“Emran, kayaknya aku pulang malam hari ini,” ujar Widuri.
Ia sudah melakukan panggilan dengan Emran kali ini. Memang gara-gara kunjungan dari kantor pusat, Widuri bahkan seisi timnya dibuat repot seharian. Sekarang sudah jam empat sore dan Widuri melihat kalau pekerjaannya belum ada tanda-tanda selesai. Itu sebabnya ia menelepon Emran lebih awal. Widuri sudah tidak mau mendapat amukan Emran. Apalagi hubungan mereka sudah membaik akhir-akhir ini.
[“Emang belum selesai?”] tanya Emran di seberang sana.
Widuri menarik napas panjang sambil menggeleng. “Belum. Aku sendiri gak tahu selesainya jam berapa.”
Emran terdiam sejenak begitu juga Widuri. Widuri hanya berharap Emran mengizinkannya dan tidak mencemaskannya seperti tempo hari.
[“Ya udah. Nanti kalau udah selesai telepon aku, biar aku jemput. Motormu taruh kantor saja.”] Emran malah memutuskan seperti itu kali ini. Tentu saja Widuri tersenyum kesenangan
“Apa kamu tahu kalau mereka mantan pasangan kekasih, Mas? Itu artinya mereka setiap hari berinteraksi. Kamu tidak takut Widuri selingkuh?” ujar Mawar.Emran tidak menjawab, tapi jelas terlihat sekali kemarahan di wajahnya. Tanpa berkata apa-apa, dia langsung bangkit dari sofa, meraih kunci mobil di meja dan berjalan keluar. Mawar gegas berlari mengejar.“Mas ... kamu mau ke mana?”Tidak ada jawaban dari Emran. Pria tampan itu sudah masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya dengan suara menderu. Mawar hanya terdiam menatap kepergiannya, kemudian perlahan sebuah senyuman aneh terukir di wajah cantiknya.Sementara itu, Widuri baru saja menyerahkan laporannya. Ia lega akhirnya laporannya selesai tepat waktu sebelum orang kantor pusat pulang. Widuri melihat jam di tangannya, sudah pukul sembilan malam. Rasanya kali ini dia memang harus meminta Emran menjemputnya. Widuri sudah bersiap melakukan panggilan ke Emran.Namun, matanya
“Maaf, aku jadi mengganggu waktu istirahatmu,” ujar Widuri.Ia sudah masuk ke dalam mobil Emran, mengenakan seat belt sambil menoleh ke arah Emran. Emran tidak menjawab hanya mengangguk saja. Tak lama ia sudah melajukan mobilnya meninggalkan kantor Widuri.Mereka sama-sama terdiam kali ini. Widuri asyik dengan lamunan, sementara Emran berusaha menenangkan hatinya. Ia berusaha menunggu Widuri akan menjelaskan tentang apa yang baru saja dilihat Emran malam ini. Namun, hampir sepuluh menit berlalu, Widuri tidak kunjung berbicara. Dia terlihat menikmati pemandangan di luar mobil sambil sedikit melamun.“Apa yang dia lamunkan? Apa dia masih membayangkan Dandy dan apa yang dilakukannya beberapa saat tadi dengan mantan kekasihnya itu?” batin Emran dengan kesal.Emran masih tidak mau menurunkan egonya dan terus menciptakan suasana dingin. Selain itu banyak bayangan di benaknya yang dialami Widuri dengan Dandy tadi. Suasana dingin ini seper
PLAK!!!Tamparan Widuri benar-benar membuat Emran terkejut. Sepertinya kesempatan itu dijadikan Widuri untuk menghindar. Dia gegas beringsut menjauh dari Emran sambil menutup kepalanya dengan hijab ala kadarnya dan menyilangkan tangan di depan dada menutupi blusnya yang terbuka.“Kamu jahat, Emran. Teganya kamu menuduhku seperti itu. Asal kamu tahu, aku belum pernah melakukan apa pun dengan Dandy ataupun dengan yang lain. Aku masih menjaga kehormatanku.”Widuri bertutur dengan lirih diiringi suara isakan. Emran hanya membisu, ia sudah mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk di tepi kasur. Sementara Widuri memilih duduk di sudut kasur menjauh dari Emran.“Lantas apa yang kamu lakukan di apartemen tadi? Kamu bahkan hampir satu jam di sana. Bukankah itu cukup bagi kalian melakukan banyak hal termasuk begituan.” Emran kembali bersuara dengan tuduhannya.Helaan napas panjang keluar masuk dari bibir Widuri. Wanita berhijab itu kini
“Aku tidak mau membuat jok mobilku basah. Kalau kamu kasihan, turun saja sekarang!” ujar Emran dengan dingin.Mawar langsung terdiam dan mengatupkan rapat bibirnya, tidak berani bersuara kembali. Ia sungguh tidak tahu apa yang terjadi antara Widuri dan Emran. Mengapa juga Emran berubah sedrastis ini? Padahal tempo hari dia begitu perhatian dan akan berbuat adil pada mereka berdua. Namun, mengapa kini terlihat kebencian di ucapan Emran tadi?Akhirnya Widuri tiba di rumah lebih dulu. Memang sengaja Emran tidak mau mendahului dan melambatkan mobilnya di belakang Widuri. Widuri sudah memarkir motornya dan sibuk memeras bajunya supaya tidak membuat lantai rumahnya basah.Selang beberapa saat Emran sudah memarkir mobilnya dengan rapi bersebelahan dengan motor Widuri. Emran langsung keluar dari mobil. Tanpa berkata apa pun, apalagi menoleh ke arah Widuri, Emran masuk ke dalam rumah. Widuri hanya diam dan tidak mempedulikannya. Dia sudah terbiasa tidak diper
“Widuri sakit apa, Dok?” tanya Emran.Ternyata Emran langsung membawa Widuri ke tempat praktek Dokter Heru, dokter langganannya.“Hanya demam dan flu saja. Saya sudah memberi resep untuk demam dan flunya. Terus satu lagi, suruh jaga pola makannya. Dia punya indikasi memiliki penyakit lambung sama seperti kamu. Jangan sampai makannya terlambat, Emran!”Emran hanya manggut-manggut mendengarkan. Sementara Widuri hanya duduk diam di sebelah Emran. Untung saja, saat tidur semalam Widuri mengenakan hijabnya. Dia merasa kedinginan, itu sebabnya untuk mengurangi rasa dingin Widuri sengaja mengenakan hijab selama tidur. Tidak disangka paginya Emran malah menerobos masuk kamarnya seperti tadi.“Tunggu di sini sebentar!! Aku mau menebus obatnya.”Mereka sudah keluar dari ruang periksa dan kali ini sedang menunggu di depan apotek dalam klinik tersebut. Widuri hanya mengangguk sambil menyandarkan kepalanya ke kursi. Kepalanya
“Apa kamu baik-baik saja, Widuri?” tanya Mawar sore itu.Begitu sampai di rumah, Mawar langsung masuk ke kamar Widuri dan menanyakan tentang sakitnya. Widuri yang sedang berbaring di kasur sedikit terkejut. Dia bergegas mengenakan hijabnya. Widuri takut ada Emran yang berjalan menyusul di belakangnya.“Iya, aku sudah mendingan, kok. Apa Emran yang memberi tahu kalau aku sakit?”Mawar mengangguk sambil tersenyum. Widuri tidak menyangka kalau madunya begitu perhatian padanya. Dari awal bertemu, Mawar memang terlihat baik. Hanya saja saat Emran mulai menunjukkan perasaannya kepada Widuri, dia sedikit berubah. Mungkin sekarang Mawar sudah bisa menerima dan bersikap baik lagi padanya.“Pasti kamu sakit gara-gara kehujanan kemarin. Kamu, sih. Sudah tahu hujan diterjang saja.”Widuri hanya meringis mendengar ucapan Mawar yang penuh perhatian. Widuri memang anak tunggal dan saat mendapat perhatian dari Mawar, ia sedikit
“Mas ... kamu boleh kok tidur di tempat Widuri malam ini,” ujar Mawar.Emran yang tadinya sudah memejamkan mata seketika kembali menatap Mawar dengan tajam. Mawar membalas tatapannya.“Katamu mau berbuat adil, kan? Widuri juga istrimu apalagi dia sedang sakit saat ini. Kamu gak khawatir kalau dia kenapa-napa.” Mawar menambahkan.Emran belum menjawab hanya jakunnya yang naik turun dengan teratur sembari melihat ke arah Mawar dengan tajam. Entah apa yang dipikirkan Mawar saat ini? Mengapa tiba-tiba Mawar meminta dia tidur dengan Widuri?“Gak, Sayang. Mungkin lain kali saja. Aku tidak ingin mengganggunya. Sudah, tidurlah. Aku ngantuk!”Emran kembali memejamkan mata dan Mawar hanya diam melihatnya. Padahal Mawar sudah bersiap jika nantinya Emran akan benar-benar pergi ke tempat Widuri. Tak terasa sebuah senyuman aneh tersungging di bibir Mawar. Lagi-lagi dia merasa menang dari Widuri. Meski suaminya sudah memperlakuk
“Asal kamu tahu, aku yang akan selalu menerima Widuri apa pun keadaannya nanti. Kalau kamu memang pada akhirnya memilih Mawar. Biarkan aku yang mencintai Widuri kembali,” ujar Dandy.Dandy mengatakannya dengan tajam sembari mencondongkan tubuhnya ke arah Emran. Sementara Emran hanya terdiam membalas tatapan Dandy dengan mata elangnya nan tajam. Dua pria berparas rupawan itu hanya terdiam dan saling beradu mata untuk beberapa saat. Hingga akhirnya sebuah panggilan terdengar dari ponsel Emran.Emran meraih ponsel di kantong jasnya. Ia melihat sekilas ada nama Mawar di sana. Dengan beberapa kali helaan napas panjang, akhirnya Emran menjawab panggilannya.“Ada apa, Sayang?”[“Kamu di mana? Apa belum selesai bertemu dengan Dandy?”] tanya Mawar dengan khawatir. Sebenarnya ini hanya alasan Mawar menelepon. Mawar malah takut kalau Emran sedang menghabiskan waktu dengan Widuri bukan Dandy. Mawar yakin ada yang disembunyikan Emra