Milla memang tidak percaya kalau ayahnya telah meninggalkan harta warisan untuknya ketika dia masih hidup, sebagaimana yang dikatakan oleh Eddy.
'Kalau Aku punya harta warisan, Aku tidak akan bekerja pontang panting hanya untuk membiayai kuliahku di Jakarta,' batin Milla sinis.
Dia masih mengingat dengan jelas bagaimana susahnya kehidupan setelah ayahnya meninggal. Kuliah sambil bekerja, kepala jadi kaki, kaki jadi kepala.
Tidak seperti teman-temannya yang bisa masuk kuliah dengan santai tanpa harus terbebani dengan biaya hidup dan biaya kuliah, Milla malah sibuk mendampingi bosnya yang juga kekasihnya itu keliling daerah dan luar negeri.
Beruntung dosennya adalah seorang yang pengertian, dia mengizinkan Milla untuk tetap mengikuti kuliah secara daring melalui video.
"Aku tidak berbicara omong kosong, almarhum ayahmu memang memiliki bagian dalam harta warisan papaku, Aku juga baru melihatnya tadi pagi," jelas Eddy serius.
Eddy memaklumi kenapa Milla tidak mempercayai kabar yang dia bawa soal warisan pondok dengan tanah tempat berdirinya yang sekarang Milla tempati. Sebab, semalam Eddy juga merasa aneh dan tidak percaya.
Perubahan ini akan berpengaruh pada rencananya untuk menjual vila karena dia harus memisahkan antara tanah vila dan tanah pondokan milik Milla.
" ... "
"Ini," kata Eddy sambil mengulurkan surat tanah di mana pondok kecil milik ayah Milla berdiri dan saat ini sedang di tempati oleh gadis tersebut.
Milla mengambil surat tanah yang disodorkan oleh Eddy dan memeriksanya bolak balik khawatir itu hanyalah sebuah kesalahan.
Eddy tersenyummelihat Milla terus meneliti surat tanah yang dia berikan dengan ekspresi bingung dan tidak percaya.
"Aku yakin surat tanah itu memang milikmu," kata Eddy setelah melihat sikap Milla yang masih saja ragu.
"Ini benar-benar atas namaku, tapi kenapa ayahku tidak pernah sedikitpun menyinggung tentang hal ini?" tanya Milla bingung.
"Mungkin ayahmu juga tidak mengetahui akan hal ini, semua ini atas usul Shasha, Kamu bisa baca surat ini ... ini dari Dia," kata Eddy sambil menyodorkan sepucuk surat yang di atasnya tertera nama Milla.
Dengan gemetar Milla mengambil surat tersebut yang katanya merupakan surat dari almarhum sahabatnya Shasha.
Dear Milla,
Ini adalah hadiah persahabatan untukmu dariku. Aku memberikan sebagian tanah di vila ini yang telah menjadi bagianku untuk dirimu sebagai warisan.
Terima kasih atas persahabatan tulus yang telah kamu berikan selama ini. Jika kamu menerima surat ini, maka itu artinya aku sudah tidak ada lagi di dunia ini, jagalah dirimu baik-baik dan cobalah untuk hidup dengan bahagia.
Buang semua rasa rendah dirimu itu dan tetaplah yakin bahwa kamu adalah yang terbaik. Kamu pasti bisa melewati semua kesulitan dalam kehidupan ini.
salam
Shasha.
Setelah membaca surat dari Shasha, air mata Milla langsung membasahi pipinya, dia sama sekali tidak menyangka sahabat baiknya akan memberikan warisan kepada dirinya di saat dia tidak tahu lagi harus pergi kemana.
Milla tahu kalau sahabatnya itu adalah seorang indigo, mungkin sebelum terjadinya kecelakaan tragis itu Shasha sudah dapat memperkirakan akhir usianya, sehingga dia memberikan harta warisannya kepada Milla yang merupakan teman dekatnya.
"Aku telah menghidupkan kembali layanan air dan listrik untuk pondok milikmu itu agar Kamu bisa nyaman tinggal di sana selama kita bekerja sama merenovasi vila ini,” kata Eddy setelah melihat Milla mulai berhenti menangis dan tenang.
Eddy sendiri merasa tidak habis pikir mengapa adiknya sampai memberikan harta warisannya kepada Milla walau pun mereka adalah sahabat baik.
"Terima kasih," kata Milla dengan berbagai emosi berkecamuk di dalam dadanya. Perasaannya saat ini benar-benar campur aduk antara senang dan sedih.
Senang karena dia masih bisa mempertahankan pondok penuh kenangan itu dan sedih karena tidak bisa menghalangi Eddy untuk menjual vila yang dipenuhi oleh kenangan sahabatnya.
'Kalau pemilik vila telah berganti, Aku tidak bisa lagi datang ke vila ini. Otomatis kesempatan Aku untuk melihat dan mengenang barang-barang peninggalan Shasha hanya akan ada sampai pada saat renovasi yang Aku lakukan,' pikir Milla sedih.
"Jadi, mari kita mulai bekerja," kata Eddy memutus semua kesedihan gadis di hadapannya dengan sengaja.
Entah mengapa dia merasa tidak tahan untuk terus menyaksikan Milla murung dan bersedih.
Seberapa dalam persahabatan antara adiknya dan Milla bisa dilihat Eddy dari cara adiknya memberikan harta warisannya kepada Milla dan kesedihan di mata Milla setiap kali nama adiknya itu disebut.
"Baiklah," kata Milla cepat.
Walau matanya masih merah karena habis menangis tapi wajahnya mulai serius dan siap untuk membahas soal pekerjaan.
Namun, semua itu berusaha ditepis olehnya karena rasanya tidak mungkin kalau salah satu di antara mereka mandul ... baik dirinya dan Eddy, mereka berdua benar-benar sehat dan bugar."Para tetua di keluarga suamiku mengatakan kalau kita kebanyakan melakukan hubungan suami istri kabarnya bisa membatalkan pembuahan," kata Nining seolah bisa membaca pikiran Milla."Ah! Benarkah?" tanya Milla membelalakkan matanya terkejut.Apakah dia lama tidak hamil karena dirinya dan Eddy terlalu banyak berhubungan? 'Jika benar seperti itu, Aku harus mengingatkan Eddy agar lebih menahan diri,' tekad Milla dalam hati.Mungkin mereka harus puasa selama beberapa hari dulu untuk mendapatkan hasil yang maksimal.Nining tidak tahu kalau informasi yang dia katakan kepada Milla itu pada akhirnya akan membuat Milla menyiksa suaminya sendiri dengan menyuruhnya menahan.Sikap Milla yang selalu menghindar ketika diajak berhubungan suami istri benar-benar membuat Eddy kacau.Semua orang di kantor terkena imbasnya t
"Tante?" potong Eddy bertanya heran.Dia cemberut mengingat Sinta. Apakah wanita itu yang melaporkan dirinya dan Milla?"Iya, Dia mengaku sebagai Tante dari Nona Milla, Dia bilang Dia adik dari papanya Nona Milla.""Ck! Wanita itu hampir ditangkap polisi karena mengaku-ngaku sebagai kerabat istriku sementara istriku sama sekali tidak mengenalnya dan Dia juga tidak memilki bukti yang menunjukkan kalau Dia benar-benar adik dari almarhum papa mertuaku.""Jadi Dia penipu?" "Iya, istriku tinggal di sini sejak lahir dan orang yang mengaku kerabat itu sama sekali tidak pernah muncul bahkan di hari pemakaman kedua orang tua istriku ... Entah apa ide yang ada di dalam pikiran wanita itu hingga tiba-tiba datang ke sini dan mengaku sebagai Tante istriku.""Maaf, Kami benar-benar tidak tahu kalau wanita itu adalah seorang penipu.""Tidak apa, Aku dan istriku memang baru saja menikah dan belum sempat membuat acara pesta ... kejadian ini mengingatkan kami untuk segera menggelar acara pesta agar ti
"Maaf ini hanya kesalahpahaman semata, kami mengakui orang yang salah ... kami akan pergi dari sini sekarang juga," katanya sambil memegang tangan Sinta dan Leni, bersiap untuk berlalu dari tempat itu."Apakah anda ingin meneruskan kasus ini?" tanya polisi kepada Eddy."Kalau mereka tetap bersikeras, Aku akan meneruskan masalah ini hingga ke meja hijau," kata Eddy mendominasi."Tidak! ... kami tidak akan lama-lama di sini, sekarang juga kami akan pamit," kata Romy tegas. "Jaga dirimu baik-baik," katanya lagi kepada Milla.Eddy dan Milla hanya memutar bola matanya bosan. Apakah sudah tidak terlambat untuk mengkhawatirkan Milla? Kemana saja mereka selama ini?"Jangan mengkhawatirkan istriku, Aku lebih tau cara menjaganya ketimbang orang-orang yang mengaku sebagai kerabatnya seperti kalian!" kata Eddy sinis.Romy mengakui kebenaran kata-kata Eddy, tanpa banyak kata dia meninggalkan tempat tersebut dengan membawa istri dan anaknya di kedua tangannya."Apakah ada yang lain yang bisa kami
"Ck! Sepertinya mereka tidak akan mau pergi secara sukarela," kata Eddy kepada Milla tidak bisa menyembunyikan nada sinis dalam suaranya."Sepertinya begitu, apakah Kamu punya ide?" tanya Milla serius."Aku akan menelepon polisi untuk mengeluarkan mereka dari sini."Eddy mengambil ponselnya dari kantong."Stop! Jangan menelepon polisi, kami akan keluar sekarang juga," kata Romy berusaha mencegah Eddy menghubungi polisi.Jika Meraka sampai di usir dengan menggunakan aparat itu pasti akan sangat memalukan sekali.Walaupun dirinya hanya pengusaha kecil tapi ini semua menyangkut nama baiknya, apa kata klien dan koleganya jika dia bersama keluarganya sampai diusir dengan tidak hormat dari vila keponakannya sendiri?"Pa!"Sinta dan Leni memprotes kata-kata Romy dengan nada tidak puas."Apa? Apa kalian ingin diangkut oleh pihak kepolisian karena tidak mau keluar dari sini?" tanya Romy melotot kesal."Dia tidak akan berani, itu hanya ancaman, bagaimanapun Aku tante kandungnya, apa kata tetang
Leni yang terlalu yakin pada kemampuannya sendiri sama sekali tidak menyadari kalau dia benar-benar tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk merebut Eddy dari Milla karena sepupunya itu tidak akan pernah membiarkan dia tinggal di vila miliknya.Eddy sendiri sebagai targetnya merasa sangat muak dan jijik mendapati tatapan Leni kepada dirinya. Selain Milla di mata Eddy semua perempuan tidak ada bedanya dengan laki-laki.Dia benar-benar tidak menyukai wanita yang mengaku sebagai sepupu istrinya ini."Milla sayang, bolehkah kami menginap di sini barang seminggu dua Minggu? Tante tahu Kamu tidak mengingat kami tapi siapa tahu dengan menginapnya kami di sini Kamu akan kembali mengingat kami," bujuk Sinta tanpa malu-malu.Eddy cemberut mendengar keluarga istrinya yang entah datang dari mana ini meminta tinggal di vila yang telah diberikannya kepada Milla.Dia menoleh ke arah istrinya untuk melihat keputusan apa yang akan diambil olehnya saat ini. Walaupun dirinya tidak menyukai keluarga
Milla dan Eddy kembali ke vila dan menemui orang-orang yang mengaku sebagai keluarga Milla."Ah! Milla ... syukurlah Nak, Kamu sehat-sehat saja ...."Milla mengerutkan kening ketika wanita setengah baya yang datang ke rumahnya dengan penuh semangat memeluk dirinya.Eddy melepaskan Milla dari pelukan wanita tersebut dan membiarkannya berada di belakang dirinya."Siapa Kamu?" tanya Eddy tanpa membunyikan rasa tidak sukanya."Aku tantenya ... Milla ini Tante sayang, masa Kamu lupa sama Tante Sinta," kata wanita setengah baya itu dengan nada mengeluh sedih."Tante?" tanya Eddy sambil mengangkat sebelah alisnya.Eddy menoleh ke arah istrinya dan melihat Milla tampak tidak bergeming ataupun mengakui kalau dia mengenal wanita yang mengaku bernama Sinta tersebut."Iya, Aku adik Papa Milla ... lalu siapa Kamu?" tanya Sinta sambil menatap Eddy serius.Sinta merasa pria muda yang berbicara dengannya ini sepertinya bukan pria biasa-biasa saja. Auranya benar-benar membuat Sinta harus berpikir ber