Bab 8PoV 3Aldi menyerahkan beberapa berkas yang harus ditandatangani oleh Silvi."Mana Mas aku tanda tangan!" pinta Silvi."Kamu tidak mau membacanya dulu?" tanya Aldi. "Tidak Mas, aku percaya padamu. Aku juga ada urusan dengan temanku, sudah telat nih dan buru-buru!" ucap Silvi. Ia mulai mendatangani berkas yang ditunjukkan oleh Aldi tanpa membacanya. Karena ia yakin pasti Aldi tidak akan berbuat macam-macam karena suaminya itu sangat menyayangi dirinya, begitulah yang dipikirkan oleh Silvi dengan kepercayaan diri yang tinggi.Setelah menandatangani berkas itu. Silvi pergi dengan langkah yang terburu-buru. "Sil tunggu! Bagaimana dengan mobilmu?" "Mobil itu sedang ada di bengkel, besok Nadia akan segera mengembalikannya ketika sudah mengambilnya dari bengkel!" jawab Silvi memberi alasan."Oke!" ucap Aldi.Silvi kemudian melanjutkan langkahnya, ia sedikit berlari kecil. Taksi online yang dipesannya sudah menunggu di depan rumah."Jalan pak!" ujar Silvi ketika sudah masuk ke dalam
PoV (3)Aldi berencana pergi ke kantor menggunakan ojek Online. Karena mobilnya harus di service. Ia meninggalkan mobil itu di bengkel. Tak jauh dari tempatnya berdiri, baru saja ingin mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Aldi melihat Riko calon suami Nadia keluar dari dalam mobil. Riko mengitari mobil, kemudian membuka kan pintu mobil untuk seseorang yang bersamanya. Dari dalam mobil itu keluar seorang wanita menggunakan dress selutut berwarna hitam."Reno?" gumam Aldi dan menghampiri mereka."Hai Ren!" seru Aldi.Reno melihat kedatangan Aldi yang mendekat, seketika tertegun. "Mas, Aldi," ujarnya."Mau kemana? In siapa, gak sama Nadia?" tanya Aldi dan menatap perempuan yang bersama calon suami Nadia itu."Nadia, kuliah Mas!""Kuliah, sepagi ini? tapi kenapa mobilnya ada padamu. Bukankah mobil ini akan digunakan Nadia untuk pergi ke kampus!" Reno menggaruk kepalanya yang tak gatal, dan tampak berpikir."Emm... Kebetulan hari ini mata kuliah Nadia siang, jadi dia masuk siang,
PoV SilviAku mengajak Mama untuk gegas pindah ke rumahku. Mama dan Nadia sibuk mulai mengemasi barang mereka. Karena Bu Bariah yang sudah membeli rumah Mama 2 tahu yang lalu akan segera menghuninya. Rumah Mama dulu di jual, untuk melunasi hutang Mama pada rentenir untuk memenuhi biaya hidup kita.Dulu hidup kami berkecukupan, ketika Papa masih menjabat Lurah. Namun peristiwa itu terjadi, hal terburuk dalam hidupku. Papa ketahuan korupsi dana, ketika masih menjabat. Akhirnya Papa di laporkan pada polisi, tapi Papa jatuh sakit dan membuatnya nekat bunuh diri sebelum persidangan. Hidup kami hancur, dan jatuh miskin. Banyak aset yang di sita. Mobil dan juga uang di rekening Papa. Hanya tersisa rumah yang sudah di bangun sebelum Papa jadi Lurah. Aku dan keluargaku yang terbiasa hidup berkecukupan, tidak bisa menerima hidup dalam kesusahan. Terpaksa Mama berhutang sana-sini termasuk dengan rentenir untuk memenuhi biaya hidup kami.Tapi akhirnya Mama tidak sanggup lagi, karena hutang itu
PoV Silvi"Harusnya kamu baca sebelum tanda tangan, rumah ini akan kubalik nama atas nama ibu bukan kamu!" jawabnya."Kamu menipuku, Mas!" kepalaku terasa pusing, mendengar semua ini dari suamiku.Deg..! Apa yang dimaksud oleh Mas Aldi Kenapa ia berbicara seperti itu."Mas, ada apa ini? Jelaskan saja padaku berarti kamu tidak membalik nama sertifikat itu, atas nama aku? Kenapa Mas, kamu membohongiku, kamu menipuku!" aku meninggikan suara membentak Mas Aldi."Menipu?" ucapnya dan menyeringai. "Iya kamu menipuku!" hardikku pada Mas Aldi karena merasa kecewa telah ditipu olehnya. Sebuah kejutan yang sangat tidak aku sangka dari suamiku sendir, dia tega melakukan ini sejak kapan Mas Aldi berbuat curang padaku. Bukankah selama ini dia tergila-gila dan jatuh cinta padaku sebagai istrinya, rela memberikan apapun padaku. Kenapa dia tega menipu."Sekarang kamu lebih baik bercermin, Sil! Siapa yang menipu!" Kemudian Mas Aldi berlalu meninggalkan kami di ruang tengah, ia menuju kamar."Apa i
PoV Silvi"Kamu hamil?" ucap Mas Aldi dan tersenyum. Benar kan dugaanku, dia senang dengan berita kehamilan ini."Iya Mas, aku sebenarnya mau jadikan ini kejutan. Tapi Mama malah bilang duluan, aku hamil anak kita Mas," aku mendekati Mas Aldi sambil memegang perutku."Besok kita periksakan kehamilanmu," ucapnya.Haduh bagaimana ini. Mas Aldi mau memeriksakan kehamilanku. Hamil ini kan hanya bohongan, sedangkan aku selalu minum Pill kb untuk mencegah kehamilan. "Selamat ya Sil, kamu akhirnya hamil." ujar Mbak Rania. Ia memberiku selamat.Cih sok baik."Makasih Mbak!" jawabku sedikit ketus. Jangan harap aku akan ramah lagi padamu Mbak. Setelah kamu berhasil mempengaruhi mas Aldi. Aku yakin, jika Mas Aldi berubah itu juga campur tangan Mbak Rania. "Tu dengar Bu Laras! Menantumu sedang hamil, kehamilan Silvi harus di jaga dengan baik, jangam sampai dia stress!" ucap Mama pada ibu mertuaku."Pasti Bu Irma, saya akan menjaga Silvi," ibu mertuaku menjawab. Dia memang irit bicara dan cend
POV (3)Aldi terkesima melihat wanita yang dulu sempat ia kagumi, dari perkenalan singkat mereka." Najwa?" gumam Aldi. Najwa tampak anggun dengan penampilan nya. Dengan makeup yang tipis semakin membuat nya cantik.Aldi sempat bertemu dengan wanita itu, mereka berkenalan dari sosial media hingga bertemu satu bulan setelah perkenalan.Tapi setelah bertemu sekali. Najwa tidak pernah lagi menghubunginya, bahkan akun media sosialnya tidak aktif lagi.Beberapa kali Aldi mencoba mengirim pesan tapi nihil tak ada balasan. Bahkan di WhatsApp dia diblokir oleh Najwa.Kini mereka berpapasan dan saling pandang. Aldi sangat ingin menanyakan pada Najwa kenapa dulu ia seperti tiba-tiba menghilang.Akan tetapi Aldi merasa tidak etis menanyakan hal ini. Karena Najwa hanya masa lalu dan sekarang pun dia sudah menikah.Najwa juga tampak menghindari Aldi. Dan buru-buru berjalan masuk ke dalam kantor." Hei kenapa sih mandanginnya gitu banget, ingat istri di rumah!" kelakar Alfian dan menyenggol bahu A
PoV AldiDokter mulai mengoleskan seperti gel pada perut Silvi. Dan mulai memeriksa kandungannya menggunakan alat usg. Entah apa namanya aku tidak tahu.Sebagai suami aku di perbolehkan untuk masuk ke dalam ruangan. Dokter menjelaskan jika kandungan Silvi sudah masuk 5 minggu. Raut wajah Silvi tampak bahagia dan tersenyum mendengar penjelasan Dokter obygin itu. Sedangkan perasaanku kacau, mai bahagia tapi aku ragu dengan siapa Ayah biologis dari janin yang ia kandung. Jelas aku mengetahui kecurangan Silvi yang tidur dengan mantannya di hotel. Tapi mereka melakukan hubungan beberapa hari yang lalu, lantas bisa langsung hamil?Apa itu benar anakku, atau Silvi pernah berhubungan dengan mantannya yang tidak aku ketahui. Pertanyaan beragam berkecamuk di pikiranku.***"Lihat Mas, calon anak kita!" ujar Silvi sambil terus memegang foto hasil usg tadi. Dia sangat excited. Aku tahu dia sangat senang karena berhasil membuatku susah lepas darinya, setelah ini aku akan sulit menceraikan Silvi
PoV (3)"Aku istrimu Mas. Bukan pencuri!" ujar Silvi yang tidak terima dengan sindiran suaminya. Aldi mengatakan pencuri itu bertujuan pasti untuk ia dan keluarganya."Mas, tolong pikirkan lagi. Aku sedang mengandung anakmu! Harusnya kamu mengutamakan aku, bukannya Mbak Rania!" "Aldi bersikap lah yang adil pada kami. Kamu itu suaminya Silvi, tidak selayaknya kamu memperlakukan istri dan keluarga istrimu seperti ini. Lupakan dan maafkanlah kejadian yang telah lalu, sekarang kamu harus fokus pada rumah tanggamu," ujar Irma pada menantunya, meminta Aldi agar bijaksana dan bersikap adil."Keputusanku sudah bukat, tidak ada biaya yang akan aku berikan pada pernikahan untuk Nadia. Jika dia ingin menikah, persiapkanlah dana sendiri!" Aldi kemudian bangkit dan meninggalkan mereka."Ingin Mama tampar suamimu itu, apa dia sudah tak punya rasa sungkan pada mertua. Sehingga tidak bisa menghormati Mama!" geram Irma."Sil, Mama tidak terima dengan keputusan Aldi. Kamu harus bisa membujuknya. Kasi