Share

Di Blokir

Bab 6

PoV (3)

Silvi membantu Rania yang sedang mencuci piring usai sarapan.

"Mbak, kenapa repot sih. Biar aku yang cuci, Mbak duduk aja sana nonton tv sambi temanin Hafiz main aja!" ucap Silvi dan mengambil spons dari tangan Rania.

"Kamu nih Sil, mbak gak mau dong duduk manis aja. Biarkan Mbak yang cuci, nanggung nih," ucap Rania dan meminta sponsnya kembali.

"Aku gak enak sama Ibu, kalau membiarkan mbak membantuku," ucap Silvi dan tertunduk.

"Kenapa begitu Sil?" tanya Rania karena melihat raut wajah Silvi yang berubah sendu.

"Cerita apa yang kamu rasakan, jangan sungkan. Mbak gak akan memihak pada yang salah!" ujar Rania. Ia merasa Silvi menyembunyikan sesuatu tentang ibunya..

"Ibu selalu menuntutku hamil Mbak, dan tak boleh malas. Karena aku keenakan menikah dengan Mas Aldi, tinggal menikmati apa yang ia hasilkan selama ini. Jadi Ibu menuntutku seperti itu, Mbak,"

ujar Silvi dan mengusap air mata yang mengembung di sudut matanya.

"Jika belum di beri janin di rahimku, apa itu salahku Mbak? Karena aku sudah berusaha dengan Mas Aldi, tapi belum rejeki kami," Silvi kini terisak membuat Rania terenyuh dan merasa kasihan.

Ia seperti ragu untuk mempercayai Silvi begitu saja. Karena ia mengenal sifat sang Ibu.

Ibunya adalah perempuan yang lemah lembut dan baik. Dan seperti tak mungkin dia akan menuntut sang menantu hingga membuat Silvi tekanan batin.

"Mbak, jangan bilang pada Mas Aldi ya. Biarkan saja aku yang menanggung, aku ikhlas Mbak. Aku akan berusaha untuk hamil, agar Ibu bisa menerimaku," ucap Silvi dan memaksakan senyum berusaha tegar.

"Sil, Mbak gak menyangka Ibu melakukan hal itu padamu. Bagaimana pun Aldi harus tahu, nanti mbak akan bantu bilang pada Ibu ya, agar jangan menuntutmu," ucap Rania.

"Nanti salah paham, aku takut Mbak. Kalau ibu marah,"

"Gak akan, kan ada mbak di sini. Kamu aman," tukas Rania.

**

Aldi tak fokus dengan pekerjaannya. Dia juga masih memikirkan hal semalam, tentang chat Silvi dengan pria lain. Dia memutuskan meamasang cctv di sekitar rumah, setiap sudut. cctv kecil itu sulit di lihat oleh orang di dalam rumah.

Yang membuat Aldi semakin benci. Silvi ternyata memfitnah dirinya, padahal selama menikah Aldi sangat meratukan sang istri. Dengan fasilitas yang ia berikan, mobil juga ia berikan yang baru ia beli saat itu. Rumah dengan dua lantai, dan cukup mewah sebagai tempat tinggal.

Mengajaknya untuk tinggal bersama dengan ibunya. Karena sikap Silvi yang baik pada Ibunya sebelum Aldi mengetahui kebusukan Silvi dengan berbagai rencana yang sedang ia lancarkan untuk menguras harta Aldi.

"Apa benar, ia tertekan karena ibu menuntut Silvi hamil?" gumam Aldi.

"Tapi jika hanya karena itu, tak mungkin dia mau menguras hartaku. Dari niatnya saja sudah picik!"

Tring..!

Tring..!

Aldi mengambil ponselnya yang terletak di atas meja kerja. Notifikasi nya ramai dari chat di akun wh*tshapp yang di sadap oleh Aldi semalam. Aldi menyadap menggunakan ponsel keduanya, yamv tidak di ketahui Silvi. Dari sini lah Aldi bisa leluasa memantau Silvi. Karena Ella sudah dari kemarin di kick dari grup WA keluarga itu.

[Mbak, rumah yang di hadiahkan Mas Aldi. Boleh aku tempati setelah menikah?] pesan dari Nadia.

[Pasti boleh sama Kakakmu, iya kan Sil?] mama mertua ikut nimbrung.

[Tentu boleh Nad, kamu huni rumah itu bersama suamimu nanti. Dari pada kalian harus ngontrak sama Reno.] balas Silvi dan seenaknya memberi izin untuk Nadia menghuni rumah yang kuberi padanya.

"Dari pada di huni oleh Nadia. Aku lebih ikhlas rumah itu aku berikan pada Rania. Setelah sertifikat ini, menjadi nama Ibu. Mbak Rania lah yang akan menempati rumah itu dengan Hafiz dan keluargamu tak akan dapat apapun!" gumam Aldi dan mengepalkan tangannya, hingga buku-buku tangannya memutih.

Aldi sangat geram, membaca percakapan mereka. Mengatur semua sesuai kemauan.

Aldi merasa beruntung sudah mengetahui rencana ini, jika dia terlambat untuk mengetahui rencana Silvi dan keluarganya. Mungkin dia yang akan di depak oleh Silvi dan menjadi jatuh miskin oleh ulah istrinya sendiri.

Sikap Silvi yang selalu memanjakan adiknya, bahkan ingin memberi rumah itu pada Nadia setelah menikah. Sedangkan Nadia hanya menikahi seorang pria pengangguran tinggal menikmati semua fasilitas yang ada.

[Mbak, kirim 12 juta ya, aku mau beliin Mas Reno hadiah sepatu N*ke Ori.] pinta Nadia kembali.

[Oke, Mbak transfer sekarang.] balas Silvi menyanggupi permintaan adiknya.

Aldi kemudian tersenyum tipis, kini gantian chat dari istrinya masuk di akunnya.

[Mas, kenapa m-banking milikmu yang ada di ponselku terblokir?]

Aldi sudah ke bank tadi, untuk memblokir rekeningnya yang di gunakan oleh Silvi. Beruntung Silvi juga belum membuat rekening sendiri. Karena sudah terlena, di berikan Kartu ATM oleh Aldi dan selalu di isi oleh suaminya. Bebas ia gunakan. Tapi sekarang sudah di blokir oleh Aldi membuat Silvi panik.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
kapokmu kapan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status