“Aku tidak peduli dengan urusan memimpin Daidalos. Yang terpenting sekarang, siapkan uang dan beli keseluruhan saham The Lyceum sebelum matahari terbenam!” Kenzo sudah benar-benar naik pitam.
“Bahkan sebelum Anda beranjak keluar dari Highway Street, status The Lyceum sudah menjadi milik Anda.” Melvin menyunggingkan senyum di ujung telepon.
“Oke, Kenzo, nanti sore kirimkan pasukanmu untuk menjemputku di depan Waverley Mall. Jam empat sore seperti biasa. Bawa mobil sedan biasa, jangan keluarkan Lamborghini ataupun Ferrari, aku tidak mau identitasku terungkap!”
“Paham, Tuan. Tunggu saja, setelah ini The Lyceum akan berpindah tangan dan Claudia akan aman bersamamu. Aku yang menjamin.”
Telepon ditutup.
Dari kejauhan, ternyata Claudia sedari tadi memperhatikan Kenzo yang asyik berbicara dengan seseorang di depan telepon umum dekat Vas La Vagas. Tentu, dia tidak dapat mendengar perbincangan itu karena kaca mobil yang tertutup. Tapi, dari mimik yang dipancarkan Kenzo, sepertinya ia merencanakan sesuatu dibalik kejadian siang ini.
Kenzo Daidalos, calon Tuan Muda penguasa pangsa pasar bisnis dunia.
Daidalos, perusahaan elit Internasional yang kelak akan diwariskan kepada Kenzo merupakan pemegang pasar terbesar dunia saat ini. Tahun lalu, mereka tidak bisa menyalip A****n yang menguasai pasar dunia.
Tapi tidak untuk tahun ini. Mereka memanjat lebih tinggi lagi dan meninggalkan A****n sebagai perusahaan kedua yang paling berpengaruh di dunia.
“Huft, The Lyceum, hanya recehan yang bertebaran di tengah jalan. Tidak ada nilainya jika dipimpin orang yang arogan. Tunggulah, Colin, akan kubeli perusahaanmu itu!”
Ya, laki-laki yang disebutnya gembel itu adalah seorang putera mahkota sekaligus penerus dari Daidalos, perusahaan global dengan anak cabang hampir di seluruh belahan bumi, dari Timur ke Barat.
...
Latusia Developement milik keluarga Claudia merupakan salah satu anak cabang Daidalos, bahkan bisa dimasukkan jajaran anak perusahaan terkecil.
Kenzo sengaja kabur dari kehidupannya sebagai miliarder karena ingin merasakan bagaimana hidup sederhana. Dia sudah menjalani kehidupan ini selama kurang lebih delapan tahun. Sampai suatu ketika, dia bertemu kembali dengan Josh, kakek kandung Claudia yang juga merupakan sahabat dekat ayah kandungnya.
Josh mengajari Kenzo banyak hal, terutama tentang bisnis dan makna kehidupan.
Sampai benar-benar dewasa dan berusia 24 tahun, Josh akhirnya menikahkan cucunya dengan Kenzo karena merasa, Kenzo adalah sosok terbaik untuk mendampingi Claudia.
Kenzo mau menikah dengan Claudia asal dengan dua syarat. Pertama, Josh tidak boleh mengatakan kalau Kenzo adalah pewaris utama kekayaan Daidalos, penguasa pangsa pasar bisnis Skotlandia dan Eropa Barat. Syarat kedua yaitu Josh harus menceritakan kalau Kenzo adalah yatim piatu yang dia didik jadi pebisnis. Josh akhirnya mengiyakan.
Sayang, tiga hari setelah pernikahan berlangsung, Josh meninggal dan Kenzo kini dihinakan.
Itu semua terjadi karena Josh tidak pernah memberitahu keluarganya tentang asal-usul Kenzo sesuai syarat awal yang diberikan pria itu.
Claudia, Madame Anneth, dan Gerald beranggapan kalau Kenzo hanyalah seorang mata duitan yang memanfaatkan kemurahan hati Josh untuk mengeruk semua hartanya. Karena itu, mereka berubah sikap terhadap Kenzo, dari yang awalnya lembut, jadi arrogan dan tidak manusiawi.
Kenzo selalu dianggap sebagai sampah keluarga, bahkan tak jarang, dia disuruh-suruh seolah dia adalah pembantu di keluarga itu.
Namun, Kenzo tetaplah Kenzo, dia tidak putus asa dan terus bertahan agar janjinya pada Melvin terpenuhi.
Dia dulu berjanji mau kembali ke Daidalos setelah menjalani tiga tahun utuh pernikahan dengan Claudia Latusia, apapun kondisinya. Karena itu, Kenzo harus bersabar karena sebentar lagi, janji itu benar-benar terlaksana.
Sekarang, sisa tiga hari sebelum Kenzo benar-benar kembali jadi orang kaya.
Kenzo tidak bisa menahan amarahnya terhadap Colin. Dia lantas pergi menemui Melvin yang sudah menunggunya di sekitaran Waverley Mall, meninggalkan Claudia dan orang tuanya yang pulang lebih dulu pulang meninggalkan Kenzo.
“Sial, aku ditinggal!” Kenzo menggerutu. “Tapi, tidak masalah, aku bisa bebas berbincang dengan Melvin tanpa harus waspada mereka tahu identitasku.”
...
Waverley Mall sore ini sungguh dipadati beberapa turis yang sedang duduk manja di kursi panjang dekat kereta tengah jalan yang menghubungkan seluruh jalanan Princes Street. Ada mereka yang sebatas duduk dan bercanda, ada pula yang membawa beberapa tas belanjaan bermerk terkenal saat keluar dari mall termegah seantero Edinburgh ini.
“Melvin, kau di mana?” Kenzo berdiri di seberang jalan, seorang diri. “Aku sudah di depan Waverley Mall. Dua menit dari sekarang kau harus sampai, aku tidak mau menunggu terlalu lama.”
Milankovic Melvin, adalah asisten pribadi Kenzo ketika dia menjadi Tuan Muda, sebelum ingatannya menghilang tiga tahun lalu. Mereka bagai sahabat. Tak jarang, keduanya saling panggil dengan sebutan nama karena kedekatan emosional yang telah terjalin dari belasan tahun lalu.
Kenzo selalu mengandalkan Mila atau Melvin yang sangat cerdas dan cekatan. Pun hari ini, ketika Kenzo ingin mengakusisi The Lyceum yang letaknya tidak jauh dari Waverley Mall, dia mengamanatkan tugas itu pada Melvin.
Dari kejauhan, seorang lelaki dengan setelan jas coklat elegan, berjalan menyusuri Princes Street dengan gagahnya berdiri di dekat tangga turun menuju Waverley Mall.
Kacamata hitam, topi fedora coklat, jeans hitam kasual, lengkap dengan body yang nampak sedikit kekar dengan jas yang agak ketat; sangat menarik perhatian. Wajah tampan, hidung mancung, bibir tipis dan alis yang sedikit tebal membuatnya menjadi pusat perhatian.
Kenzo masih mengawasi keadaan sekitar, tidak satu pun mengenali sosok Tuan Muda.
Tidak sampai semenit berlalu, sebuah mobil sedan lumayan mewah datang dari sisi Selatan dan berhenti tepat di depan Kenzo.
“Lima puluh enam detik, Tuan, lebih cepat semenit dari yang Anda perintah.” Melvin membuka kaca mobil, senyum tersungging di bibirnya.
“Semua sesuai rencana?”
“Anda sekarang telah resmi menjadi CEO The Lyceum, terhitung mulai Anda memasuki mobil ini.” Kenzo sedikit membungkukkan badan, meletakkan tangan kirinya di dada, lalu mempersilakan Kenzo memasuki pintu yang terbuka. “Semua berjalan lancar sesuai perintah.”
“Sekarang, kita datangi The Lyceum. Kita tunjukkan siapa yang sebenarnya berkuasa di dunia ini! Tapi, jangan sampai ada orang yang tahu kalau aku adalah CEO merangkap pemegang mayoritas sahamnya. Atau, tunjuk seseorang yang bisa dipercaya. Tidak masalah. Kau yang lebih paham tentang hal ini.”
Kenzo harus kembali ke rumah mertuanya karena ada urusan keluarga, tapi sebelum dia beranjak dari ruangan direktur The Lyceum, ponselnya tiba-tiba berdering. Begitu diangkat, Kenzo seketika memasang wajah serius. Suara bentakan perempuan terdengar di ujung telepon.
“Kenzo, kemana saja kamu?” bentak seorang perempuan dengan nada dari ujung telepon, membuat setiap telinga yang mendengar langsung minder dan ingin menutup diri. “Pembantu kurang ajar, berani-beraninya keluar tanpa izin!”Melvin menatap Kenzo dengan pandangan penuh selidik, sedikit jengkel karena majikannya diperlakukan secara tidak hormat.“Siapa yang berani berbicara setinggi itu padamu, Tuan?” Melvin bertanya dengan lembut sambil sedikit berbisik, “Madame Anneth atau Claudia?”Kenzo hanya meletakkan telunjuk di mulutnya, menyuruh Kenzo diam sejenak sampai percakapan itu selesai.“Sorry, Madam. Ada urusan penting yang harus aku selesaikan.” Kenzo mencoba untuk jujur kepada Madame Anneth meskipun ia tahu omongannya tidak akan dipercaya.“Hey, urusan katamu? Jangan sok sibuk!” Madame Anneth kembali meninggikan suaranya diiringi tertawa mengejek. “Urusan seperti apa yang dijalani gembel sepertimu. Mencuri jam tangan, ataukah menggoda perempuan di jalanan?”Kenzo hanya diam tanpa membal
Sepuluh menit sebelum kedatangan Kenzo dan Melvin di kantornya, Colin sudah sangat kesal karena rencananya yang selama ini ia susun digagalkan oleh dua orang yang dia anggap sebagai kuman.Colin mengincar Claudia, tapi tidak berniat untuk mencintainya.Dia hanya mengincar tubuh indah wanita itu. Claudia berparas sangat anggun, hingga pada waktu itu ia yang baru saja menjabat sebagai CEO The Lyceum ikut terpukau.Banyak orang menginginkan jadi pendamping Claudia, tapi semua ditolak oleh Josh, kakeknya yang sekaligus founder Josh Development, perusahaan mekanik ternama di Skotlandia. Hingga pada suatu saat, Josh memilihkan seorang lelaki untuk dinikahkan dengan Claudia.Seorang pria tanpa asal-usul yang jelas, tidak punya pekerjaan tetap, juga miskin. Dia adalah Kenzo.“Ah, sialan! Kenapa harus ada lelaki bernama Kenzo itu? Sudah mengambil Claudia, kini ia ingin mengambil The Lyceum? Aku tidak boleh diam!”“Aaarggh!” Colin menggebrak meja, membuat beberapa kertas di atas meja itu melaya
Ellen yang khawatir dengan keadannya, buru-buru turun mengikuti langkah Robin. Dia langsung menatap Kenzo, tentu dengan pakaian yang sedikit terbuka. Disusul Colin, mereka bertiga turun melalui lift khusus petinggi.Harap-harap cemas Ellen mendekati Kenzo, siapa tahu laki-laki itu akan tergiur dengan kemolekan tubuhnya. Dia hanya bisa pasrah. Kini, dinasti Colin di perusahaan runtuh. Kaisarnya sekarang adalah Kenzo Daidalos.Sebaliknya, Kenzo tidak tergoda sama sekali. Dia menoleh ke arah Melvin, lantas kembali mengalihkan pandangannya ke mata Ellen.“Dan kamu, Nona cantik,” Kenzo menunjuk ke arah Ellen yang kemeja biru dongkernya masih sedikit terbuka di bagian atas, kira-kira dua kancingnya tidak terkait satu sama lain. “Kamu bisa tetap berada di sini.”Colin mengerang pelan, menumpahkan amarahnya yang tidak bisa terungkap dengan kata-kata. Meskipun dapat uang puluhan juta dollar setelah proses akusisi The Lyceum, dia tetap tidak menyukai Kenzo karena telah merebut Claudia.“Nona El
Kenzo tahu, Rika adalah pemimpin Keluarga Latusia sekaligus mantan suami Josh. Mereka bercerai ketika Josh memilih Kenzo jadi suami. Rika sama sekali tidak setuju akan keputusan itu.Apa yang diucapkan Rika sudah seperti titah bagi orang-orang di keluarga Latusia. Dan, baru saja titah itu keluar: dia harus menceraikan Claudia.“Maaf, Nek, tapi aku tak akan menceraikan Claudia,” ucap Kenzo, akhirnya.Ruangan seketika begitu hening. Kenzo baru saja menentang sang pemimpin Keluarga Latusia.“APA KATAMU!?” bentak Rika, sambil memelototi Kenzo.Naik pitam, wanita tua itu melempar sebuah piring kaca di dekatnya ke arah Kenzo. Potongan kue di piring itu mendarat di wajah Kenzo, membuat wajahnya itu tertutup selai cokelat dan foam vanilla kue.Dan bukan hanya itu, piring kecil itu pun menghantam pipi Kenzo, meninggalkan luka gores di sana. Pecahan piring itu kemudian terserak di lantai.“Kamu pikir kamu siapa, hah? Berani-beraninya kamu membantahku!” bentak Rika lagi.Kenzo tak membalas. Dia
Kenzo sempat akan membalas pesan-pesan itu, menanyakan dari mana Melvin mendapatkan nomornya. Tapi dia urungkan niatnya.Dia masih belum bisa memercayai wanita itu. Menurutnya lebih baik pesan-pesan itu dia abaikan saja.Selesai membersihkan luka-lukanya, Kenzo keluar dari toilet.Baru saja membuka pintu toilet, langkahnya langsung terhenti. Hampir saja dia bertabrakan dengan seorang gadis cantik.“Ah, kamu…,” ucap Kenzo, menyadari kalau si gadis cantik yang hampir bertabrakan dengannya itu adalah Liani.Tanpa sepengetahuan Kenzo, Liani memang mengikutinya sampai ke toilet.Pandangan mereka bertemu. Perbedaan tinggi membuat Kenzo harus menunduk agar bisa bertatap langsung dengan gadis itu.Mata Kenzo menyusuri paras cantik Liani, bergerak ke bawah, hingga dia melihat belahan dada Liani. Malam itu Liani memang mengenakan gaun yang menunjukkan belahan dadanya yang tampak indah itu.“Eh, ma-maafkan aku. Aku tidak sengaja melihatnya,” lirih Kenzo, lantas memalingkan muka.Pipi Liani berse
Orang-orang yang terganggu dengan dering ponsel jadul Kenzo ini mulai mencacinya, memClaudiaya segera mengangkat panggilan. Kenzo keluar, ternyata itu telepon dari Melvin yang mengabari kalau Tuan Besar Juta akan membiayai pengobatan operasi Suci, salah satu orang yang paling berjasa di hidup Kenzo selama dia meninggalkan Daidalos.Kenzo selama ini dirawat oleh Suci sebelum dia bertemu dengan Josh. Bisa dibilang, Suci adalah ibu angkat Kenzo dan karena Suci pula dia bisa bertemu dengan Josh. Suci bagai malaikat penolong kala Kenzo sedang resah dan butuh tempat cerita.Namun, kabar tidak mengenakkan terdengar tiga tahun lalu, setahun sebelum Kenzo menikah dengan Claudia.Kenzo mendapat kabar bahwa ibundanya harus menjalani terapi bulanan. Terlebih, biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit. Operasi ibu angkatnya itu butuh uang miliaran sehingga, mau tidak mau, Kenzo harus berusaha menjalani hal tersebut.Dibantu biaya dari Josh, Kenzo tidak melanggar sumpahnya untuk tidak menggunakan s
“Oh, berani melawan? Lihat saja, seluruh bodyguardku akan membuatmu cacat permanen! Setelah ibumu mati, kamu akan menyusulnya. Bukan ke rumah sakit, tapi ke liang lahat!?”Bukannya ciut diancam Steve, dengan percaya dirinya, Kenzo balik menantang mereka. Dia sungguh tak terima Steve bicara soal ibunya dengan cara seperti itu.“Majulah, aku tidak takut! Aku bisa melawan kalian, tanpa senjata sekalipun!”Teringat ucapan Melvin, sepertinya Kenzo mulai percaya kalau dia memang Tuan Muda, sesuai yang diungkap Melvin siang tadi. Lebih-lebih setelah kartu hitam itu bisa digunakan untuk transaksi apapun.Belum lagi, tentang insting liarnya, reflek cepat, serta kemampuan beladiri yang dia miliki.Semua itu tidak mungkin didapat secara instan. Dia yakin, di masa lalunya dia banyak berhadapan dengan aksi-aksi yang memacu adrenalin.“Kamu bisa menghinaku, Steve! Tapi, jangan sekali-kali, menghina ibuku!?”“Cih, malah nantang maut? Oke. Aku beri apa yang kamu minta. Tapi, jangan salahkan aku misal
Kenzo tidak tahu harus pergi ke mana setelah ini. Tidak ada mobil, tidak ada jemputan, tidak pula punya teman yang bisa ditumpangi. Dia ingin menghubungi Tuan Besar, tapi dia tidak boleh menggantungkan diri hanya karena janji dan komitmennya sudah tuntas.Saat tengah berjalan menyusuri jalanan ibukota, Kenzo merogoh sakunya. Dia ingat jika Melvin menyuruhnya datang ke suatu tempat untuk melihat file berkas Daidalos; tempat rahasia yang hanya diketahui orang-orang penting Daidalos.Baru saja dia melangkahkan kaki pergi ke titik koordinat yang dikirim Melvin kemarin, Martha kembali menelepon. Kali ini, dia minta Kenzo datang ke villa untuk menyelesaikan urusan yang tadi belum tuntas di hotel Lunar.Kenzo pun kembali ke villa Keluarga Latusia. Setibanya di villa, pandangan dua penjaga gerbang membuat Kenzo mengernyitkan dahi.“Tumben mereka sinis, biasanya mereka menyambutku sebagai menantu Keluarga Latusia, walau hanya menantu sampah.”Kenzo melangkah ke pintu depan villa.Setiap orang