TamatNajwa dan Rania muncul. "Najwa!" ucap Silvi lirih membuat Aldi menoleh ke belakang. Sudah berdiri istri dan Kakaknya."Aku ingin membahas hal penting denganmu, bolehkah aku duduk?" tanya Silvi dan kemudian menatap Aldi.Karena sedari tadi ia berdiri tak di persilakan untuk duduk. Aldi seketika kesal dengan Sari karena membiarkan perempuan ini masuk ke dalam rumah. Aldi menunjuk sofa, dan Silvi duduk."Apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Najwa yang sudah duduk berdampingan dengan Aldi. Sedangkan Rania memilih duduk di sudut sofa tunggal dan ingin tahu ada urusan apa lagi, mantan istri Aldi datang."Pasti kamu sudah mengetahui, tentang di tangkap nya Mas Hanan oleh polisi."Najwa menghela nafas, ia kesal dengan Silvi pasti ingin meminta sesuatu hal padanya."Bisakah, kamu mencabut laporan agar Mas Hanan di bebaskan," pinta Silvi yang akhirnya mengatakan apa maksud tujuannya datang ke rumah itu."Aku tidak akan mencabut laporan itu. Maaf, Silvi. Jika itu yang kamu inginkan, leb
Bab 1[Kesal aku Ma, sama nenek tua itu! Ingin kubuang saja dari rumah ini! Sangking jengekelnya, tadi aku biarin dia kelaparan. Ada sih ikan goreng, aku kasih kucing aja dari pada dia yang makan!] chat dari Silvi istriku. [Yang sabar Sil, nanti setelah kamu berhasil mendapatkan semua harta Aldi. Baru deh kamu depak ibunya beserta suamimu itu! Baru dapat rumah 1 kan, belum semuanya!] balas Mama mertua menaggapi chat dari Silvi. Ya, aku kemarin memberi Silvi sebuah rumah dengan atas namanya. [Terus dia makan apa, mbak?] Nadia adik iparku ikut bertanya.[Entah deh makan apa, biar aja ngais dari sisa makanku. Eh tapi tadi aku kasih dia nasi basi sepiring, mungkin sudah di makan dari pada kelaparan haha...!] Silvi kembali membalas.Tanganku mengepal membaca screenshot dari grup WA keluarga istriku. Tringg..Tring..Tring.. Notifikasi pesan kembali memenuhi aplikasi hijauku, dengan foto screenshot dari grup wa keluarga Silvi. [Sil, nanti kamu mau nyumbang berapa untuk pernikahan Nadi
Bab 2(PoV Aldi)"Aku mau membalik nama sertifikat rumah ini jadi namamu, sayang," jawabku. Padahal aku ingin membalik nama sertifikat rumah yang aku belikan kemarin dengan nama ibu saja. Aku harus bisa bermain cerdik."Beneran Mas?" mata Silvi berbinar senang. Tunggu kamu Silvi. Kamu yang akan pergi dari rumahku dan aku ceraikan."Besok kamu cukup tanda tangan aja, biar Mas yang mengurus ke notaris.""Kenapa aku tidak ikut, Mas?" tanya Silvi.Banyak tanya dia, aku harus bisa menyembunyikan rencana ini dengan baik. Aku butuh tanda tangan Silvi di surat kuasa permohonan."Kamu kan harus ikut mengurus acara pernikahan Nadia sayang,""Benar juga kamu Mas, aku juga sangat repot nanti. Semua antusias dengan pernikahan ini, kami besok akan membuat seragam pernikahan. Baju untuk Ibumu juga Mas, agar kita bisa seragaman nanti." ujar Silvi bercerita akan membuatkan ibu juga. Istriku ternyata sangat pandai bersilat lidah, pantas aku tertipu karena ucapannya yang manis tapi menusuk di belakang
Bab 3(PoV Aldi)Aku harus ke rumah Mama. Apakah aku harus menyelinap seperti pencuri, untuk mengambil kembali sertifikat itu di rumah Mama mertua. Karena jika aku meminta, pasti akan menimbulkan kecurigaan."Mas, aku pinjam mobil ya!" ucap Silvi sambi menyerahkan tas kerjaku."Untuk apa, mobilmu dimana?" tanyaku. Karena aku punya dua mobil yang aku beli sebelum menikah dengan Silvi. Silvi menggunakan mobil yang aku beli setahun yang lalu, dan lebih bagus karena keluaran tahun baru. "Di pinjam sama Nadia Mas, untuk kuliah. Kasihan adikku kalau harus naik ojek ke kampus!" jawabnya.Nadia baru saja kuliah 1 bulan yang lalu, dan juga akan menikah. Harusnya dia fokus dulu dengan kuliahnya, tapi dia malah minta menikah juga. Padahal calon Nadia juga pengangguran. "Kenapa Nadia tak berhenti kuliah saja, dia kan mau menikah!" "Menikah bukan berarti menghalangi dia untuk menuntut ilmu dong Mas, biar saja adikku kuliah, banyak yang sudah menikah tetap melanjutkan pendidikan nya!" ujar Silv
Bab 4 PoV Aldi"Mama, sudah mengajukan pinjaman nya?" aku bertanya berusaha tenang, dan tak menunjukkan kekesalan yang aku rasakan. Walau sebenarnya hati ini memanas melihat rencana mereka."Belum Al, rencananya sih dua hari lagi. Mama akan ajukan 100 juta. Untuk modal pernikahan Nadia," Mama mertua ingin menggunakan uang itu untuk modal pernikahan. Sedangkan kemarin saja ia sudah meminta Silvi untuk minta uang padaku, sebanyak 150 juta. Resepsi semewah apa yang akan diadakan oleh Mama untuk anak bungsunya."Aku bantu Mama untuk mengajukan pinjaman di bank, bagaimana?"Aku menawarkan mama untuk membantunya, semoga ia percaya padaku."Membantu?" dahi mama mengerut."Iya Ma, temanku ada bekerja di bank. Dan dia bisa membantu Mama agar pinjaman itu cepat cair, dalam jangka waktu mungkin hanya satu minggu saja!" jelasku."Kalau begitu tolong kamu bantu Al, karena uang itu sangat mama butuhkan secepatnya. Ada beberapa yang harus dibayar duluan, seperti uang muka untuk dekor dan juga cate
POV (3)Semua berjalan baik-baik saja ketika mereka berkumpul. Aldi sadar harus berhati-hati dan bersabar menghadapi permainan istrinya. "Mas, kapan kamu membalik nama sertifikat rumah ini atas namaku?" tanya Silvi ketika mereka berdua sudah berada di dalam kamar.Aldi tampak berpikir sejenak, dan menyimpulkan senyum pada bibirnya."Mungkin 2 hari lagi, aku akan mengurusnya segera ke notaris. Kamu cukup besok berikan tanda tangan saja,""Oke Mas, aku percaya padamu." ucap Silvi dan menggelayut manja pada Aldi. Ia kemudian mengecup pipi sang suami dengan mesra."Oiya Mas, kenapa ya Ibu selalu saja membahas tentang kehamilan? Aku belum hamil, seperti di sudut kan terus. Kita kan sudah berusaha, jika belum di beri momongan aku bisa apa," ujar Silvi dengan raut wajah sedih."Apa Ibu bertanya seperti itu padamu?"Seketika raut wajah Silvi semakin sendu dan air matanya menetes, dengan kasar Silvi mengusap air mata yang lolos."Kamu tak percaya padaku, Mas?" tanya Silvi dengan berusaha ters
Bab 6PoV (3)Silvi membantu Rania yang sedang mencuci piring usai sarapan."Mbak, kenapa repot sih. Biar aku yang cuci, Mbak duduk aja sana nonton tv sambi temanin Hafiz main aja!" ucap Silvi dan mengambil spons dari tangan Rania."Kamu nih Sil, mbak gak mau dong duduk manis aja. Biarkan Mbak yang cuci, nanggung nih," ucap Rania dan meminta sponsnya kembali."Aku gak enak sama Ibu, kalau membiarkan mbak membantuku," ucap Silvi dan tertunduk."Kenapa begitu Sil?" tanya Rania karena melihat raut wajah Silvi yang berubah sendu."Cerita apa yang kamu rasakan, jangan sungkan. Mbak gak akan memihak pada yang salah!" ujar Rania. Ia merasa Silvi menyembunyikan sesuatu tentang ibunya.."Ibu selalu menuntutku hamil Mbak, dan tak boleh malas. Karena aku keenakan menikah dengan Mas Aldi, tinggal menikmati apa yang ia hasilkan selama ini. Jadi Ibu menuntutku seperti itu, Mbak," ujar Silvi dan mengusap air mata yang mengembung di sudut matanya. "Jika belum di beri janin di rahimku, apa itu salah
PoV (3)[Apa iya sayang?] Aldi. membalas pesan dari Silvi. dan berpura-pura tidak tahu. [Iya Mas, nih ke blokir!] balas Silvi dan mengirim foto screenshot m-banking yang terblokir.Aldi tidak membalas, kembali meletakkan ponsel. Pekerjaannya tidak terlalu banyak hari ini. pikirannya pun juga tidak fokus menghadapi permainan Silvi."Aku harus pandai menyusun strategi, karena rencana Silvi sangat tidak tertebak. Mudah saja ia mau menyerahkan rumah itu pada adiknya, sialan!" gumam Aldi dengan emosi.Ponsel Aldi terud berdenting dari notifikasi pesan. Ia kemudian menekan mode pesawat agar tidak terganggu dengan pesan sanv istri.________Silvi berkunjung ke rumah Ibunya di sana ia juga bertemu dengan Nadia."Mbak,,kenapa belum transfer uang padaku?" tanya Nadia cemberut ketika melihat Silvi datang." Iya nih Sil, kamu juga tidak membalas wa kami lagi," timpal Ibunya. "Maaf ya Bu, Nadia. M-banking terblokir dan otomatis aku juga tidak bisa mengambil uang dari mesin ATM," ujar Silvi memin