telinganya.“Apa perlakuanku selama ini sudah sangat menyakitinya,” gumam Emran dalam hati.Pria tampan itu hanya terdiam sambil sesekali mengelus lembut punggung Mawar. Helaan napas panjang keluar masuk bergantian dari bibir tipis Emran. Perlahan ia memejamkan mata dan mencoba melupakan semua hingga akhirnya terlelap dengan sempurna.Pukul tujuh pagi,
Satu jam sebelumnya ...Widuri sengaja tidak pulang ke rumah. Dia ingin melupakan kesedihannya dan memutuskan untuk jalan-jalan keliling kota. Siapa tahu dengan melihat hiruk pikuk dan suasana kota di malam hari bisa menghibur hatinya. Nanti begitu tiba di tempat kos, dia tinggal terlelap saja.Widuri asyik mengendarai dengan hati-hati. Namun, tiba-tiba mobil di depannya berhenti mendadak membuat Widuri terlambat mengerem. Tak ayal, motornya menabrak keras bagian belakang mobil dan mengakibatkan mobil itu penyok. Harusnya hal ini bisa diselesaikan dengan kekeluargaan, tapi malah si Pemilik mobil memanggil polisi. Bahkan menuntut hal yang aneh-aneh ke Widuri.Salah Widuri juga dia mengendarai motor tanpa mengenakan helm. Widuri pikir hanya jalan-jalan sekitar tempat kantor dan kosnya saja, tidak begitu jauh. Namun, ujung-ujungnya malah mengharuskan ia menghubungi Emran, suaminya.“Maaf, Pak Emran. Saya tidak tahu kalau Nyonya Widuri istri Anda. Saya
“Widuri mana?” tanya Emran pagi itu.Emran baru saja keluar kamar dan bersiap untuk berangkat kerja usai sarapan. Mawar yang sedang membereskan meja makan segera menoleh.“Sebentar aku panggil dulu, Mas.”Mawar beranjak ke lantai dua, tapi baru saja menapak satu anak tangga Mawar melihat Widuri berjalan menuruni tangga. Wanita manis berhijab itu sudah berada di lantai satu kini.“Aku naik taxi online saja,” ucap Widuri kemudian.Mawar yang tidak jadi naik ke lantai dua segera menoleh ke Emran. Sementara Emran hanya diam sambil sibuk merapikan dasinya. Memang hari ini rencananya Emran akan mengantar Widuri dan Mawar berangkat ke kantor.“Aku gak mau membuat kalian terlambat. Jadi aku naik taxi online, aku sudah memesannya dan sebentar lagi datang.” Widuri menambahkan.Mawar hanya mengangguk sambil melirik ke arah Emran. Ia tidak berani memutuskan dan menunggu Emran yang mengiyakan keingin
“Ini Widuri Yasmin, beliau salah satu supervisor marketing yang handal. Penjualannya selama ini selalu mencapai target,” ujar Pak Broto.Usai mengenalkan Dandy ke semua peserta meeting, kini berganti Dandy bertemu dengan para stafnya, termasuk Widuri. Widuri hanya tersenyum canggung, membungkukkan badan memberi salam. Dandy tersenyum membalasnya. Widuri tidak tahu pria di depannya ini ingat dirinya atau tidak, yang pasti Widuri masih ingat siapa dia.Dandy adalah cinta pertama Widuri. Ia bertemu dengannya saat duduk di bangku SMA. Dandy kakak kelasnya dua tahun di atasnya. Dandy yang rupawan, energik, pintar dan juga ketua OSIS telah mampu menawan hati Widuri. Mereka sempat berpacaran lama hanya saja saat Dandy memutuskan mengambil sekolah S2-nya di luar negeri, Widuri mengakhiri hubungan mereka secara sepihak.Widuri tidak mau berharap banyak kala itu. Ia yakin Dandy dengan kedudukan status sosial yang beda apalagi berada jauh di belahan bumi lain b
“Siapa dia?” seru suara dari belakang Widuri.Widuri menoleh dan melihat Mawar sedang berdiri di sana sambil melihat ke arah Widuri penuh curiga. Widuri malah menanggapinya dengan santai.“Siapa yang mana maksudmu?”Mawar berjalan mendekat dan berdiri sejajar di sebelah Widuri. “Pria manis yang bicara denganmu tadi, memangnya siapa lagi?”Widuri hanya tersenyum masam sambil menggelengkan kepala. Mungkin yang dimaksud Mawar kali ini tak lain dan tak bukan adalah Dandy.“Dia bosku. Kenapa? Kamu naksir?”Mawar sontak tertawa mendengar pertanyaan Widuri bahkan sudah menonyor bahu Widuri dengan gemas.“Pertanyaanmu konyol, Widuri. Bisa-bisa aku digorok Mas Emran.” Widuri kembali tersenyum meringis sambil memperhatikan Mawar.Mungkin karena Emran mencintai Mawar maka dia akan bersikap seperti itu pada Mawar. Namun, sepertinya sikap Emran tidak akan sama jika Widuri yang meng
“Boleh aku minta data penjualan bulan kemarin, Widuri?” tanya Dandy.Usai meeting pagi, Dandy menghampiri Widuri ke mejanya dan meminta hal seperti itu. Widuri segera mengangguk.“Baik, Pak. Sebentar saya siapkan.”“Antar ke ruanganku, ya!” Belum sempat Widuri menjawab, Dandy sudah berlalu pergi masuk ke ruangannya.Widuri hanya diam sambil menghela napas panjang. Lama-lama ia jadi risih dengan sikap Dandy. Padahal Dandy mempunyai sekretaris seharusnya dia bisa minta sekretarisnya yang menyiapkan data penjualan bulan lalu. Namun, kenapa harus minta ke Widuri? Selain itu kenapa hanya dia yang diminta? Sementara supevisor lainnya tidak.“Duri, buruan ditunggu Pak Dandy, tuh!” Rani mengingatkannya. Rani adalah salah satu staf marketing dan satu ruangan dengan Widuri.Widuri hanya mengangguk sambil tersenyum datar. Tak lama dia sudah berjalan menuju ruangan Dandy. Setelah beberapa kali mengetuk pin
“Halo, ada apa?” sapa Widuri di telepon.Begitu tiba di kantor, Widuri segera menjawab panggilan Emran yang tidak berhenti sedari tadi. Widuri sendiri heran mengapa juga suaminya terus menghubunginya siang ini.[“Kamu ke mana saja? Mengapa baru menjawab panggilanku?”] Emran langsung ngomel begitu panggilan terhubung.“Aku sibuk. Ada apa?”Emran menarik napas panjang mencoba menenangkan diri. Dia tidak berani bertanya kesibukan Widuri hari ini. Namun, yang pasti dia tadi melihat Widuri di salah satu restoran seafood bersama seorang pria yang kata Mawar adalah bosnya Widuri. Memang hari ini Emran janjian bertemu dengan klien di restoran seafood tersebut dan tidak sengaja malah bertemu Widuri di sana.[“Motormu sudah selesai, tadi bengkelnya menghubungi aku.”]Widuri langsung tersenyum kesenangan mendengar kabar tersebut.[“Satu lagi. Aku tidak bisa menjemputmu hari ini. Aku banyak ke